Selasa, 28 September 2010

Tantangan Media Cetak di Tengah Maraknya Media Online

Media Cetak
Sejarah media cetak merupakan sebuah siklus inovasi teknologi yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Adanya teknologi yang memfasilitasi penerbitan dan mempengaruhi format-format yang mungkin di media, tetapi tidak mendefinisikan isi media. Perkembangan alat yang digunakan dalam pencetakan juga mempengaruhi jumlah halaman yang dihasilkan surat kabar serta jumlah sirkulasinya.
Pada tahun 1960, komputerisasi mulai memimpin berbagai perubahan di dalam lingkungan media cetak. Pada awalnya, komputer hanya digunakan sebagai asisten kerja bagi seorang pengetik. Pada tahun 1970an, komputer menggantikan mesin tik. Pada komputer, teks atau tulisan ditransformasikan secara langsung menjadi film fotografi yang ditransfer kedalam piringan logam. Komputerisasi membuat fotografi bersifat digital, sehingga foto tersebut dapat diedit dan ditempatkan secara elektronik.
Saat ini teknologi fotokopi sempat membuat teknologi percetakan seakan tak berarti, paling tidak dalam level aplikasi yang rendah. Pada percetakan, seseorang harus mencetak beberapa lembar naskah yang berarti bahwa ia harus mengeluarkan biaya percetakan, sedangkan dengan mesin fotokopi, hanya dengan mengkopi naskah, seseorang dapat menghemat biaya. Inovasi dalam era informasi lainnya adalah custom publishing, yang bermanfaat pada fleksibilitas publikasi berbasis komputer untuk mencetak bagian dari sebuah buku yang hendak dicetak dengan tujuan tertentu. Custom publishing saat ini telah berkembang menjadi teknologi print-on-demand, yaitu usaha mencetak seluruh isi buku yang telah dipesan oleh pelanggan.
Media Online (Internet)
Efek dari adanya perkembangan teknologi yang pesat membuat orang-orang memiliki keinginan untuk dapat mengetahui tentang pemberitaan yang terjadi dengan lebih cepat dan menghemat waktu. Oleh karena itu digunakanlah sarana pemberitaan melalui internet. Sehingga, saat ini banyak pemberitaan yang menggunakan media online atau internet sebagai media menyalurkan berita atau informasi.
Media Online di Indonesia kebanyakan lahir pada saat jatuhnya pemerintahan Soeharto di tahun 1998, dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak pembaca sehingga orang-orang dapat mengetahui dengan cepat pemberitaan apa yang sedang terjadi.
Selain berita, pada media online ini juga dilengkapi dengan beragam fitur yang mungkin tidak kita dapatkan pada media pemberitaan cetak atau melalui penyiaran. Salah satunya adalah kita bisa mencari arsip berita yang kita inginkan, tentang topik tertentu dan pada tanggal tertentu, bahkan kita dapat menemukan arsip berita dari waktu yang telah lampau. Kita juga dapat melakukan kontak dengan redaksi dan bergabung dengan forum yang ada didalamnya dan kita juga dapat dengan segera meralat berita atau informasi yang salah dalam waktu yang singkat. Selain itu kita juga dapat melihat video penyiaran berita melalui media online.
Kesimpulan
Semakin berkembangnya teknologi yang diciptakan manusia, maka semakin pesat pula berbagai informasi atau berita yang didapat, baik itu melalui media cetak maupun media online. Media online yang merupakan cara tercepat dan termudah untuk mengakses informasi pun dipilih oleh kebanyakan orang. Kenyataannya banyak media cetak yang memiliki situs online. Hal tersebut merupakan salah satu upaya dari perusahaan media cetak untuk menyampaikan informasi lebih cepat kepada masyarakat melalui situs online tersebut.
Dengan demikian, adanya media online bukanlah merupakan suatu penghambat ataupun tantangan bagi media cetak melainkan merupakan partner untuk mempermudah menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Tetapi, media cetak tetaplah menjadi sarana penyampai informasi yang lebih resmi dan dapat dipastikan keakuratan beritanya.


