Selasa, 28 September 2010

Soal mid sosial ane

1. Mengapa pilihan untuk melakukan perubahan kehidupan manusia agar menjadi lebih baik seringkali dilakukan melalui mobilitas sosial?
Jawab :
Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus memahami dahulu apa itu mobilitas sosial. Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya .
Manusia mana yang tidak ingin berubah menjadi lebih baik. Baik disini dapat diartikan berbagai macam hal, mulai dari taraf hidup, perilaku, nasib dsb. Karena pada dasarnya manusia itu tidak akan pernah puas dengan 1 hal saja maka manusia tiap hari, tiap detik akan berusaha untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hampir tidak ada rasanya orang yang setiap hari hanya melakukan kegiatan itu itu saja tanpa perubahan.
Pertanyaannya sekarang ialah dengan cara manusia akan berubah. Ada yang berpendapat bahwa mobilitas sosial merupakan jawaban dari semua itu. Menurut sayapun demikan, dengan melakukan mobilitas sosial manusia akan lebih cepat berubah, tentunya kearah yang diharapkan. Dengan mobilitas sosial diharapkan bisa membuat orang menjadi lebih bahagia atau baik dari sebelumnya. Namun mengapa bisa dikatakan lebih cepat atau lebih mudah?. Semua itu karena mobilitas sosial sendiri memiliki saluran saluran atau cara yang sebenarnya memang sudah menjadi kebiasaan orang pada umumnya.
Ada beberapa cara untuk melakukan mobilitas sosial. Saya mengambil 2 contoh yaitu:
1) Perkawinan
Siapa yang tidak berkeinginan untuk menikah. Nah dengan menikah saja seseorang sudah bisa dikatakan melakukan mobilitas sosial. Berati cara mobilitas ini merupakan salah satu yang paling mudah dilakukan seseorang untuk merubah hidupnya kea rah yang lebih baik. Misalnya ada seseorang dari keluarga miskin menikah dengan seseorang dari keluarga kaya, otomatis orang dari keluarga miskin tersebut melakukan mobilitas sosial ke atas secara sendirinya.

2) Perubahan standar hidup
Cara ini juga yang biasanya digunakan seseorang untuk melakukan perubahan. Setiap hari milyaran orang berkeliaran dibumi untuk mendapatkan uang, untuk apa uang itu? Tentu saja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan melakukan mobilitas yang tinggi mereka berharap dapat meraih kehidupan yang lebih baik.
Sebenarnya masih banyak cara cara mobilitas sosial yang lain yang dapat dilakukan orang untuk berubah kearah yang lebih baik, diantaranya perubahan tempat tinggal, perubahan tingkah laku, perubahan nama namun saya rasa dua contoh tadi sudah bisa menjawab pertanyaan mengapa banyak orang yang melakukan perubahan kehidupan dengan cara mobilitas sosial.
2. Fungsi agent of change dalam suatu perubahan yang dikehendaki dan perubahan sosial yang tidak dikehendaki?
Jawab:
Agent of change dapat dikatakan sebagai seseorang yang melakukan perubahan. Disi lain dikatakan bahwa pendidikan sebenarnya juga menjalankan fungsi sebagai agent of change . Mana yang benar?keduanya tidaklah salah. Orang yang paling sering disebut agent of change biasanya adalah pemuda. Mengutip pernyataan mantan menegpora Adyaksa dault “ Kemajuan suatu bangsa terletak ditangan pemudanya”. Pernyataan ini ada benarnya karena pemuda dianggap bisa membuat inovasi inovasi menuju perubahan yang lebih baik. Pemuda sendiri identik dengan mahasiswa. Kembali muncul pertanyaan, mengapa mahasiswa? itu karena Mahsisiwa adalah manusia yang dipenuhi idealisme. Mahasiswa. Mahasiswa senantiasa punya banyak cerita bagi negeri ini. Mahsiswa dianggap tunas-tunas baru yang akan menggantikan peran para pemimpin dimasa yang akan datang. Ditangan para mahasiswalah sekarang masa depan bangsa ini akan terjadi. Tongkat estafet ini akan diteruskan oleh mahasiswa. Mahasiswa hendaknya menjadi orang yang selalu mengkritisi pemerintah dalam sebuah negara. Tujuan yaitu sebagai pengontrol kebijakan kebijakan pemerintah.
Kembali lagi kepada fungsi mahasiswa sebagai agent of change. Mahasiswa atau pemuda sebenarnya merupakan tokoh dibalik layar sekaligus pelaksana dalam sebuah perubahan. Mereka mengkritisi, menggagas, merencanakan kemudian melaksanakan apa apa yang menurut mereka perlu diubah agar menjadi lebih baik. Satu contoh yang dapat kita lihat adalah peran mahasiswa dalam meruntuhkan rezim Soeharto pada tahun 1998. Mereka bersatu, berdemo, menyuarakan aspirasi mereka hingga gedung MPR/DPR. Perubahan besar telah mahasiswa buat pada hari itu. Begitulah harusnya mahasiswa menjalankan fungsinya sebagai agent of change.
Mahasiswa disatu sisi menuntut suatu perubahan sosial yang mereka kehendaki dengan berbagai macam cara seperti berdemo dll. Disisi lain mahasiswa tidak bisa secara langsung mewujudkan perubahan itu sendiri. Mereka tetap harus meynyerahkan itu semua pada pemerintahan yang berjalan.

Contoh dapus yang bener

dulu ane bingung cari contoh dapus yang bener
trs googling dah
dapet bginian
siape tau bisa bantu bantu ente semua


Daftar Pustaka
Buku:
[HOFFER EA 2005] Hoffer, Jeffrey A., et.al, “Modern Systems Analysis and Design”, 4th ed.,
Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2005.
[RAYPORT 2003] Rayport, Jeffrey F. and Bernard J. Jaworski, Introduction to e-Commerce, 2nd ed., McGraw Hill, New York, 2003.
[Schach 2005] Schach, Stephen R. Object-Oriented and Classical Software Engineering,
6th ed. New York: McGraw Hill, 2005.
[Watson 2004] Watson, Richard T. 2004. Data Management, Databases and Organizations, 4th ed. Georgia: John Wiley & Sons, Inc.
[Watson 2005] ____________. 2005. Database Systems Concepts, Georgia: JWS.
Jurnal:
[SBY 2005] Amien, Yeni K. Juni 2005. “Sumbangan ICT dalam Membangun
Good Governance Amat Besar”, e-Indonesia, Vol.1: 12-15, Jakarta.
Karya Ilmiah:
[Agung 2005] Agung, Fatah B., 2005, Sistem Informasi Kampus Terpadu Berbasis WEB:
Studi Kasus Kampus MKOM Universitas Budi Luhur, Tesis, Jakarta:
Universitas Budi Luhur.
Tdk ada Pengarang:
[BP 1998] Balai Pustaka, “Internet Governance”, Suara Bangsa, 19-9-1998, 3-4, Jakarta.
Naskah dari Internet:
[ZURI 2003] Zuri, Alam L., “Kasus pengembangan pusat pelatihan Telematika Indonesia”,
2005, www.beritatik.com (Diakses 15 Oktober 2004).
Editor, Penerjemah, Film, dll: MLA, APA, Harvard Style, The Chicago Manual of Style, dll.
[NAUFAL 2005] Naufal, Kharis N. (editor), 2005, Konsep Nomor Identitas Tunggal Indonesia, Seminar e-Government, Universitas Budi Luhur, Jakarta.

Tantangan Media Cetak di Tengah Maraknya Media Online

Media Cetak
Sejarah media cetak merupakan sebuah siklus inovasi teknologi yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Adanya teknologi yang memfasilitasi penerbitan dan mempengaruhi format-format yang mungkin di media, tetapi tidak mendefinisikan isi media. Perkembangan alat yang digunakan dalam pencetakan juga mempengaruhi jumlah halaman yang dihasilkan surat kabar serta jumlah sirkulasinya.
Pada tahun 1960, komputerisasi mulai memimpin berbagai perubahan di dalam lingkungan media cetak. Pada awalnya, komputer hanya digunakan sebagai asisten kerja bagi seorang pengetik. Pada tahun 1970an, komputer menggantikan mesin tik. Pada komputer, teks atau tulisan ditransformasikan secara langsung menjadi film fotografi yang ditransfer kedalam piringan logam. Komputerisasi membuat fotografi bersifat digital, sehingga foto tersebut dapat diedit dan ditempatkan secara elektronik.
Saat ini teknologi fotokopi sempat membuat teknologi percetakan seakan tak berarti, paling tidak dalam level aplikasi yang rendah. Pada percetakan, seseorang harus mencetak beberapa lembar naskah yang berarti bahwa ia harus mengeluarkan biaya percetakan, sedangkan dengan mesin fotokopi, hanya dengan mengkopi naskah, seseorang dapat menghemat biaya. Inovasi dalam era informasi lainnya adalah custom publishing, yang bermanfaat pada fleksibilitas publikasi berbasis komputer untuk mencetak bagian dari sebuah buku yang hendak dicetak dengan tujuan tertentu. Custom publishing saat ini telah berkembang menjadi teknologi print-on-demand, yaitu usaha mencetak seluruh isi buku yang telah dipesan oleh pelanggan.
Media Online (Internet)
Efek dari adanya perkembangan teknologi yang pesat membuat orang-orang memiliki keinginan untuk dapat mengetahui tentang pemberitaan yang terjadi dengan lebih cepat dan menghemat waktu. Oleh karena itu digunakanlah sarana pemberitaan melalui internet. Sehingga, saat ini banyak pemberitaan yang menggunakan media online atau internet sebagai media menyalurkan berita atau informasi.
Media Online di Indonesia kebanyakan lahir pada saat jatuhnya pemerintahan Soeharto di tahun 1998, dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak pembaca sehingga orang-orang dapat mengetahui dengan cepat pemberitaan apa yang sedang terjadi.
Selain berita, pada media online ini juga dilengkapi dengan beragam fitur yang mungkin tidak kita dapatkan pada media pemberitaan cetak atau melalui penyiaran. Salah satunya adalah kita bisa mencari arsip berita yang kita inginkan, tentang topik tertentu dan pada tanggal tertentu, bahkan kita dapat menemukan arsip berita dari waktu yang telah lampau. Kita juga dapat melakukan kontak dengan redaksi dan bergabung dengan forum yang ada didalamnya dan kita juga dapat dengan segera meralat berita atau informasi yang salah dalam waktu yang singkat. Selain itu kita juga dapat melihat video penyiaran berita melalui media online.
Kesimpulan
Semakin berkembangnya teknologi yang diciptakan manusia, maka semakin pesat pula berbagai informasi atau berita yang didapat, baik itu melalui media cetak maupun media online. Media online yang merupakan cara tercepat dan termudah untuk mengakses informasi pun dipilih oleh kebanyakan orang. Kenyataannya banyak media cetak yang memiliki situs online. Hal tersebut merupakan salah satu upaya dari perusahaan media cetak untuk menyampaikan informasi lebih cepat kepada masyarakat melalui situs online tersebut.
Dengan demikian, adanya media online bukanlah merupakan suatu penghambat ataupun tantangan bagi media cetak melainkan merupakan partner untuk mempermudah menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Tetapi, media cetak tetaplah menjadi sarana penyampai informasi yang lebih resmi dan dapat dipastikan keakuratan beritanya.