PERBANDINGAN ANTARA
MEDIA MASSA CETAK DAN MEDIA MASSA ONLINE

Media Massa Cetak
Media massa cetak dapat diterbitkan dalam beberapa format, seperti newsletter, majalah, tabloid, atau surat kabar. Setiap format memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal efektivitas penyampaian informasi. Hal pertama yang dipertimbangkan dalam memilih format media sudah tentu jawaban atas pertanyaan format apa yang paling cocok bagi pembaca, sesuai karakter pembaca itu sendiri. Pertimbangan kedua yang perlu diperhatikan dalam memilih format media adalah karakter fisik setiap format, karakter isi, periodisitas, kemudahan proses produksi, biaya, dan citra yang dikehendaki. Berikut adalah jenis-jenis dari format media massa cetak, yaitu diantaranya :
"Newsletter"
1. "Newsletter" umumnya menggunakan kertas HVS (atau kertas berkualitas lebih baik). Ukuran kertas yang digunakan biasanya A4 atau sedikit lebih kecil. Jumlah halaman berkisar antara 4 dan 12 halaman atau lebih. "Newsletter" bisa dijilid, bisa pula tidak dijilid. "Newsletter" lebih mudah dan lebih cepat diproduksi. Biasanya produksi juga lebih rendah.
2. Tulisan yang dimuat pada "newsletter" biasanya lebih pendek. Kalimat yang digunakan lebih ringkas dan langsung ke pokok masalah.
3. Sampul depan "newsletter", selain menampilkan nama media, tanggal terbit dan nomor edisi, juga memuat daftar isi dan sebuah tulisan lengkap. Kebanyakan "newsletter" tidak memuat foto. Halaman "newsletter" biasanya dibagi atas 2 -- 3 kolom.
4. Ditilik dari segi kemudahan proses produksi, format "newsletter" yang biasanya tak banyak memuat foto dan hanya menggunakan dua warna, lebih mudah dikerjakan ketimbang format majalah, tabloid, atau surat kabar.
Majalah
1. Selain menggunakan kertas koran untuk halaman dalam, majalah juga menggunakan kertas HVS atau kertas jenis lain yang lebih baik kualitasnya. Kertas yang digunakan berukuran A4 atau sedikit lebih besar. Namun, ada pula majalah yang menggunakan ukuran lebih kecil, seperti "Intisari" atau "Reader`s Digest".
2. Sampul majalah banyak menggunakan kertas yang lebih tebal dan berkualitas lebih baik ketimbang halaman dalamnya. Dengan demikian, kualitas cetak sampul bisa diupayakan lebih baik, agar tampak lebih menarik.
3. Tampilan majalah tampak lebih serius dan dijilid dengan baik sehingga cocok untuk didokumentasi. Untuk media korporasi/organisasi, jumlah halaman sekitar 16 -- 24 halaman, atau lebih. Majalah bisa memuat tulisan yang lebih banyak dan lebih panjang. Halaman majalah biasanya dibagi atas 2 -- 4 kolom.
Tabloid
1. Tabloid kebanyakan menggunakan kertas koran. Ukuran kertas yang digunakan sekitar setengah kali ukuran kertas koran. Sampul tabloid umumnya juga menggunakan jenis kertas yang sama dengan jenis kertas yang digunakan pada halaman dalam.
2. Tampilan tabloid tampak lebih populer. Bisa dicetak dua warna atau lebih. Penataan perwajahan tabloid merupakan paduan antara desain yang ditetapkan pada majalah dan surat kabar. Halaman tabloid biasanya dibagi atas 3 -- 5 kolom.
3. Tabloid umumnya tidak dijilid. Jadi, suatu edisi bisa dibaca bersama-sama oleh beberapa orang, masing-masing satu lembar terpisah. Untuk media korporasi/organisasi, jumlah halaman tabloid yang biasa digunakan sekitar 8 -- 16 halaman.
Surat kabar
1. Mempersiapkan format surat kabar sedikit lebih sukar ketimbang format lainnya. Satu halaman surat kabar biasanya memuat sejumlah item tulisan. Oleh sebab itu, perlu ditata secara baik agar tampak menarik dan mudah dibaca.
2. Surat kabar tidak dijilid. Jadi, dapat dibaca bersama-sama oleh sejumlah orang, masing-masing membaca lembar yang berbeda, asal tulisan yang bersambung tidak terdapat pada lembar yang berbeda. Di Indonesia, ukuran kertas yang digunakan adalah sekitar 42 cm x 58 cm. Jenis kertas yang digunakan adalah kertas koran.
3. Halaman surat kabar biasanya dibagi atas sejumlah kolom, biasanya 7 -- 9 kolom. Pola desain halaman surat kabar belakangan ini banyak menggunakan pola modular (pola yang memungkinkan halaman dibagi atas sejumlah bidang persegi empat, bisa membujur dari atas ke bawah, bisa melintang dari kiri ke kanan).
4. Karena menggunakan kertas koran, kualitas cetak surat kabar tidak sebaik kualitas cetak majalah yang menggunakan kertas HVS atau sejenis. Karena itu, belasan tahun lalu warna jarang digunakan untuk surat kabar. Meskipun demikian, berkat perkembangan teknologi, penggunaan warna pada tampilan surat kabar sudah semakin populer akhir-akhir ini.

Media Massa Online
Media massa online biasanya menggunakan format media seperti website, blog, dll. Dalam media massa online lebih mengedepankan kecepatan penyampaian informasi kepada khalayak, oleh karena itu sangat didukung oleh kemajuan teknologi internet. Media massa online dapat diakses kapan saja dan dimana saja melalui akses jaringan internet, serta informasi yang ada didalamnya dapat di-update setiap saat. Berikut adalah keunggulan dari jurnalisme media massa online : (1) Audience Control adalah jurnalisme media massa online memungkinkan audience untuk lebih leluasa dalam memilih berita yang diinginkannya. (2) Nonlienarity adalah jurnalisme media massa online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami. (3) Storage and retrieval adalah media massa online memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh audience. (4) Unlimited Space.adalah media massa online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan/ ditayangkan kepada audience dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya. (5) Immediacy adalah media massa memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada audience. (6) Multimedia Capability adalah jurnalisme media massa online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima oleh audience. (7) Interactivity adalah media massa online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audience dalam setiap berita.

Sebelum naskah di muat dalam sebuah media naskah harus di ACC terlebih dahulu oleh redaksi
Terbitnya berkala, contohnya mingguan, harian, ataupun bulanan
Walau sudah selesai dicetak, media belum bisa langsung dibaca oleh khalayak
Berita dan informasi disampaikan melalui batasan formal dan terdapat etika jurnalisme yang harus dipatuhi
Media yang digunakan adalah media cetak, seperti : bulletin, surat kabar, majalah, tabloid, dll.
Penggunaan tata bahasa sangat di perhatikan
Perlu keterampilan khusus dari jurnalis untuk mengelola informasi dan berita
Dalam media online pemuatan naskah tidak dibatasi karena melalui suatu website naskah dapat sepanjang apapun. Dalam media online naskah di batasi demi kecepatan akses dan juga desain.
Beberapa media membebaskan jurnalisnya mengolah sendiri tulisannya
terbitnya kapan saja, tidak ada jadwal khusus kecuali untuk rubric tertentu
Begitu di-upload, setiap berita dapat langsung dibaca siapa saja yang mengakses tertentu
Batasannya hanya pada etika jurnalisme