PERBANDINGAN ANTARA
MEDIA MASSA CETAK DAN MEDIA MASSA ONLINE

Media Massa Cetak
Media massa cetak dapat diterbitkan dalam beberapa format, seperti newsletter, majalah, tabloid, atau surat kabar. Setiap format memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal efektivitas penyampaian informasi. Hal pertama yang dipertimbangkan dalam memilih format media sudah tentu jawaban atas pertanyaan format apa yang paling cocok bagi pembaca, sesuai karakter pembaca itu sendiri. Pertimbangan kedua yang perlu diperhatikan dalam memilih format media adalah karakter fisik setiap format, karakter isi, periodisitas, kemudahan proses produksi, biaya, dan citra yang dikehendaki. Berikut adalah jenis-jenis dari format media massa cetak, yaitu diantaranya :
"Newsletter"
1. "Newsletter" umumnya menggunakan kertas HVS (atau kertas berkualitas lebih baik). Ukuran kertas yang digunakan biasanya A4 atau sedikit lebih kecil. Jumlah halaman berkisar antara 4 dan 12 halaman atau lebih. "Newsletter" bisa dijilid, bisa pula tidak dijilid. "Newsletter" lebih mudah dan lebih cepat diproduksi. Biasanya produksi juga lebih rendah.
2. Tulisan yang dimuat pada "newsletter" biasanya lebih pendek. Kalimat yang digunakan lebih ringkas dan langsung ke pokok masalah.
3. Sampul depan "newsletter", selain menampilkan nama media, tanggal terbit dan nomor edisi, juga memuat daftar isi dan sebuah tulisan lengkap. Kebanyakan "newsletter" tidak memuat foto. Halaman "newsletter" biasanya dibagi atas 2 -- 3 kolom.
4. Ditilik dari segi kemudahan proses produksi, format "newsletter" yang biasanya tak banyak memuat foto dan hanya menggunakan dua warna, lebih mudah dikerjakan ketimbang format majalah, tabloid, atau surat kabar.
Majalah
1. Selain menggunakan kertas koran untuk halaman dalam, majalah juga menggunakan kertas HVS atau kertas jenis lain yang lebih baik kualitasnya. Kertas yang digunakan berukuran A4 atau sedikit lebih besar. Namun, ada pula majalah yang menggunakan ukuran lebih kecil, seperti "Intisari" atau "Reader`s Digest".
2. Sampul majalah banyak menggunakan kertas yang lebih tebal dan berkualitas lebih baik ketimbang halaman dalamnya. Dengan demikian, kualitas cetak sampul bisa diupayakan lebih baik, agar tampak lebih menarik.
3. Tampilan majalah tampak lebih serius dan dijilid dengan baik sehingga cocok untuk didokumentasi. Untuk media korporasi/organisasi, jumlah halaman sekitar 16 -- 24 halaman, atau lebih. Majalah bisa memuat tulisan yang lebih banyak dan lebih panjang. Halaman majalah biasanya dibagi atas 2 -- 4 kolom.
Tabloid
1. Tabloid kebanyakan menggunakan kertas koran. Ukuran kertas yang digunakan sekitar setengah kali ukuran kertas koran. Sampul tabloid umumnya juga menggunakan jenis kertas yang sama dengan jenis kertas yang digunakan pada halaman dalam.
2. Tampilan tabloid tampak lebih populer. Bisa dicetak dua warna atau lebih. Penataan perwajahan tabloid merupakan paduan antara desain yang ditetapkan pada majalah dan surat kabar. Halaman tabloid biasanya dibagi atas 3 -- 5 kolom.
3. Tabloid umumnya tidak dijilid. Jadi, suatu edisi bisa dibaca bersama-sama oleh beberapa orang, masing-masing satu lembar terpisah. Untuk media korporasi/organisasi, jumlah halaman tabloid yang biasa digunakan sekitar 8 -- 16 halaman.
Surat kabar
1. Mempersiapkan format surat kabar sedikit lebih sukar ketimbang format lainnya. Satu halaman surat kabar biasanya memuat sejumlah item tulisan. Oleh sebab itu, perlu ditata secara baik agar tampak menarik dan mudah dibaca.
2. Surat kabar tidak dijilid. Jadi, dapat dibaca bersama-sama oleh sejumlah orang, masing-masing membaca lembar yang berbeda, asal tulisan yang bersambung tidak terdapat pada lembar yang berbeda. Di Indonesia, ukuran kertas yang digunakan adalah sekitar 42 cm x 58 cm. Jenis kertas yang digunakan adalah kertas koran.
3. Halaman surat kabar biasanya dibagi atas sejumlah kolom, biasanya 7 -- 9 kolom. Pola desain halaman surat kabar belakangan ini banyak menggunakan pola modular (pola yang memungkinkan halaman dibagi atas sejumlah bidang persegi empat, bisa membujur dari atas ke bawah, bisa melintang dari kiri ke kanan).
4. Karena menggunakan kertas koran, kualitas cetak surat kabar tidak sebaik kualitas cetak majalah yang menggunakan kertas HVS atau sejenis. Karena itu, belasan tahun lalu warna jarang digunakan untuk surat kabar. Meskipun demikian, berkat perkembangan teknologi, penggunaan warna pada tampilan surat kabar sudah semakin populer akhir-akhir ini.

Media Massa Online
Media massa online biasanya menggunakan format media seperti website, blog, dll. Dalam media massa online lebih mengedepankan kecepatan penyampaian informasi kepada khalayak, oleh karena itu sangat didukung oleh kemajuan teknologi internet. Media massa online dapat diakses kapan saja dan dimana saja melalui akses jaringan internet, serta informasi yang ada didalamnya dapat di-update setiap saat. Berikut adalah keunggulan dari jurnalisme media massa online : (1) Audience Control adalah jurnalisme media massa online memungkinkan audience untuk lebih leluasa dalam memilih berita yang diinginkannya. (2) Nonlienarity adalah jurnalisme media massa online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami. (3) Storage and retrieval adalah media massa online memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali dengan mudah oleh audience. (4) Unlimited Space.adalah media massa online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan/ ditayangkan kepada audience dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya. (5) Immediacy adalah media massa memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada audience. (6) Multimedia Capability adalah jurnalisme media massa online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya di dalam berita yang akan diterima oleh audience. (7) Interactivity adalah media massa online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audience dalam setiap berita.

Sebelum naskah di muat dalam sebuah media naskah harus di ACC terlebih dahulu oleh redaksi
Terbitnya berkala, contohnya mingguan, harian, ataupun bulanan
Walau sudah selesai dicetak, media belum bisa langsung dibaca oleh khalayak
Berita dan informasi disampaikan melalui batasan formal dan terdapat etika jurnalisme yang harus dipatuhi
Media yang digunakan adalah media cetak, seperti : bulletin, surat kabar, majalah, tabloid, dll.
Penggunaan tata bahasa sangat di perhatikan
Perlu keterampilan khusus dari jurnalis untuk mengelola informasi dan berita
Dalam media online pemuatan naskah tidak dibatasi karena melalui suatu website naskah dapat sepanjang apapun. Dalam media online naskah di batasi demi kecepatan akses dan juga desain.
Beberapa media membebaskan jurnalisnya mengolah sendiri tulisannya
terbitnya kapan saja, tidak ada jadwal khusus kecuali untuk rubric tertentu
Begitu di-upload, setiap berita dapat langsung dibaca siapa saja yang mengakses tertentu
Batasannya hanya pada etika jurnalisme


Media yang dipakai adalah internet

Tidak terlalu memperhatikan tata bahasa

Tidak memerluakn keterampilan khusus dari pencari berita

Hambatan Media Cetak ditengah Perkembangan Media Online
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang melesat cepat saat ini ternyata tidak hanya berdampak pada aspek social ekonomi negeri ini, tetapi aspek komunikasi dan penyampaian informasi juga terkena dampaknya. Kemudian imbasnya juga terjadi pada system dan pola media massa (cetak maupun elektronik). Misal saja dengan munculnya handphone dan internet yang memudahkan kita untuk bertukar informasi dengan mudah dan cepat walaupun terpisah jarak yang sangat jauh. Dengan segala kemudahan yang ditawarkan oleh system online yang bisa diakses dimanapun dan kapanpun, sekarang muncul tren penulisan dan penerbitan media melalui system jurnalisme “dotcom”. Sehingga seiring dengan berjalannya waktu, hal tersebut akan menjadi hambatan besar bagi perkembangan jurnalisme cetak seperti Koran, majalah, dan lain-lain.
Di Amerika Serikat, kecenderungan media online menggempur media cetak sudah mulai terlihat dampaknya. Berdasarkan survei Pew Internet and American Life Project, masyarakat Amerika Serikat menjadikan internet sebagai sumber untuk memperoleh berita. 37 persen masyarakat AS selalu berpartisipasi aktif dalam mengomentari berita-berita yang muncul. Kemudian survey juga mengangkakan prosentase antara kedua media tersebut, dan hasilnya 73 persen Masyarakat di AS merujuk pada media online (CBN dan CNN menjadi situs terfavorit saat ini), dan 17 persen masih setia membaca Koran untuk memperoleh berita.
Kondisinya tidak berbeda jauh dengan fenomena media online di Indonesia. Saat ini telah terjadi kecenderungan penurunan angka media cetak di Indonesia, dari semula 5,1 juta eksemplar pada tahun 1997 menjadi 4,7 juta eksemplar. Sekaran ini ”yang cepat mengalahkan yang lambat. Dan bukan yang besar mengalahkan yang kecil”. Demikianlah yang dikatakan Aripin Asydhad, wakil pimpinan redaksi detik.com.
Beberapa factor yang menghambat media cetak ditengah tren media online antara lain, sebagai berikut :
1. Media online cenderung lebih up to date dan lebih cepat dalam mempersembahkan sebuah pemberitaan.
Ilustrasinya begini, jika ada sebuah pertandingan sepakbola yang dilangsungkan dini hari, maka selesai pertandingan itu juga media online mampu memunculkan berita agar dapat diakses masyarakat. Berbeda dengan televisi yang masih membutuhkan waktu puluham menit hingga hitungan jam untuk bisa disiarkan menjadi berita kepada masyarakat. Bahkan, koran perlu waktu hampir satu hari untuk menyampaikan hasil pertandingan sepakbola sebab menunggu terbitnya edisi esok hari. Jadi tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mendapatkan sebuah informasi (berita).

2. Media online memiliki aksesibilitas yang cepat.
Masyarakat Indonesia saat ini merupakan masyarakat informasi yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan media komunikasi dan menggunakan teknologi informasi seperti telepon dan komputer. Ketika mereka menginginkan membaca sebuah update dari suatu kasus tertentu yang sedang hangat diperbincangkan di seluruh media massa, mereka tidak perlu untuk mencari toko yang menjual surat kabar untuk mendapatkan informasinya. Sekarang ini trennya “sekali klik untuk mendapatkan jutaan informasi”. Jadi tingkat aksesibilitas media online yang lebih cepat dibandingkan media cetak sangat mempermudah seseorang mendapatkan sebuah informasi (berita) dan lebih banyak diminati saat ini.

3. Dengan media online, Citizen Journalism medapatkan akses untuk menampilkan gagasannya.
Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga merupakan adalah mereka yang memiliki hobi menulis, seperti para blogger, anggota milis, kontributor freelance media online, pemberi komentar pada berbagai artikel, dan lain-lain yang secara aktif menulis dalam media massa. Inilah uniknya media online. Siapapun bisa menulis berita dan memberikan informasi dengan sekali klik untuk meng-upload. Jadi semua orang bisa diposisikan sebagai produsen berita maupun konsumen berita. Dalam jurnalisme online, masyarakat memiliki ruang partisipasi yang lebih besar daripada meda cetak.

Tantangan Media Cetak ditengah Perkembangan Media Online
Tantangan media cetak di tengah media online adalah persaingan yang up to date dan cepat untuk di akses. Keunggulan media online adalah kemudahan dalam mengakses dan kecepatan informasi yang di dapat. tetapi itu hanya pada tempat yang ada jangkauan untuk mengakses internet saja. Sedangkan jika di luar jangkauan internet, maka berita tidak bisa didapat. Ditambah tidak semua orang bisa dalam mengoperasikan internet. Tetapi media cetak menyajikan kemudahan dalam didapat, dibawa kemana saja, tidak perlu orang yang mempunyai teknologi yang bisa mendapat media cetak.
Survei multimedia yang dilakukan Group of Magazine KG tahun 2008 menunjukkan pengguna internet di Indonesia sekitar 30 Juta pengguna. Ini menandakan bahwa arus informasi melalui internet sangat gencar dan menjadi salah satu batu sandungan bagi media cetak. Penjelasan di atas untuk sementara dapat membuktikan bahwa media online secara bertahap telah sedikit banyak menggerus industri media cetak. Namun, dibalik menurunnya performa media cetak di dunia khususnya di Indonesia, bukan hanya karena masifnya portal-portal berita maupun blog yang ikut mewarnai arus informasi, tentunya pasti ada beberapa penyebab masyarakat lebih beralih ke media online untuk mendapatkan informasi.
Tantangan
Tantangan akan datang ketika di dalamnya terdapat kompetitor yang menciptakan persaingan. Ini terjadi pada media cetak yang saat ini mengganggap media online sebagai batu sandungan mereka. Tantangan terbesar bagi media cetak adalah bukan melawan media online itu sendiri namun menyelaraskan dirinya dengan perkembangan media online yang masif dan “digandrungi” masyarakat dalam memperoleh informasi. Menjadi tantangan tersendiri bagi media cetak ketika harus membuat inovasi dan terobosan baru dengan cara menyelaraskan dengan teknologi internet yang menjadi keunggulan media online.
Kita dapat mengambil contoh media cetak Kompas yang memanfaatkan keunggulan komparatif namun fleksibel, yaitu menyediakan fasilitas QR Code yang memungkinkan pembaca mengakses data digital artikel yang dimaksud. Ramuan cetak dan digital ini cukup menjawab habit multiplatform komunitas pembacanya. (InfoKita, Nov/09)
Peluang
Walaupun media cetak saat ini tengah bersaing dengan media online, peluang mengenai nasib media cetak kedepannya masih ada dan terbuka lebar. Mengingat media cetak merupakan pioneer bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan berita. Ada pula faktor lain yang menjadikan peluang media cetak untuk tetap eksis dan menjadi mainstream informasi dan berita, yaitu:
1. Membaca media cetak seperti koran dan majalah sudah menjadi kebudayaan dan kebiasaan masyarakat sejak dulu. Salah satunya sebagai teman dalam ritual meminum teh atau kopi di pagi hari. Ini menunjukkan bahwa masyarakat membaca media cetak bukan hanya untuk mendapatkan informasi dan berita tapi sudah menjadi suatu kebiasaan rutin.
2. Walaupun telat sehari dalam pemberitaan, keakuratan content informasi dan berita media cetak dinilai lebih unggul dibanding dengan media online. Hal ini disebabkan media cetak lebih matang dalam menyajikan sebuah informasi dan berita karena waktu untuk mengolah dan mendapatkan keakuratan sebuah informasi dan berita lebih banyak. Beda halnya dengan media online yang terkadang hanya mengejar waktu tayang tanpa memedulikan kualitas informasi dan berita yang disajikan. Sehingga masyarakat yang ingin mendapatkan atau mengkonsumsi informasi dan berita yang berkualitas dan akurat akan tetap mengandalkan media cetak sebagai sumber utama.
3. Terkait dengan tantangan media cetak untuk lebih menyelaraskan dengan teknologi internet seperti yang dilakukan KOMPAS dengan QR Code-nya, media cetak akan mendapatkan porsi yang sama dengan porsinya saat ini sebagai sumber ionformasi dan berita. Tentunya dengan inovasi dan terobosan baru.
Namun, Jika sebuah media cetak tetap mempertahankan sifat konvensional seperti yang masih terjadi pada beberapa media cetak di Indonesia, maka tak mustahil jika media online akan menjadi alternatif masyarakat untuk mendapatkan sebuah berita dan informasi.

Sumber Berita dan Teknik Wawancara

Pengertian Berita
Berita adalah sesuatu yang aktual serta dipilih oleh wartawan untuk dimuat ke dalam media karena menarik dan memiliki arti penting bagi pembaca. Berita memiliki beberapa kriteria, yaitu harus akurat, lengkap, objektif, seimbang, jelas dan ringkas. Adanya sebuah berita pasti dikarenakan adanya sumber berita yang menciptakan berita tersebut.

Sumber Berita
Sumber berita dapat berupa manusia atau peristiwa yang menjadi awal terciptanya sebuah berita , bisa berwujud individu atau lembaga. Contoh dari sumber berita individu adalah : pemberitaan tentang Susno Duadji, sedangkan contoh dari sumber berita lembaga adalah : pemberitaan tentang pemilihan calon Ketua Umum dari Partai Demokrat.
Sumber berita merupakan awal mula dari terciptanya sebuah berita dan merupakan aspek penting dalam peliputan yang dilakukan oleh wartawan. Dalam peliputannya wartawan harus pandai-pandai memilih sumber berita yang benar-benar baik agar dapat menghasilkan berita yang baik dan benar karena kebenaran adalah salah satu ukuran untuk menentukan baik buruknya suatu produk jurnalistik.

Syarat Sumber Berita
Syarat-syarat sumber berita antara lain adalah :
1. Layak dipercaya/ credible dalam hal ini wartawanlah yang menilai
2. Memiliki otoritas dan wewenang
3. Kompeten/ menguasai dalam bidangnya
4. Berkaitan langsung dengan peristiwa

Fungsi Sumber Berita
Secara fungsi sederhananya sumber berita dibagi menjadi dua, yang pertama adalah sebagai pemasok berita atau penyalur informasi, dan yang kedua adalah sumber yang akan menjadi subjek dalam liputan. Pemasok berita biasanya memiliki kepentingan-kepentingan khusus entah itu kepentingan pribadi ataupun golongan sehingga wartawan harus berhati-hati agar nantinya berita tersebut tidak keluar dari topik utamanya.

Macam-macam Sumber Berita
Sumber berita dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Sumber berita tertulis (paper trail)
Sumber berita ini berbentuk tulisan yang memberikan informasi kepada khalayak yang dapat berupa berita pers, makalah, atau dalam bentuk dokumen lain. Tentu saja kita tidak boleh langsung mencerna sumber berita semacam ini, untuk mendapatkan akurasi dan objektivitas diperlukan adanya investigasi atau analisis yang lebih mendalam.
2. Sumber berita elektronik (electronic trail)
Sumber berita ini dapat diperoleh lewat internet, televisi, atau radio. Karena berhubungan dengan elektronik, tentu saja diperlukan perangkat teknologi dan ketrampilan dalam mengoperasikan alat elektronik unutuk mendapat berita dari sumber ini.
3. Sumber berita orang (people trail)
Berita yang diperoleh memanfaatkan adanya narasumber utama yang memahami dan mengerti bagaimana topik yang akan dijadikan berita. Narasumber perlu dikonfirmasi lebih lanjut atas pernyataan yang diberikan untuk menjaga akurasi dan objektivitas yang sangat dibutuhkan.
4. Sumber berita kantor berita (news office trail)
Informasi untuk berita diperoleh dari kantor berita yang biasanya dimiliki pemerintah pusat yang menyimpan dokumentasi berita yang dipublikasikan secara nasional.

Informan sebagai Sumber Berita
Bagi para wartawan investigasi kehadiran sumber berita tidak resmi yang cenderung bersifat rahasia akan sangat menguntungkan. Karena orang-orang yang menjadi informan bisa jadi memiliki informasi yang seringkali tidak akan dibagi oleh sumber berita resmi. Informasi yang diberikan informan termasuk informasi yang sensitif sehingga namanya tidak pernah dicantumkan dalam berita demi untuk menjaga keamanan dan kenyamanan informan. Informasi yang didapat boleh-boleh saja dijadikan sumber berita utama asalkan telah memenuhi syarat informasi yang dibutuhkan dan kehadirannya dimaksudkan untuk memberikan informasi yang lebih jelas dan gamblang bagi publik.

Jejaring Sosial dan Sumber Berita
Di era yang serba canggih dan instan ini, sumber berita bisa sangat mudah diperoleh dari hadirnya jejaring sosial semisal Facebook atau Twitter. Mengapa demikian? Karena hampir setiap orang yang hidup dalam lingkungan sosial yang sangat membutuhkan sarana untuk berkomunikasi memiliki account jejaring sosial seperti di atas. Mulai dari masyarakat awam sampai para selebritas memanfaatkan .fasilitas jejaring sosial itu untuk sharing atau berbagi informasi tentang diri mereka sendiri seperti kegiatan mereka sehari-hari atau pun pikiran-pikiran yang muncul dalam diri mereka lewat kegiatan yang biasa disebut update status. Mungkin saja update status oleh para selebritis ini dianggap lebih nyaman dilakukan mereka sendiri daripada memberikan statement langsung di depan pers yang seringkali mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan posisi mereka dalam topik yang sedang hangat dibicarakan di kalangan masyarakat luas. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan para pewarta hiburan yang dapat dengan mudah memperoleh berita otentik dan akurat langsung dari apa yang ditulis para selebritas itu sendiri di status jejaring sosial mereka.
Akan tetapi akan sangat membantu apabila seorang wartawan juga harus pandai dalam mencari sumber berita, melobi, dan melakukan usaha pendekatan lainnya kepada sumber agar dapat memudahkan mendapatkan akses mencari dan meliput suatu peristiwa untuk dijadikan sebuah berita yang nantinya akan disajikan kepada masyarakat.

Pengertian Wawancara
Wawancara adalah slah satu cara yang dilakukan wartawan untuk mendapatkan informasi dari narasumbernya. Wawancara adalah suatu proses mengharuskan penafsiran dan penyesuaian terus menerus. Wawancara adalahsuatu teknik mencari fakta dengan meminjam indera (mengingat dan merekonstruksi) sebuah peristiwa, mengutip pendapat, dan opini narasumber.
Menurut Mike Fancher, wawancara yang baik adalah membuat narasumber mengatakan apa yang ia pikirkan, bukannya memikirkan apa yang harus dikatakan.

Teknik-teknik Wawancara
Dalam wawancara dikenal beberapa teknik, yaitu:
1. Wawancara secara tatap muka. Dilakukan secara berhadap-hadapan dan memungkinkan tergalinya informasi dari narasumber
2. Wawancara melalui telepon. Ini biasanya dilakukan untuk mengkonfirmasi dan mengejar deadline.
3. Wawancara kelompok. Percakapan dilakukan dengan lebih dari satu orang narasumber dalam satu kesempatan. Contohnya ketika terjadi bencana alam atau tindakan kriminalitas.
Selain yang disebutkan di atas, wawancara berita setidaknya membutuhkan ketrampilan dasar sebagai berikut:
• Memahami maksud dan tujuan wawancara
• Menguasai topik dan materi wawancara
• Mampu menata organisasi wawancara, termasuk waktu wawancara
• Mampu mendeteksi kesesuaian hasil wawancara dengan proyeksi berita yang akan ditulis
Tujuan Wawancara
1. Tujuan faktual
Untuk mencari, menggali, dan mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung berita.
2. Tujuan riset
Untuk memperoleh informasi, fakta, dan data penting yang terkait dengan berita.
3. Tujuan penegasan
Untuk menguji tingkat kebenaran dan aktualitas informasi yang berkembang di masyarakat.

Macam-macam Wawancara Berdasarkan Tujuan
Wawancara berdasarkan tujuannya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Wawancara untuk membuat berita kutipan (quote story) yang disebut juga talking news. Berita kutipan adalah berita yang berisi ucapan atau pendapat seseorang atau beberapa orang yang memberikan makna pada ucapan-ucapan itu.
2. Wawancara untuk membuat berita yang didasarkan pada wawancara. Yaitu berita yang fakta-faktanya dikumpulkan melalui proses wawancara.

Bentuk-bentuk Wawancara
Dalam jurnalisme modern, dikenal 3 bentuk wawancara :
1. Wawancara berita (news interview) sebuah bentuk wawancara untuk memberitakan keterangan ahli tentang masalah yang tengah hangat.
2. Wawancara profil pribadi (personality interview). Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada sosok yang diwawancarai untuk mengungkapkan kepribadiannya melalui kata-katanya sendiri.
3. Wawancara kelompok (sympostum interview) dimana pandangan atau sikap sejumlah responden, yang kadang-kadang besar jumlahnya diangkat menjadi berita.

Syarat Wawancara yang Baik
Sedangkan wawancara dapat dikatakan efektif jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Berlangsung 30 menit lebih lama dari jadwal waktu yang telah direncanakan. Hal ini dilakukan dengan maksud memberi ruang bagi narasumber untuk memberikan informasi-informasi tambahan yang memperkuat hasil wawancara tersebut.
• Datang tepat waktu
• Susun pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber terlebih dahulu.
• Ketika proses wawancara berlangsung,usahakan posisi tidak jauh dari narasumber, hal ini guna menciptakan rasa keakraban.
• Memulai wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang ringan.

Pertanyaan dalam Wawancara
Berbagai pertanyaan yang dapat digunakan dalam proses wawancara antara lain :
• Pertanyaan yang bersifat terbuka,dengan maksud mencairkan suasana serta kebekuan selama proses wawancara serta tanpa maksud menggali informasi mengenai topik yang dibicarakan.
• Pertanyaan langsung yan bersifat lebih spesifik sehingga menemukan sifat dari topik yang dibicaakan.
• Pertanyaan tertutup.
• Pertanyaan menyelidik,mengikuti pertanyaan langsung dan tertutup.
• Pertanyaan “cermin” yang dilakukan dengan maksud menegaskan kembali pertanyaan terdahulu sehingga membantu narasumber untuk meninjau kembali pernyataan sebelumnya.
• Pertanyaan hipotesis, ditujukan pada saat menjelang akhir wawancara dengan tujuan memberikan narasumber untuk berspekulasi mengenai sebuah topik yang tengah hangat diperbincangkan.

Wawancara Investigatif
Untuk mengurangi resiko yang mungkin terjadi dalam wawancara investigatif, wartawan serta narasumber hendaknya menyetujui sebuah kesepakatan mengenai pernyataan,dimana semua pernyataan narasumber boleh dipakai atau tidak. Hal ini bertujuan untuk menghindari beberapa pelanggaran. Jenis keterangan narasumber yaitu :
• On the record,dimana semua pernyataan boleh langsung dikutip dengan menyertakan nama serta gelar orang yang membuat pernyataan tersebut(narasumber).
• On background,dimana semua pernyataan boleh dikutip,tetapi tanpa menyebutkan nama atau gelar tertentu orang yang memberikan pendapat.
• On deep background,Apa yang dikatakan narasumber boleh dipergunakan,akan tetapi tidak dalam kutipan langsung dan tidak untuk sembarang jenis penyebutan narasumber.
• Off the record,dimana informasi yang diberikan hanya untuk wartawan serta tidak boleh dicetak atau disebarluaskan dalam bentuk apapun.

Persamaan dan Perbedaan Jurnalistik dan Pers

Definisi Jurnalistik
Jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan
Secara umum, jurnalistik bisa dipahami sebagai kegiatan menyampaikan informasi, yakni kegiatan mengemas berita aktual untuk khalayak atau audience melalui sarana media, baik cetak maupun elektronika. Oleh karena itu, kegiatan menyampaikan informasi ini dibutuhkan teknik-teknik khusus agar informasi itu menarik. Kata jurnalistik itu bisa diruntut dari asal katanya yaitu ;
1) Journal yakni surat kabar atau majalah.
2) Journalistic berarti kewartawanan.
3) Journey berarti perjalanan.
4) Du jour, yakni hari, berita dalam satu hari itu termuat pada lembaran tercetak. Tapi, pada perkembangan berikutnya, tak cuma media tercetak saja yang bisa menyampaikan informasi, media elektronika pun berkembang sangat pesat sehingga keduanya saling melengkapi.
Menurut Erik Hodgins, Redaktur Majalah Time, jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama, dan cepat dalam rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir yang selalu dapat dibuktikan. Secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khayalak seluas – luasnya dengan secepat-cepatnya.

Jurnalistik juga mempunyai produk yaitu Tabloit, majalah, bulletin atau berkala lainnya seperti radio, televisi, dan media online internet. Pada surat kabar dikelompokkan dalam 3 jenis dan hanya 2 yang dianggap sebagai produk jurnalistik yaitu :
1. Berita (news), meliputi berita langsung, berita menyeluruh, berita mendalam, pelaporan mendalam, berita penyidikan, berita khas bercerita, berita gambar.
2. Opini (views), meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom, esai, dan surat pembaca.
Pengertian jurnalistik, berdasarkan pemahaman itu bisa berkaitan dengan kegiatan menyiapkan, mengedit, menulis untuk surat kabar, majalah atau penerbitan lain. Di sisi lain, kita juga mengenal istilah pers. Pers itu sendiri berasal dari kata pressur, kemudian menjadi press, yang memiliki pengertian sempit dan umum. Pertama, pengertian sempitnya pers adalah media cetak yang mengelola pemberitaan. Kedua, pengertian pers secara umum adalah semua media komunikasi massa baik koran, majalah, tabloid, bulletin, maupun radio dan televisi.









Definisi Pers
Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat serta memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi negara dan pemerintahan yang demokratis. Menurut Miriam Budiardjo, bahwa salah satu ciri negara demokrasi adalah memiliki pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Pers juga bisa diartikan sebagai lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Istilah pers berasal dari bahasa Belanda, yang berarti dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak, dan secara maknafiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (Effendy,1994).
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni
1. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk pers elektrolit, radio siaran, dan televisi siaran.
2. Sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada pers cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buleten kantor berita.




Pers sendiri memiliki fungsi:
• Informatif
• Kontrol kinerja (pemerintah & perusahaan)
• Interpretatif & direktif
• Menghibur
• Regeneratif
• Melindungi hak warga negara
• Ekonomi
• Swadaya
Jadi pada dasarnya antara jurnalistik dan pers berkesinambungan, tapi ada pengertian-pengertian yang berbeda, Jurnalistik bisa dipahami sebagai kegiatan informasi. Pers ialah yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting dalam masyarakat. Dilihat dari fungsinya pun , jurnalistik dan pers berbeda tetapi saling berhubungan dan saling membutuhkan. Pers adalah sarana yang membantu kegiatan jurnalistik agar dapat berjalan. Pelaku jurnalistik (jurnalis) butuh sarana dan lembaga (Pers) yang dapat menampung informasi dan mengarahkannya pada jalur jurnalistik yang sebagaimana mestinya. Kegiatan utama jurnalistik adalah pelaporan berita sedangkan kegiatan utama Pers adalah menampung aspirasi dan informasi dari masyarakat serta menyebarluaskannya.

Perkembangan Media Massa Konvensional dan Media Massa Baru

Pengertian Media Mainstream atau Media Konvensional
Media massa merupakan singkatan dari media komunikasi massa yaitu saluran, alat, atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa. Media massa adalah istilah yang dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Fungsi media massa adalah tugas khusus yang dibebankan pada media massa. Disebutkan 4 fungsi media massa yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi mempengaruhi. Mainstream media atau media massa, umumnya digunakan untuk mencetak publikasi, seperti koran dan majalah yang banyak dibaca oleh masyarakat, bersama dengan stasiun televisi, film dan radio yang berisi acara-acara yang diminati penonton.
Karakteristik komunikasi massa yang meliputi beberapa hal, yaitu : 1. Komunikatornya melembaga, berbicara mewakili lembaga (media massa), bukan atas nama dirinya sendiri. 2. Pesan bersifat umum karena dikonsumsi untuk orang banyak yang heterogen. 3. Menimbulkan keserempakan. 4. Serentak penerimaan oleh massa. Media yang menjadi saluran komunikasi diterima pada saat yang sama oleh public. 5. Berlangsung satu arah, yaitu komunikator kepada komunikan.
Segala isi dan peristiwa yang ada di dunia menjadi sumber informasi bagi media massa. Selanjutnya, media massa mempunyai tugas dan kewajiban – selain menjadi sarana dan prasarana komunikasi – untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan peristiwa-peristiwa di dunia ini melalui pemberitaan atau publikasinya dalam aneka wujud (berita, artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya)


.

Pengertian Media Massa Baru atau New Media
Media baru adalah istilah yang luas yang muncul di bagian akhir abad ke-20 untuk mencakup penggabungan media tradisional seperti film, gambar, musik, lisan dan tertulis kata, dengan kekuatan interaktif dari komputer dan teknologi komunikasi, komputer memungkinkan konsumen perangkat dan yang paling penting internet. media Baru menyodorkan kemungkinan akses on-demand untuk konten kapan saja, di mana saja, pada perangkat digital, serta umpan balik pengguna interaktif, partisipasi kreatif dan pembentukan masyarakat sekitar isi media. Apa yang membedakan media baru dari media tradisional bukan digitalisasi konten media ke bit, kecuali kehidupan dinamis dari isi. Dengan demikian, siaran televisi high-definition digital film dilihat pada TV plasma digital masih contoh media tradisional, sedangkan "analog" kertas poster sebuah band rock lokal yang berisi alamat web dimana para fans dapat menemukan informasi dan digital download musik adalah contoh komunikasi media baru.
Meluasnya pemakaian teknologi digital sebagai pengantar informasi telah membuka jalan bagi Indonesia memasuki era New Media. Sejumlah grup industri media besar nasional secara strategis telah menyiapkan langkah konvergensi isi melalui dunia digital. Internet menjadi teknologi konvergensi yang menyatukan berbagai platform media dalam satu bentuk baru media.
Ada dua karakter ” baru” dari media yang bertumbuh lewat internet itu. Pertama, kecenderungannya menyajikan peristiwa secara cepat dan dihadirkan lewat beragam platform sekaligus, dari video, suara dan teks. Kedua, melalui teknologi digital, pesan atau informasi menyebar secara horisontal, dari satu pengguna ke satu komunitas, atau sebaliknya. Misalnya, kemunculan YouTube, aplikasi jejaring sosial berbasis video, membuat berbagai peristiwa penting dikirim oleh individu dan dengan sekejap informasi bergambar itu bisa diakses secara global.


Perkembangan Media Massa Konvensional menjadi New Media
Keberadaan media konvensional seperti surat kabar cetak yang mulai tersaingi oleh keberadaan media elektronik seperti internet. Kemudahan – kemudahan yang ditawarkan media elektronk ditengah kesibukan manusia yang semakin tinggi, membuat media elektronik menjadi pilihan tepat untuk memperoleh informasi. Munculnya media baru telah meningkatkan komunikasi antara orang di seluruh dunia dan Internet. Ini telah memungkinkan orang untuk mengekspresikan diri melalui blog, situs web, gambar, dan user-generated media lainnya.
Di tengah hempasan arus globalisasi, perkembangan teknologi, serta tingginya kompetisi industri, media secara perlahan mulai mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut mendorong munculnya media non konvensional atau yang saat ini disebut sebagai new media. Media komunikasi konvensional yang selama ini digunakan dan beredar di masyarakat adalah media audio visual, baik berupa media cetak maupun media elektronik. Media visual adalah jenis media komunikasi pertama yang berada dalam masyarakat. Pada mulanya, media komunikasi yang pertama bersifat visual adalah buku. Buku, atau teks tertulis, merupakan kumpulan dari cerita dan pengalaman manusia yang didokumentasikan. Masyarakat pada masa lampau menggunakan papyrus sebagai media menulis, yang akhirnya berkembang menjadi kertas. Isi dari teks tersebut ditulis secara manual (menggunakan tangan). Masuknya teknologi mesin cetak mengubah industri media tersebut. Teknologi tersebut mengubah penggunaan tulisan tangan dalam buku menjadi menggunakan mesin cetak. Mesin cetak terbuat dari logam-logam yang saling terpisah sehingga dapat menyusun kata dan kalimat.
Perubahan dalam industri media visual yang ditandai dengan berkembangnya teknologi mesin cetak menimbulkan jenis-jenis media komunikasi visual berupa majalah dan koran berita. Meski pada mulanya teknologi ini digunakan untuk kepentingan agama, yaitu mencetak kitab agama, saat ini majalah dan koran berita lebih bernilai komersil. Majalah dan koran berita adalah media komunikasi yang bersifat massa. Sifatnya yang tercetak memudahkan masyarakat untuk membacanya secara berulang-ulang kapanpun dan dimana pun.
Dalam media audio, jenis media komunikasi yang banyak digunakan dalam masyarakat adalah radio. Radio merupakan media massa yang menggunakan teknologi analog, yaitu menggunakan pita frekuensi AM dan FM. Penggunaan radio bersifat teregional karena adanya batas area cakupan siaran. Media audio visual yang paling populer dalam masyarakat adalah televisi. Televisi telah menjadi media komunikasi yang dianggap paling efektif. Hal ini disebabkan sifat televisi yang mampu menyalurkan gambar serta suara, sebuah kelebihan dibandingkan dengan media konvensional lainnya. Kemampuannya dalam menyalurkan gambar dan suara menggunakan teknologi analog berupa gelombang elektromagnetik. Televisi terdiri dari ribuan titik piksel yang berasal dari elektron berenergi tinggi. Meskipun televisi dianggap sebagai media komunikasi paling menarik dan efektif, pada dasarnya televisi adalah media komunikasi yang masih bersifat satu arah.
Perkembangan teknologi pada saat ini telah berusaha mengubah media-media komunikasi konvensional tersebut. Beberapa teknologi yang mendorong terjadinya perubahan dalam industri media tersebut adalah teknologi digital dan internet. Teknologi digital adalah perubahan dari teknologi analog yang menggunakan siaran berupa gelombang elektromagnetik. Teknologi digital mengubah informasi menjadi deretan kode-kode (berupa kumpulan angka terdiri dari 0 dan 1). Teknologi digital turut mendukung munculnya internet yang pada saat ini telah mulai marak digunakan di masyarakat. Internet memungkinkan penggunanya untuk berhubungan dengan pengguna lain dalam suatu jaringan sehingga penyebaran informasi tidak lagi dibatasi ruang dan waktu. Masuknya teknologi digital dan internet dalam industri media mengakibatkan timbulnya media-media baru (new media).
Pada media visual berupa media cetak, masyarakat mulai beralih ke sumber media publikasi lain seperti internet. Teknologi digital memungkinkan munculnya jenis media baru yaitu e-book, e-magazine, dan e-newspaper. Ketiga jenis media visual tersebut tidak lagi dicetak, melainkan berbentuk digital dan dapat dengan mudah dibaca, diperoleh, disimpan, serta disebarkan melalui media internet. Selain media visual berupa media cetak, media audio radio juga turut mengalami perubahan akibat perkembangan teknologi digital dan internet. Penggunaan radio analog yang dibatasi regionalisasi dapat dipatahkan oleh internet dengan adanya new media berupa radio satelit. Radio satelit merupakan radio yang melakukan siaran secara digital menggunakan satelit komunikasi.
Dengan menggunakan satelit komunikasi, jangkauan siaran radio dapat diperluas. Misalnya adalah penyedia radio satelit WorldSpace yang jangkauan siarannya mencapai Asia, Eropa, dan Afrika. Selain radio satelit, radio turut mengalami perubahan akibat internet. Pada saat ini siaran radio dapat diterima melalui jaringan internet. Dengan demikian, pengguna internet dapat mendengarkan siaran radio meski siaran tersebut berada di belahan dunia lain seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Perubahan dalam industri media terutama terlihat dari perkembangan media audio visual berupa televisi. Teknologi digital menghasilkan kualitas siaran yang lebih baik dari siaran analog. Selain itu, teknologi digital memungkinkan penyediaan konten siaran yang lebih banyak dan lebih luas dibandingkan dengan teknologi analog. Siaran televisi kini tidak lagi dibatasi secara regional, dengan teknologi digital dan internet, konten siaran dapat dinikmati masyarakat melalui internet. Masyarakat dapat melakukan streaming siaran televisi tanpa dibatasi batas ruang dan waktu . Proses perubahan dalam industri media itu sendiri pada akhirnya akan mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat terhadap media-media konvensional. Masyarakat akan mengurangi pembelian buku, majalah, maupun koran, karena telah digantikan oleh buku, majalah, dan koran digital yang dapat dibaca secara online karena sifatnya yang lebih murah. Perusahaan yang menggunakan teknologi cetak akan menurunkan produksinya hingga pada akhirnya bukan tidak mungkin industri media digital akan lebih banyak digunakan dan menghilangkan penggunaan media konvensional di masyarakat.
Sejumlah media tradisional seperti cetak dan siaran berbasis elektronik pun terpaksa melakukan perubahan besar, dengan menghadirkan versi online di internet, dan mempertajam persaingan mereka di ranah media digital. Di Indonesia, kita menyaksikan munculnya news site sekaligus megaportal seperti Kompas.Com, yang menyatukan beragam platform media dari Grup Kompas Gramedia. Kehadiran Kompas.Com meramaikan bursa media digital yang sejak lama dikuasai oleh Detik.Com.
Dari dunia siaran elektronik, Grup MNC juga menghadirkan konvergensi media lewat Okezone.Com, yang menyatukan ragam media elektronik dan cetak di bawah Grup itu. Begitu juga dengan Visi Media Asia (VIVA) yang membawahi ANTV dan TVOne memutuskan membentuk lini konvergensi melalui VivaNews.Com. Sementara Jawa Pos Grup dikabarkan segera menyatukan aneka platform media cetak daerah dan televisi lokal mereka dalam satu media online. Konvergensi tampaknya telah menjadi strategi baru bagi industri media nasional. Metro TV lewat tayangan bincang-bincangnya sudah mengintegrasikan new media untuk mengajak permirsanya berinteraksi langsung melalui Facebook, Instant Messenger, juga SMS. Pemirsa bisa bertanya kepada narasumber maupun mengomentari topik yang tengah didiskusikan.

Uraian Mengenai Jurnalis, Organisasi Pers di Indonesia, dan Organisasi Jurnalistik

1. Jurnalis Atau Wartawan

1.1. Pengertian Jurnalis Atau Wartawan
Terdapat sebuah pemikiran yang tidak asing lagi yakni ketika seseorang memutuskan menjadi seorang jurnalis harus dapat dipahami bahwa menjadi jurnalis berasal dari panggilan hidup. Jika tidak, ia tidak akan pernah menjadi seorang jurnalis yang baik dan berhasil.
Dahulu, Ilmu mengenai ke-Jurnalistik-an ini lebih dikenal sebagai Publisistik, sekarang terangkum dalam suatu disiplin Ilmu yakni Ilmu Komunikasi, Pemaparan ledih lanjut mengenai Jurnalis yang merupakan komponen dari Jurnalistik adalah sebagai berikut :
Terdapat sebutan yang berbeda umtul sebuah profesi yang sama:
1. Jurnalis memiliki makna sama : sebuah profesi yang tugasnya mencari,
2. Wartawan mengumpulkan, menyeleksi dan menyebarluaskan informasi kepada
3. Reporter khalayak melalui media massa.

Di Indonesia ketiga definisi tersebut identik dengan pengetian :
1. Wartawan : Bekerja di Media cetak.
2. Reporter : Cenderung dipergunakkan untuk media massa dan televisi
dan Radio.
3. Jurnalis (Journalist) : Pengertian wartawan asing






Definisi wartawan yang tercantum dalam pasal 1 butir 4 undang-undang nomor 40 tahun 1999 perlu diubah, sehingga berbunyi : “wartawan adalah profesi yang secara teratur melakukan kegiatan jurnalistik dalam bentuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikna informasi kepada perusahaan pers atau kantor berita untuk disiarkan/dipublikasikan kepada masyarakat umum, agar mereka memperoleh informasi yang benar, tepat, akurat, dan objektif”.
Wartawan, jangan diartikan sebagai orang seperti hartawan = orang yang mempunyai harta, ilmuwan = orang yang memiliki ilmu ( orang berilmu ) dan dermawan = orang yang suka beramal, karena hartawan, ilmuwan, dan dermawan, menunjukkan seseorang; sedangkan wartawan, dokter, dan advokat menunjukkan profesi .
Dalam jurnalistik ada beberapa istilah yang perlu diketahui yang pada umumnya digunakan dalam artian yang sama, diantaranya :
Jurnalisme : pekerjaan mengumpulkan , menulis , mengedit , dan menertbitkan berita dalam surat kabar; kewartawanan.
Jurnalis : orang yang pekerajaanya mengumpulkan dan menulis berita dalam surat kabar atau majalah atau yang biasa disebut wartawan.
Jurnal : buku atau catatan harian surat kabar harian , buku yang dipakai sebagai perantara antara buku harian dengan buku besar , buku yang dipakai untuk mencatat transaksi berdasarkan urutan waktu, majalah yang khusus membuat artikel dalam suatu bidang ilmu tertentu.
Publisitik : ilmu yang berhubungan kewartawanan adan media massa; jurnalistik publik: orang banyak (umum).
Publikasi : pengumunman atau penerbitan.
Publisis : ahli dalam publikasi, penyiar berita.
Publisitas : penyiar tentang sesuatau staukah seseorang kepada masyarakat luas.
Namun dalam ensklopedia pers Indonesia disebutkan , pers merupakan sebutan bagi :
1. Penerbit atau perusahaan tau kalangan yang berkaitan dengan media massa .
2. Wartawan
Perkataan pers seringkali identik dengan wartawan , sebagai mana terbukti dari :
1. Kartu pers merupakan kartu tanda pengenal atau identitas wartwan (kurniawan junaidhi, ensklopedi pers Indonesia:120)
2. Jumpa pers adalah pertemuan untuk jurnalis yang diselenggarakan atas dasar inisiatif dari pihak yang akan memberikan keterangan kepada wartawan beserta penjelasan-penjelasanya untuk disiarkan dalam media massa .
Istilah lain dari wartawan adalah jurnalis atau journalist yang mempunyai arti :
1. Seorang yang melakukan tugas di bidang pers .
2. Seseorang yang bertugas mencari , menyusun , dan menyunting berita yang akan dimuat dalam media massa .
3. Seseorang yang pekerjaanya mengedit, (merangkum) menulis berita, artikel, dan bahan berita lainya, untuk dipublikasikan secara periodical : termasuk surat kabar serta majalah, mingguan, dan bulanan .
1.2. Jenis-jenis Wartawan
Berdasarkan pasal 1 ayat 1 peraturan menteri penerangan RI nomor2/per/menpen/1998 tanggal 5 juni 1998 maka wartawan dibedakan :
1. Wartawan untuk pers
2. Wartawan untuk radio
3. Wartawan untuk televisi
4. Wartawan untuk film


1.3. Indikator Wartawan

Indikator wartawan
Beberapa indikator ini diharapkan dapat membantu pelaksanaan tugas kewartawanan diantaranya :
1. Kompleksitas
2. Generalis
3. Peka terhadap setiap peristiwa
1.4. Fungsi Wartawan

Fungsi wartawan
Tugas kewartawanan pada dasarnya berkisar pada 3 fungsi , yakni :
a. Peliput ; seorang wartwan berfungsi meliput setiap peristiwa yang menjadi bahan berita.
b. Penyusun ; peristiwa yang diliput akan disusun menjadi suatu berita yang menarik buat publik.
c. Penyebar informasi ; berita yang telah disusun akan disampaikan pada publik, berita itu menjadi informasi buat mereka .

1.5. Sifat Wartawan
Sifat-sifat wartawan menurut J.ccasiy(meinanda1981:70) mengatakan pertama-tama orang harus mempunyai mat adan telinga, bahkan lidah yang licin ada gunanya . mata digunakan untuk mengamati seecermatnya. telinga dipergunakan untuk mendenbgarkan berita atau informasi. sementara lidah yang licin dipeunakan untuk mengajak penbicara kepada persoalan. dalam hubungan dengan profesi kewartawanan, Carl N. Warren (Meinanda, 1981:71-72) memberikan sepuluh pasangan untuk menjadi wartawan yang baik, yakni :
A. Perhatikan dengan sebaik-bainya. Dengarkan dengan sungguh-sungguh;
B. Isi persediaan otak dengan pengetahuan;
C. Tumbuhkan lapangan yang luas;
D. Membacalah dengan teratur dan dengan pikiran yang kritis;
E. Perlihatkan inisiatif dan kesanggupan;
F. Bekerja dengan rajin dan sabar;
G. Pergunakanlah pikiran. Janganlah memalsukan sesuatu;
H. Menulislah, dan teruslah menulis;
I. Berpikirlah dengan jelas dan cepat;
J. Pergunakanlah waktiu yang terluang dengan sebaik-baiknya.
1.6. Sepuluh Persyaratan Menjadi Jurnalis
Disamping harus memenuhi persyaratan umum, seperti pendidikan yang cukup (diutamakan sarjana), berkelakuan baik, dan sehat jasmani dan rohani, untuk menjadi jurnalis atau wartawan atau reporter juga mempunyai persyaratan khusus, yaitu:
1. Berakhlak;
Seorang jurnalis harus dan mutlak memiliki akhlak yang baik. Artinya memiliki kepribadian yang jujur, adil, netral, berperi kemanusiaan, tidak provokatif, dan menghargai prinsip praduga tidak bersalah terhadap suatu kasus hukum.
2. Memiliki keberanian;
“ Keberanian” merupakan persyaratan penting untuk menjadi jurnalis atau wartawan atau reporter. Hal ini terkait dengan tugas profesi seorang jurnalis yang sehari-harinya menggeluti berbagai persoalan dan menghadapi berbagai pihak dengan berbagai latar belakang social, politik, budaya, dan berbagai macam sifat dan perilaku orang.
Seorang jurnalis, bagaimanapun cerdas dan jujurnya, apabila tidak disertai dengan keberanian untuk mengungkapkan kebenaran, maka ia akan menjadi wartawan atau jurnalis yang sia-sia. Atau dengan kata lain, seorang jurnalis tidak boleh seorang pengecut.
3. Dapat dipercaya;
Seorang jurnalis atau wartawan atau reporter, di samping harus memilki keberanian juga haruslah “Dapat Dipercaya”. Modal utama seorang reporter atau wartawan adalah kepercayaan atau dapat dipercaya.
Dapat dipercaya berarti bermoral, jujur, netral dan bertanggung jawab. Dengan demikian, ketika orang mengetahui bahwa di hadapanya adalah seorang wartawan, maka ia akan merasa senang karena ada orang yang dapat dipercaya untuk mengungkapakan kebenaran. Namun, sekali saja seorang reporteratau wartawan melakukan pemberitaan yang bohong, maka selamanya ia tidaka akan pernah dipercaya meskipun ia sudah melakukan yang sebenarnya. Hilangnya uang masih dapat dicari, tetapi hilangnya kepercayaan tidak akan pernah didapat kembali.
4. Memiliki tingkat kecerdasan yang cukup;
Seorang jurnalis/wartawan/reporter haruslah “orang cerdas”. Disamping kejujuran dan keberanian yang ada didalam dirinya, ia juga haruslah orang cerdas dengan tingkat intellegensia yang cukup baik. Hal ini penting, agar jurnalis dapat melakukan analisis setiap permasalahan yang dilaporkannya secara baik; factual, sistematis, dan logis.
5. Berwawasan yang luas;
Seorang wartawan/jurnalis/reporter harus memiliki wawasan yang luas. Untuk itu, seorang jurnalis dituntut banyak membaca buku, surat kabar, majalah, tabloid, jurnal, baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa asing, banyak mendengar radio, menonton televisi, baik dalam negeri maupun luar negeri, banyak bergaul dengan para akademisi, pejabat, pengusaha, polisi, dan berbagai macam orang. Dengan demikian, seorang jurnalis akan mengetahui banyak hal.
6. Komunikatif (mudah bergaul);
Mudah bergaul adalah salah satu ciri seorang jurnalis/wartawan /reporter yang paling gampang diketahui orang. Mudah bergaul juga berarti memilki “human relation” yang baik. Dengan demikian, seorang jurnalis dapat mengenal dan dikenal banyak orang.
7. Mampu berbahasa Indonesia dengan baik;
Tanpa mampu berbahasa Indonesia dengan baik, seorang wartawan/jurnalis/reporter akan sulit membuat naskah berita atau laporan dengan baik.
8. Menguasai bahasa asing;
Seorang jurnalis yang mempunyai kemampuan berbahasa asing akan memilki banyak kemudahan dalam bekerja. Disamping ia dapat berkomunikasi dengan orang asing dan begrgaul di tingkat internasional, juga ahan dalam memperoleh kemudahan dalam membaca buku-buku, majalah, surat kabar, mendengar radio dan menonton siaran televisi asing yang sangat bermanfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan dan wawasan seorang wartawan atau jurnalis.
9. Memilki suara khas reporter (Media Tv dan radio);
Khusus untuk media Televisi dan Radio, diperlukan persyaratan tambahan, yaitu memilki suara khas reporter, yaitu suara yang cukup berwibawa. Hal ini dimaksudkan agar ketika ia menyampaikan laporan akan terdengar jelas, terkesan berwibawan, menyakinkan, dan membawa penonton dan pendengar kepada suatu perasaan menyakinkan terhadap reporter.
10. Bertahan dalam situasi stress;
Seorang wartawan betapapun ia pintar, berwawasan luas, mudah bergaul, mampu berbahasa indonesi dan bahasa asing dengan baik, dan gemar membaca . setiap hari seorang wartawan dipastikan akan selalu bergelut dengan berbagai hal dan masalah , ada yang ringan , berat, tidak berisiko dan yang berisiko . dapat dikatakan bahwa masalah adalah bagian dari tugas dan kehidupan seorang wartawan , oleh karena itu seorang wartawan harus seorang yang tidak mudah setress atau orang yang mampu bertahan dalam situasi setress serta mampu mengatasi situasi setress
1.7. Standar Wartawan Profesional
1. Melalui proses penerimaan yang baik (Well Selected)
Tidak semua orang cocok dan mampu menjadi wartawan , meskipun banyak orang ingin jadi wartawan atau reporter . menjadi wartawan haruslah merupakan panggilan hidup . tidak sekedar untuk mencari nafkah , dengan demikian dalam hal untuk mendapatkan calon wartawan harus melalui seleksi yang baik . seleksi sangat penting , terutama untuk mengetahui apakah orang itu memiliki kepribadian sebagai wartawan atau tidak , dan untuk mengetahui tingkat kemampuan akademisnya
2. Berpendidikan formal yang cukup (Well Educated)
Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat berpengarugh terhadap kualitas pekerjaan seseorang termasuk seorang reporter . sesuai dengan dengan perkembangan iptek, saat ini , untuk menjadi wartawan atau reporter di prioritaskan mereka yang sarjana (S1) atau lebih .penting , menginmgat tugas-tugas kewartawanan membutuhkan kemampuan analisis yang tinggi serta kemampuan berkomunikasi dengan berbagai pihak pada berbagai level .
3. Terlatih dengan baik (Well Trained)
Pendidikan formal yang cukup saja belum menjamin seorang wartawan dapat bekerja dengan baik jika belum mendapat pelatihan khusus tentang profesi wartawan pelatihan kewartawanan misalnyta terkait : kode etik jurnalistik , undang-undang dan peraturan-peraturan terkait media massa . dengan demikian tanpa pelatihan khusus , maka seorang wartawan atau jurnalis hanya akan memahami pekerjaanya secara umum untuk media ,masaa pada umumnya , padahal setiap media masaa sudah pasti memiliki cirri dan kebijakan sendiri .
4. Dilengkapi dengan peralatan yang memadai (Well Equiped)
Dalam melaksanakan tugas liputan di lapangan seorang wartawan , juru kamera akan sulit melakukan tugas dengan baik apabila tidak memiliki peralatan yang memadai . oleh karena itu , supaya wartawan dapat bekerja dengan baik ia harus dilengkapi peralatan yang memadai , seperti : alat tulis, tape recorder , kamera foto , kamera tv , alat komunikasi ,computer dan tentu saja alat transportasi
5. Memperoleh gaji yang layak (Good Salary)
Bagaimana pun profesionalnya seseorang , akhirnya jumlah gaji yang diterima dari hasil pekerjaanya tetap menentukan apakah ia dapat bekerja denganb baik atau tidak . dengan gaji yang cukup ia dapat menafkahi keluarganya . sebaliknya , apabila gaji yang tidak cukup pemikiranya akan terganggu terpecah antara memikirkan tugas dengan memikirkan apakah anaknya bisa belajar dengan baik atau tidak , karena uang sekolahnya belum terbayarkan . professional memang tetap di utamakan namun kesejahteraan tetap turut menetukan dan mempengaruhi kelancaran dan kualitas pekerjaan wartawan . intinya , menjadi wartawan haruslah menjadi panggilan hidup sehingga profesionalisme tidak dengan mudah terkalahkan dalam hambatan dan tantangan dalam tugas .
6. Memilki motivasi yang baik dan idealisme yang tinggi (Well motivation and High Idealism)
apabila seorang wartawan memiliki keduanya yaitu motivasi dan idealism kerja yang tinngi , maka sekompleks apapun tugas yang dihadapi dan kendala yang dihadapi pasti ditangani dengan baik.


1.8. Tugas Jurnalis

Tugas Reporter atau Jurnalis, khususnya di Indonesia, secara prinsip diperkuat oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 F Amandemen II, yang berbunyi : “Setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperan oleh, memilki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan, informasi dengan menggunakkan segala jenis saluran yang tersedia”.
Menurut Bill Kovach & Tom, Paling tidak ada 9 tugas utama seorang Jurnalis atau wartawan, yaitu:
1. Memilki loyalitas kepada publik;
2. Memilki disiplin untuk melakukan verifikasi;
3. Memilki kemandirian terhadap liputannya;
4. Memilki kemandirian untuk memantau kemanusiaan;
5. Menjadikan forum bagi kritik dan kesepakatan publik;
6. Menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik;
7. Membuat berita secara komprehensif dan proporsional;
8. Memilki keleluasaan kerpada jurnalis untuk mengikuti nurani mereka;

2. Organisasi Pers
Organisasi Pers di Indonesia dinyatakan dalam Undang-Undang no . 21 tahun 1982 tentang ketentuan pokok pers pasal 1 ayat 5. Pasal ini berbunyi : “ Organisasi adalah organisasi wartawan, organisasi perusahaan dan pers, organisasi grafika dan pers, dan organisasi media periklanan yang disetujui pemerintah”. Namun, dalam Undang-undang pers no. 40 tahun 1999, secara ekslusif hanya dinyatakan dua organisasi pers. Pasa pasal 1 ayat 5 : Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. Dalam pasal 1 ayat 2 djelaskan bahwa perusahaan pers adalah badan hokum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

Empat organisasi pers sampai sekarang masih menyelenggarakan pers adalah :
1. Organisasi wartawan seperti : Persatuan Wartawan Indonesia, dll.
2. Organisasi perusahaan pers, seperti : Sarikat penetbit surat kabar (SPS, dll)
3. Organisasi Grafika pers, seperti: Sarikat Gravika pers (SGP, dll)
4. Organisasi media periklanan, seperti Persatuan-persatuan Periklanan Indonesia (PPPI. Dll).
2.1. Persatuan Wartawan Indonesia

Persatuan wartawan Indonesia (PWI) sebagai organisasi profesi wartawan Indonesia yang tertua, didirikan tanggal 9 Februari 1946 di kota Solo, Jawa Tengah dalam kongres pertamanya , 9- 10 Februari 1946. Sesuai dengan keputusan Presiden nomor 5 tahun 1985 ditetapkan pada hari jadi Persatuan Wartawan Indonesia tanggal 9 Februari sebagai HARI PERS NASIONAL .
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) lahir dalam masa pasukan Inggris dan Belanda sedang meingkatkan operasi pendudukan wilayah Republik Indonesia. Pada masa perang kemerdekaan Indonesia , wartawan-wartawan nasional sempat melakukan tiga kali kongres .
Menjelang meletusnya G30 S PKI tahun 1965, organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sempat ditunggangi oleh Partai Komunis Indonesia(PKI) .Sebagian besar anggota PWI masuk dalam organisasi PKI.
Persatuan Wartawan Indonesia berkembang dari tingkat pusat sampai daerah. Dalam perkembanganya, PWI telah melakukan berbagai kongres, kerja latihan wartawan, dan sebagainya .

• Organsasi wartwan sebelum PWI
Sebelum PWI tewrbentuk tanggal 9 februari 1946, sudah muncul beberapa organisasi wartawan antara lain :
1) Indlandsche Journalisten Bond (IJB) tahun 1914. Pendirian IJB didasarkan pada : “… melalui penyatuan semua wartawan pribumi di Indonesia berperan serta dalam kekuatan perjuangan demi kepentingan nasional dalam mempertahankan kepentingan wartawan “. IJB dirintis oleh Suratomo dan Sum,arko Kartodikromo . Tahun 1918, IJB berdiri di kota Medan .
2) Pada tahun 1931 , berdiri persatuan kaoem journalist di kota Semarang yang diketahui oleh Wignjadisastera.
3) Pada bulan Desember 1933 terbentuk Persatoen Djouernalist Indonesia (PERDI) di Surakarta . Pendukung PERDI ini adalah Sutopo Wonoboyo, Sudaryo Cokrosisworo dan sebagainya
• Organisasi wartawan setelah reformasi (1998)
Setelah reformasi bergulir, kebebasan pers seperti mendapat angin segar . Para pekerja pers dengan bebas menerbitkan media massa dan membuat organisasi wartawan . Pada masa ini setidaknya tercatat 26 organisasi wartawan selain PWI. Pada 6 agustus 1999 di Bandung tercata 27 organisasi wartawan Indonesia( termasuk PWI)yakni : AJI, ALJI, AWANG, AWE, HIPSI, HIPWI ,HIWAMI , HPPI , IJTI , IPPI , IWARI, IWI, KO-WAPPI, KOWRI, KWI, KWRI, PEWARPI, PJI, PWFI, PWI, SEPERNAS, SERIKAT PEWARTA, SOMPRI, SWAMi, SWWI, KOMNAS WI yang melahirkan kode etik wartawan Indonesia atau KEWI .

2.2. Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS)

Serikat penerbit surat kabar (sps) sebagai organisasi pers di Indonesia lahir secara resmi tanggal 8 Juni 1946 dalam kongres pertamanya di Yogyakarta .
Kelahiran SPS sebenarnya telah dimulai sejak empat bulan sebelumnya oleh panitia usaha 10 orang yang telah dibentuk pada kongres pertama PWI tanggal 9-10 Februari 1946 di Solo Jawa Tengah .
Dalam perkembanganya , pemerintah menyadari pentingnya serikat penerbit surat kabar dengan membentuk Panitia Pengatur Produksi Kertas RI .
SPS memiliki sekretariat tetap di Persil Tugu Kidul nomor 58 Yogyakarta .
SPS sebagai salah satu organisasi pers dikukuhkan oleh pemerintah dengan surat keputusan Menteri Penerangan RI.Nomor47/kep/menpen/1975 tentang pengukuhan PWI dan SPS , masing-masing sebagai satu-satunya organisasi wartawan dan organisasi penerbit pers Indonesia .

2.3. Serikat Grafika Pers (SGP)

Serikat Grafika Pers (SGP) lahir tanggal 3 April 1974 sebagi salah satu organisasi pers di Indonesia. Organisasi ini dikukuhkan oleh Pemerintah pada 1978 dalam Surat Keputusan Nomor 184/Kep/Menpen/1978.
SGP lahir karena adanya kesadaran dalam memajukan pers Indonesia yaitu melalui pengembangan kegiatan percetakan. Pengembangan pers nasional sangat berkaitan erat dengan keadaan percetakan serta sarananya yang disebut dengan grafika pers. Dunia grafika pers merupakan bagian yang amat vital sebagai sarana untuk memajukan dan pengembangan penerbitan pers. Dengan demikian, pembinaan dan pengembangan grafika pers perlu diusahakan untuk memajukan kehidupan dunia pers di Indonesia. Beriring dengan kemajuan IPTEK di bidang grafika pers sangat diperlukan.
Jadi, grafika pers turut bertanggung jawab terhadap pers nasional yang sehat. Kemantapan pelaksanaan tanggung jawab hanya dapat dicapai secara gotong royong dengan unsur-unsur pers nasional lainnya. Selain itu SGP berupaya untuk:
1) Menumbuhkan, mengembangkan, dan membina grafika pers.
2) Menghimpun semua potensi grafika untuk bekerja sama, berpartisipasi dalam pembangunan nasional (di bidang industri grafika pers).
3) Memantapkan grafika pers sebagai unsur penunjang utama pengembangan dan perkembangan pers nasional.
Untuk memajukan grafika pers dalam pengembangan pers nasional agar mampu beriring dengan kemajuan IPTEK dalam bidang percetakan, maka SGP Menjadi anggota Badan Grafika Internasional (Grafika Arts Technical Foundation) di Amerika Serikat, sehingga informasi tentang kemajuan di bidang grafika dapat diperoleh untuk memajukan pers nasional.

2.4. Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI)

PPPI lahir tanggal 20 Desember 1972 di Jakarta. Sebelum PPPI lahir, sudah ada organisasi media periklanan yang disebut Persatuan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Tanggal 20 Desember 1972 merupakan hari pelaksanaan kongres PBRI yang kemudian diubah menjadi PPPI.PBRI adalah biro periklanan milik orang-orang Belanda yang memiliki anggota diantaranya: Studio Berk, Contact, De Unie. F. Bodmer, Budi Ksatria, Grafica, Lintas, Frank Klein, Life, Limas, dan Rosada.
Pada 1953 muncul Serikat Biro Reklame Nasional (SBRN) karena organisasi PBRI dikuasai oleh orang-orang Belanda. Anggota SBRN diantaranya: Kinabalu, Trio,