Media yang dipakai adalah internet

Tidak terlalu memperhatikan tata bahasa

Tidak memerluakn keterampilan khusus dari pencari berita

Hambatan Media Cetak ditengah Perkembangan Media Online
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang melesat cepat saat ini ternyata tidak hanya berdampak pada aspek social ekonomi negeri ini, tetapi aspek komunikasi dan penyampaian informasi juga terkena dampaknya. Kemudian imbasnya juga terjadi pada system dan pola media massa (cetak maupun elektronik). Misal saja dengan munculnya handphone dan internet yang memudahkan kita untuk bertukar informasi dengan mudah dan cepat walaupun terpisah jarak yang sangat jauh. Dengan segala kemudahan yang ditawarkan oleh system online yang bisa diakses dimanapun dan kapanpun, sekarang muncul tren penulisan dan penerbitan media melalui system jurnalisme “dotcom”. Sehingga seiring dengan berjalannya waktu, hal tersebut akan menjadi hambatan besar bagi perkembangan jurnalisme cetak seperti Koran, majalah, dan lain-lain.
Di Amerika Serikat, kecenderungan media online menggempur media cetak sudah mulai terlihat dampaknya. Berdasarkan survei Pew Internet and American Life Project, masyarakat Amerika Serikat menjadikan internet sebagai sumber untuk memperoleh berita. 37 persen masyarakat AS selalu berpartisipasi aktif dalam mengomentari berita-berita yang muncul. Kemudian survey juga mengangkakan prosentase antara kedua media tersebut, dan hasilnya 73 persen Masyarakat di AS merujuk pada media online (CBN dan CNN menjadi situs terfavorit saat ini), dan 17 persen masih setia membaca Koran untuk memperoleh berita.
Kondisinya tidak berbeda jauh dengan fenomena media online di Indonesia. Saat ini telah terjadi kecenderungan penurunan angka media cetak di Indonesia, dari semula 5,1 juta eksemplar pada tahun 1997 menjadi 4,7 juta eksemplar. Sekaran ini ”yang cepat mengalahkan yang lambat. Dan bukan yang besar mengalahkan yang kecil”. Demikianlah yang dikatakan Aripin Asydhad, wakil pimpinan redaksi detik.com.
Beberapa factor yang menghambat media cetak ditengah tren media online antara lain, sebagai berikut :
1. Media online cenderung lebih up to date dan lebih cepat dalam mempersembahkan sebuah pemberitaan.
Ilustrasinya begini, jika ada sebuah pertandingan sepakbola yang dilangsungkan dini hari, maka selesai pertandingan itu juga media online mampu memunculkan berita agar dapat diakses masyarakat. Berbeda dengan televisi yang masih membutuhkan waktu puluham menit hingga hitungan jam untuk bisa disiarkan menjadi berita kepada masyarakat. Bahkan, koran perlu waktu hampir satu hari untuk menyampaikan hasil pertandingan sepakbola sebab menunggu terbitnya edisi esok hari. Jadi tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan sebuah informasi (berita).

2. Media online memiliki aksesibilitas yang cepat.
Masyarakat Indonesia saat ini merupakan masyarakat informasi yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan media komunikasi dan menggunakan teknologi informasi seperti telepon dan komputer. Ketika mereka menginginkan membaca sebuah update dari suatu kasus tertentu yang sedang hangat diperbincangkan di seluruh media massa, mereka tidak perlu untuk mencari toko yang menjual surat kabar untuk mendapatkan informasinya. Sekarang ini trennya “sekali klik untuk mendapatkan jutaan informasi”. Jadi tingkat aksesibilitas media online yang lebih cepat dibandingkan media cetak sangat mempermudah seseorang mendapatkan sebuah informasi (berita) dan lebih banyak diminati saat ini.

3. Dengan media online, Citizen Journalism medapatkan akses untuk menampilkan gagasannya.
Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga merupakan adalah mereka yang memiliki hobi menulis, seperti para blogger, anggota milis, kontributor freelance media online, pemberi komentar pada berbagai artikel, dan lain-lain yang secara aktif menulis dalam media massa. Inilah uniknya media online. Siapapun bisa menulis berita dan memberikan informasi dengan sekali klik untuk meng-upload. Jadi semua orang bisa diposisikan sebagai produsen berita maupun konsumen berita. Dalam jurnalisme online, masyarakat memiliki ruang partisipasi yang lebih besar daripada meda cetak.

Tantangan Media Cetak ditengah Perkembangan Media Online
Tantangan media cetak di tengah media online adalah persaingan yang up to date dan cepat untuk di akses. Keunggulan media online adalah kemudahan dalam mengakses dan kecepatan informasi yang di dapat. tetapi itu hanya pada tempat yang ada jangkauan untuk mengakses internet saja. Sedangkan jika di luar jangkauan internet, maka berita tidak bisa didapat. Ditambah tidak semua orang bisa dalam mengoperasikan internet. Tetapi media cetak menyajikan kemudahan dalam didapat, dibawa kemana saja, tidak perlu orang yang mempunyai teknologi yang bisa mendapat media cetak.
Survei multimedia yang dilakukan Group of Magazine KG tahun 2008 menunjukkan pengguna internet di Indonesia sekitar 30 Juta pengguna. Ini menandakan bahwa arus informasi melalui internet sangat gencar dan menjadi salah satu batu sandungan bagi media cetak. Penjelasan di atas untuk sementara dapat membuktikan bahwa media online secara bertahap telah sedikit banyak menggerus industri media cetak. Namun, dibalik menurunnya performa media cetak di dunia khususnya di Indonesia, bukan hanya karena masifnya portal-portal berita maupun blog yang ikut mewarnai arus informasi, tentunya pasti ada beberapa penyebab masyarakat lebih beralih ke media online untuk mendapatkan informasi.
Tantangan
Tantangan akan datang ketika di dalamnya terdapat kompetitor yang menciptakan persaingan. Ini terjadi pada media cetak yang saat ini mengganggap media online sebagai batu sandungan mereka. Tantangan terbesar bagi media cetak adalah bukan melawan media online itu sendiri namun menyelaraskan dirinya dengan perkembangan media online yang masif dan “digandrungi” masyarakat dalam memperoleh informasi. Menjadi tantangan tersendiri bagi media cetak ketika harus membuat inovasi dan terobosan baru dengan cara menyelaraskan dengan teknologi internet yang menjadi keunggulan media online.
Kita dapat mengambil contoh media cetak Kompas yang memanfaatkan keunggulan komparatif namun fleksibel, yaitu menyediakan fasilitas QR Code yang memungkinkan pembaca mengakses data digital artikel yang dimaksud. Ramuan cetak dan digital ini cukup menjawab habit multiplatform komunitas pembacanya. (InfoKita, Nov/09)
Peluang
Walaupun media cetak saat ini tengah bersaing dengan media online, peluang mengenai nasib media cetak kedepannya masih ada dan terbuka lebar. Mengingat media cetak merupakan pioneer bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan berita. Ada pula faktor lain yang menjadikan peluang media cetak untuk tetap eksis dan menjadi mainstream informasi dan berita, yaitu:
1. Membaca media cetak seperti koran dan majalah sudah menjadi kebudayaan dan kebiasaan masyarakat sejak dulu. Salah satunya sebagai teman dalam ritual meminum teh atau kopi di pagi hari. Ini menunjukkan bahwa masyarakat membaca media cetak bukan hanya untuk mendapatkan informasi dan berita tapi sudah menjadi suatu kebiasaan rutin.
2. Walaupun telat sehari dalam pemberitaan, keakuratan content informasi dan berita media cetak dinilai lebih unggul dibanding dengan media online. Hal ini disebabkan media cetak lebih matang dalam menyajikan sebuah informasi dan berita karena waktu untuk mengolah dan mendapatkan keakuratan sebuah informasi dan berita lebih banyak. Beda halnya dengan media online yang terkadang hanya mengejar waktu tayang tanpa memedulikan kualitas informasi dan berita yang disajikan. Sehingga masyarakat yang ingin mendapatkan atau mengkonsumsi informasi dan berita yang berkualitas dan akurat akan tetap mengandalkan media cetak sebagai sumber utama.
3. Terkait dengan tantangan media cetak untuk lebih menyelaraskan dengan teknologi internet seperti yang dilakukan KOMPAS dengan QR Code-nya, media cetak akan mendapatkan porsi yang sama dengan porsinya saat ini sebagai sumber ionformasi dan berita. Tentunya dengan inovasi dan terobosan baru.
Namun, Jika sebuah media cetak tetap mempertahankan sifat konvensional seperti yang masih terjadi pada beberapa media cetak di Indonesia, maka tak mustahil jika media online akan menjadi alternatif masyarakat untuk mendapatkan sebuah berita dan informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar