Selasa, 28 September 2010

Prasangka dan Diskriminasi Terhadap Minoritas

Prasangka dan Diskriminasi
Terhadap Minoritas

Definisi prasangka sendiri ialah sebuah sikap yang menganggap suatu hal negatif ataupun positif. Namun prasangka sendiri lebih cenderung didefinisikan sebagai sebuah prasangka buruk atau negatif pada suatu hal. Sedangkan diskriminasi ialah kelanjutan dari prasangka. Jika prasangka berasal dari sebuah sikap dari dalam diri manusia, diskriminasi merupakan perwujudan dari sikap tersebut atau dengan kata lain diskriminasi ialah bentuk tindakan dari seseorang yang sedang berprasangka.
Sedangkan Menurut Theodorson & Theodorson, (1979: 115-116): Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Tak jauh berbeda, PBB juga mendefiniskan diskriminasi mencakup perilaku apa saja, yang berdasarkan perbedaan yang dibuat berdasarkan alamiah atau pengkategorian masyarakat, yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan individu atau jasanya. Namun dalam arti tertentu diskriminasi mengandung arti perlakuan tidak seimbang terhadap sekelompok orang, yang pada hakekatnya adalah sama dengan kelompok pelaku diskriminasi.
Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat saja berprilaku tidak diskriminatif. Dalam kehidupan sosial yang penuh persaingan seperti ini sikap sikap seperti ini tidak dapat dihindari. Keinginan seseorang untuk mendapatkan posisi sosial yang lebih baik memicu timbulnya prasangka dan diskriminasi, baik terhadap kelompok maupun individu. Acap kali antara prasangka dan diskriminasi menjadi sulit dipisahakan karena sudah menjadi sebuah kesatuan.
Beralih kepada obyek prasangka dan diskriminasi. Biasanya kelompok atau individu yang menerima sebuah prasangka dan diskriminasi dapat digolongkan sebagai kelompok minoritas. Namun tidak selamanya seperti itu. Kita lihat pendapat Theodorson & Theodorson, mereka berpendapat kelompok minoritas [minority groups] adalah kelompok-kelompok yang diakui berdasarkan perbedaan ras, agama, atau sukubangsa, yang mengalami kerugian sebagai akibat prasangka [prejudice] atau diskriminasi istilah ini pada umumnya dipergunakan bukanlah sebuah istilah teknis, dan malahan, ia sering dipergunakan untuk menunjukan pada kategori perorangan, dari pada kelompok-kelompok. Dan seringkali juga kepada kelompak mayoritas daripada kelompok minoritas.
Sebagai contoh kaum wanita yang sering mendapat prasangka atau diskriminasi bahwa mereka lebih lemah dan tidak berhak atas sesuatu posisi tertentu dari kaum laki laki padahal secara kuantitas mereka jelas bukan kaum minoritas. Mengapa bisa demikian?. Sebaliknya, sekelompok orang, yang termasuk telah memperoleh hak-hak istimewa [privileged] atau tidak didiskriminasikan, tetapi tergolong minoritas secara kuantitatif, tidak dapat digolongkan ke dalam kelompok minoritas. Oleh karenannya istilah minoritas tidak termasuk semua kelompok, yang berjumlah kecil, namun dominan dalam kekuasaan atau politik. Akibatnya istilah kelompok minoritas hanya ditujukan kepada mereka, yang oleh sebagian besar penduduk masyarakat dapat di jadikan obyek prasangka atau diskriminasi.
Di Indonesia sendiri banyak sekali kelompok minoritas yang terkena prasangka ataupun diskriminasi. Diskriminasi sendiri terdiri dari:
1. Diskriminasi Umur
Diskriminasi ini terjadi jika seorang individu mendapatkan perilaku yang tidak sama atau tidak adil dikarenakan dia berada dalam kelompok umur tertentu. Contohnya para remaja yang baru mengijak dewasa dicap sebagai individu yang rawan terhadap kenakalan dan aktifitas yang menimbulkan keresahan seperti tawuran dll. Oleh karena itu timbullah istilah kenakalan remaja.
2. Diskriminasi Gender
Mereka yang biasa dianggap memiliki kelainan Gender atau jenis kelamin juga sering kali mendapat perilaku yang tak adil dari masyarakat. Contohnya kaum waria yang sering diperlakukan tak adil oleh masyarakat hanya karena pilihan hidup mereka yang sedikit berbeda.


3. Diskriminasi Kesehatan
Orang orang yang memiliki kekurangan fisik atau biasa disebut dengan cacat juga menjadi sasaran prasangka dan diskriminasi yang amat mencolok dikalanagan kita. Padahal itu semua bukan keinginan mereka tapi apa daya mereka hanya bisa menerima dan mendapat perlakukan yang tidak adil.
4. Diskriminasi ras/suku bangsa/etnis
Hal yang paling mencolok dari diskriminasi diatas yang terjadi di Indonesia tentunya ialah diskriminasi etnis/suku bangsa. Kita tahu sendiri jika Indonesia memliki keanekaragaman budaya yang sangat banyak dan kita mengakui itu semua. Namun pengakuan itu tak selalu berjalan mulus. Contoh yang paling mudah ialah ketika masa masa orde lama dan memuncak pada orde baru. Diskriminasi terhadap etnis sangat menonjol ketika itu. Etnis Tionghoa dicap sebagai orang non pribumi karena agama mereka yang mayoritas Tri Dharma, budis, Nasrani yang mendapat perlakuan yang sangat diskriminatif baik dari pemerintah maupun masyarakat. Contoh nyata yang terjadi ialah ketika oleh Pemerintah Soeharto dikeluarkan beberapa Keputusan Presiden seperti: Pelarangan Sekolah dan Penerbitan berbahasa Cina; keputusan Presidium Kabinet No. 127/U/Kep/12/1966 mengenai Penggantian Nama; Instruksi Presiden No. 14/1967, yang mengatur Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Keturunan Cina. Keputusan Presiden No.240/1967 mengenai Kebijakan pokok yang menyangkut WNI keturunan Asing, serta Instruksi Presidium Kabinet No. 37/U/IN/6/1967 tentang bijaksanaan pokok penyelesaian masalah Cina (Thung, 1999: 3-4). Semua ini membuktikan amat kentalnya aroma diskriminatif pada saat itu.
5. Diskriminasi Agama
Belakangan ini jenis diskriminasi ini juga banyak dijumpai di Indonesia. Beberapa aliran agama yang dianggap menyimpang menjadi obyek diskriminasi masyarakat. Mulai dari jama’ah ahmadiyah yang mengangkat nabi baru hingga Lia Eden yang mengaku utusan malaikat jibril.
Kesimpulannya mereka yang terdiskriminasi dan mendapat prasangka tadi kebanyakan merupakan kelompok kelompok minoritas. Bukan berarti mereka yang jumlahnya kecil tapi mereka yang mendapat prasangka dan diskriminasi dari orang orang yang berkuasa atau yang memiliki otoritas lebih.
Ada beberapa bentuk penerimaan kultural budaya yang bisa terjadi, antara lain:
1. Asimilasi
Keadaan dimana kelompok minoritas harus menerima budaya dan bergabung kedalam kelompok yang lebih dominan. Mereka yang dominan memiliki sifat etnosentrisme dimana mereka memanggap bahwa kelompok merekalah yang paling baik atau paling benar. Permodelannya sebagai berikut.
A+B+C=A
A sebagai kelompok dominan tetap dapat mempertahankan budayanya dan memaksa kelompok lain mengikutinya.
2. Amalgamasi
Bentuk ini dianggap paling adil dan paling baik oleh masyarakat karena kebudayaan yang ada dari masing masing kelompok dilebur menjadi satu sehingga muncullah kebudayaan baru.
Permodelannya sebagai berikut.
A+B+C=D
D ialah budaya baru yang dihasilkan oleh percampuran budaya budaya yang sudah ada.
3.Pruralisme Budaya
Berbeda dengan bentuk yang lain. Pada pruralisme budaya tak ada budaya yang mendominasi ataupun minoritas. Disini semua kebudayaan tetap dipertahankan dan berjalan sendiri sendiri dan saling menghormati sehingga diharapkan tak ada kebudayaan yang hilang.
Permodelannya sebagai berikut.
A+B+C=A+B+C
Semua kebudayaan memiliki kedudukan sama satu dengan yang lainnya.

Skeptis(kulia filsafat sbenernye)

Pengantar
Semua orang berakal percaya bahwa dia (telah atau dapat) mengetahui sesuatu, dan bahwa dia bisa mengetahui hal-hal lain. Karenanya, dia berupaya untuk mendapat informasi menyangkut kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan hidupnya. Tanda terbaik dari berlangsungnya upaya itu ialah munculnya berbagai bidang ilmu dan filsafat. Dengan demikian, orang yang tak termakan oleh keragu-raguan mustahil dapat menyangkal atau membimbangkan kemungkinan dan keaktualan ilmu pengetahuan.
Sejarah filsafat menyaksikan berbagai mazhab pemikiran yang sama sekali mengingkari (kemungkinan) pengetahuan, seperti sofisme, skeptisisme, dan agnostisisme. Orang yang secara mutlak menging-kari pengetahuan (jika memang ada) bisa dikata sedang menderita was-was mental yang akut, suatu keadaan yang sebetulnya menimpa banyak orang dalam soal lain.
Kali ini fokusnya lebih terhadap skeptisisme. Skeptisisme sendiri merupakan salah satu dari aliran epistimologi. Skeptisisme berasal dari bahasa Yunani, skeptomai yang berarti memperhatikan dengan cermat, teliti. Skeptisisme adalah aliran atau sistem pemikiran yang mengajarkan sikap ragu sebagai sikap dasar yang fundamental dan universal. Tokoh-Tokohnya adalah Democritus, Protagoras, Phyrro, Montaigne, Charron, Bayle, Nietze, Spengler, Goblot.
Definisi
Secara umum skeptisisme adalah pandangan, bahwa orang tidak mungkin bisa sampai pada pengetahuan. Di dalam pandangan para pemikir skeptis yang lebih moderat, manusia masih bisa sampai pada pengetahuan, namun tidak akan pernah sampai pada kepastian. Di dalam pandangan yang lebih radikal, pengetahuan manusia tidak pernah bisa didasarkan pada argumen yang masuk akal. Dengan kata lain pengetahuan manusia itu irasional. Argumentasi adalah sekumpulan kata-kata kosong untuk membuktikan sesuatu yang memang tidak bisa dibuktikan.
Pada level yang lebih luas, skeptisisme adalah suatu bentuk ketidakpercayaan pada cara mengetahui manusia. Misalnya ketidakpercayaan pada ingatan sebagai sumber ingatan, karena ingatan sifatnya sangat rapuh dan subyektif. Ada juga para pemikir skeptis yang tidak percaya pada kepastian pengetahuan manusia tentang dunia di luar dirinya. Bagi mereka pengetahuan tentang dunia di luar diri manusia hanya sebentuk sensasi-sensasi saraf otak semata, dan bukan pengetahuan yang asli.
Dasar Pemikiran
Keraguan yang dilontarkan oleh kaum sofis dalam ranah keyakinan memiliki dua bentuk yaitu kemampuan akal dalam menggapai hakikat sesuatu dan berkaitan dengan sebagian pengenalan-pengenalan manusia. Keraguan dalam bentuk pertama dapat dijabarkan secara universal sebagai berikut:
1. Alat dan sumber pengetahuan, keyakinan, ilmu, dan makrifat manusia adalah indra dan akal.
2. Indra dan akal manusia rentan dengan kesalahan, karena kesalahan penglihatan, pendengaran, dan rasa itu tidak dapat dipungkiri dan juga tidak tertutup bagi seseorang mengenai kontradiksi-kontradiksi akal serta beberapa kekeliruannya. Dalam banyak kasus di sepanjang sejarah, kita menyaksikan dalil-dalil rasional dan argumentasi-argumentasi akal telah dibangun, namun seiring berlalunya waktu secara bertahap dalil dan argumentasi tersebut satu persatu menjadi batal.
3. Kesalahan dan kekeliruan kedua sumber pengetahuan tersebut dalam beberapa hal tidaklah nampak, akan tetapi tetap saja tidak dapat dijadikan landasan dan tertolak.
Dengan demikian, berdasarkan ketiga pendahuluan di atas yakni pengetahuan dan makrifat manusia yang dihasilkan lewat jalur indra dan akal adalah tidak dapat dijadikan pijakan dan karena manusia hanya mempunyai dua jalur dan sumber pengetahuan ini maka sangatlah logis apabila manusia meragukan apa-apa yang dipahami dan diyakininya tersebut serta sekaligus mengetahui bahwa mereka mustahil mencapai suatu keyakian dan pengetahuan yang hakiki. Atau keraguan itu bisa dipaparkan dalam bentuk ini bahwa senantiasa terdapat jarak antara manusia dan realitas atau gambaran-gambaran pikiran dan persepsi-persepsinya itu, dan pikiran manusia, sebagaimana kaca mata, merupakan hijab yang membatasinya dengan realitas eksternal, dengan demikian, tidak akan pernah manusia menyaksikan dan mengetahui realitas dan kenyataan eksternal itu sebagaimana adanya.




Sejarah Lahirnya Skeptisisme
Skeptisisme ini berkembang sudah sejak abad ke-5 sebelum masehi, dan itu mulanya kembangkan oleh para pemikiran sofis (T.M.Yazdi 2003).
Pandangan Yazdi itu berbeda dengan Solomon. Bagi Solomon, pemikiran skeptisisme di mulai sejak filosof yang bernama Pyrrho (kira-kira 360-270 SM), dan kemudian dilanjutkan oleh Sextus Empicurus (abad tiga sebelum masehi) di Roma.
Pada mulanya skeptis merupakan sebuah filsafat kehidupan. Ia berurusan mengenai bagaimana orang menjalani kehidupan. Dalam kehiduapan, orang selalu mendapati persoalan-persoalan dengan adanya ketidakadilan, kebrutalan, dan hal-hal yang tragis.
Jadi, bisa dikata bahwa para pemikir skeptis pada awal berurusan dengan bagaimana orang menghindari prilaku brutal, tragis, dan tidak adil. Sehingga di situ butuh epoche , sehingga manusia bisa mencapai ataraxia.
Dalam dunia modern, ada sekelompok pemikir yang berasal dari dunia barat mengembangkan teori ide innate . Teori ide innate ini adalah perkembangan dari dan modifikasi warisan Plato. Otak dari semua ini adalah John Locke , dikuti oleh Berkeley , dan Hume . Hal ini berkembang pesat di Inggris. Kelompok yang pertama biasa disebut sebagai rasionalis, sedangkan kelompok yang kedua sebagai empiris . Dan kedua kelompok ini saling bertolak belakang dalam hal pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia. Pada Hume, buah pemikiran Locke dan Berkeley dibawa sejauh mungkin, sehingga sampai pada titik puncak, yaitu skeptis yang akut.
Klaim Para Skeptis
Hume, dalam pembahasan mengenai sumber pengetahuan sama halnya dengan Locke, yaitu pengetahuan manusia berasal dari pengalaman indrawi. Sebagai dasar pengetahuan harus dapat dibuktikan secara empiris, sesuai dengan kesan indra.
Karena akal manusia adalah terbatas hanya pada apa yang bisa didapat dari pengalaman indra, sehingga akal tidak bisa berfikir di luar hal itu. Dan ketika ada orang yang berfikir hal-hal diluar pengalaman indrawinya, bagi Hume ada kesia-siaan yang penuh dengan ketololan.
Pikiran hanya terbatas dengan hal-hal materi, sehingga pikiran tidak akan mampu berfikir tentang hal metafisika. Atau manusia tidak bisa menerima pendapat tentang Tuhan sekalipun. Bagi Hume, karena Tuhan tidak bisa dibuktikan secara empiris-logis, maka berfikir tentang Tuhan adalah pikiran yang menyesatkan. Descartes membuktikan bahwa Tuhan itu ada dengan menggunakan akal dan hukum kausalitas. Tetapi Hume, menganggap bahwa akal tidak bisa membuktikan apapun mengenai keberadaan dan persoalan fakta, akal hanya memberikan bukti logis matematis, dan akal hanya memberi tahu kita mengenai hubungan antar-gagasan. Dan keberadaan Tuhan bukan merupakan gagasan yang dengan sendirinya terbukti, juga bukan kebenaran yang bisa ditunjukkan secara logis. dan ini yang dipakai Hume untuk menghancurkan teori Descartes dan Plato mengenai Tuhan.
Penyataan-pernyataan para sofis dan skeptis, dilihat dari satu sisi, bisa kita bagi menjadi dua, yaitu bagian yang berhubungan dengan wujud dan eksistensi, dan bagian yang berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan. Contohnya, Georgias, tokoh sofis yang dianggap paling ekstrem, pernah menyatakan, "Tiada yang benar-benar ada. Kalaupun ada yang benar-benar ada, ia tidak bisa diketahui. Dan kalaupun bisa diketahui, ia tidak bisa dikomunikasikan."
Jawaban Atas Klaim Para Skeptis
Inilah konsep dari jawaban atas klaim para Skeptis. Sekarang bila seorang mengklaim bahwa pengetahuan-pasti mustahil tercapai, pertanyaan yang perlu diajukan kepadanya ialah apakah dia mengetahui klaimnyaitu secara pasti atau dia juga meragukannya. Jika dia menjawab bahwa dia mengetahui kemustahilan pengetahuan-pasti secara pasti, setidaknya satu pengetahuan-pasti telah diperoleh, seperti yang diakuinya dan dengan demikian klaimnya mengenai kemustahilan pengetahuan-pasti dia langgar sendiri.
Sebaliknya, jika dia tidak mengetahui secara pasti tentang kemustahilan pengetahuan-pasti, setidaknya dia telah mengakui kemungkinan adanya pengetahuan-pasti. Dengan demikian, klaimnya tentang kemustahilan pengetahuan-pasti telah dikelirukannya sendiri. Akan_tetapi, jika seorang berkata bahwa dia meragukan kemungkinan pengetahuan-pasti dan klaim-klaim tentang pengetahuan-pasti, perlu ditanyakan apakah dia telah mengetahui dengan pasti bahwa dia punya keraguan semacam itu atau tidak. Jika dia menjawab bahwa dia mengetahui secara pasti adanya keraguan tersebut, itu berarti bahwa dia tidak hanya telah mengakui kemungkinan pengetahuan-pasti, tetapi juga mengakui keaktualan pengetahuan-pasti itu (dalam dirinya). Akan tetapi, jika dia menyatakan bahwa dia meragukan apakah dia benar-benar punya keraguan atas keberadaan pengetahuan pasti (yang terdapat dalam dirinya), jawaban seperti ini tidak bisa tidak diakibatkan oleh suatu penyakit atau niat buruk yang memerlukan tanggapan non-teoritis.
Nah dari konsep diatas terbantahkanlah pendapat Hume. Di belahan dunai Barat, ada seorang filsuf yang sangat termasyhur dalam teori etika. Dan pada pendahulan bukunya sudah, melemparkan kritik dengan jelas dan lugas terhadap Hume, yaitu Kant.
Kritik Kant terhadap Hume dengan mengatakan bahwa pikiran adalah aktif, tidak seperti Hume, baginya pikiran adalah pasif, seperti yang dilontarkan oleh Locke, yaitu pikiran bagai kertas kosong atau lemari kosong. Bagi Hume dan Locke, pengetahuan hanya bersumber dari pengalaman pengindraan.
Bagi Kant ada elemen lain yang tidak diperoleh dari pengalaman pengindraan, dan tidak diperoleh dari realitas bebas. Elemen ini datang dari pikiran itu sendir. Pikiran menurut Kant, dibekali konsep murninya yakni bahwa pikiran mengatur perubahan kesan pengindraan menjadi berbagai zat, ciri, dan jumlah serta menjadi sebab-akibat. Pikiran dilengkapi dengan dua belas konsep murni atau kategori.
Konsep murni menurut Kant adalah sebagai sebuah priori , dan bahwa konsep murni tidak terikat dengan pengalaman, sehingga pengalaman tidak bisa mengubahnya. Kemudian Kant menambahkan, bahwa konsep merupakan bentuk universal. Artinya bahwa konsep membentuk pemikiran dan kesadaran apapun.
Menurut Kant, kesalahan Hume terletak pada pembatasan pengetahuan atas kesan indra. Tambah Kant, pengetahuan tidak hanya berisi persepsi indra, elemen empiris, tetapi juga berisi konsep priori yang kita gunakan untuk memahami benda, elemen rasional dalam pengetahuan. Konsep priori ini mengatur kesan indra dan memungkinkan adanya pengalaman atas suatu objek dan ilmu pengetahuan. Segelintir sanggahan atau kritik Kant terhadap pemikiran skeptisisme ini merupakan dialektika dalam dunia Barat.
Salah satu keraguan lain andalan kaum sofis dan skeptis yang mereka ungkapkan dalam berbagai format dan mereka sodorkan dalam berbagai contoh ialah keraguan berikut: terkadang seseorang memperoleh kepastian tentang keberadaan sesuatu dengan pancaindra, tetapi sebentar kemudian dia menyadari bahwa kekeliruan telah terjadi. Orang ini lalu mengetahui bahwa persepsi indriawi tidak selalu bisa dipercaya. Seterusnya, timbul kemungkinan bahwa semua persepsi indriawi lain pun bisa salah, hingga suatu ketika dia melihat kekeliruan terjadi secara nyata. Begitu pula ada kalanya seorang menemukan satu prinsip bersifat pasti secara rasional, tetapi kemudian mengetahui bahwa penalarannya rancu, lantas kepastiannya beralih menjadi keraguan. Akibatnya, dia mengetahui bahwa penalaran intelektual pun tidak selalu dapat diandalkan. Dengan cara yang sama, timbul kemungkinan akan penularan kerancuan pada berbagai persepsi intelektual lainnya. Kesimpulannya, pengindraan dan penalaran sama-sama tidak dapat dipercaya sehingga tinggalah keraguan yang tersisa dalam dirinya. Berikut adalah tanggapan-tanggapan atas argumen di atas:
I. Tujuan argumen di atas ialah untuk menegaskan kesahihan skeptisisme dan pengetahuan tentang kebenarannya melalui suatu penalaran. Se tidak-tidaknya, argumen itu dirancang untuk membuat lawan diskusi menerima pokok soal yang diajukan, supaya dia mendapatkan penge tahuan tentang kesahihan klaim-klaim para skeptis. Bagaimana hal itu bisa terjadi, bilamana para skeptis berpendapat bahwa memperoleh pengetahuan mutlak tidak mungkin?
2. Temuan mengenai kekeliruan persepsi indriawi dan intelektual berakibat pada pengetahuan bahwa persepsi-persepsi tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Dan hal itu meniscayakan penerimaan pada keberadaan pengetahuan tentang kekeliruan persepsi.
3. Implikasi lain dari temuan itu ialah pengetahuan akan adanya kenyataan yang-dalam kasus ini-tidak sesuai dengan persepsi yang keliru tersebut. Jika tidak demikian, gagasan mengenai kekeliruan persepsi tidak akan pernah ada.
4. Implikasi lainnya ialah pengetahuan kita bahwa persepsi yang keliru dan bentuk mentalnya bertentangan dengan keadaan sesungguhnya.
5. Dan terakhir, keberadaan orang yang mempersepsi secara keliru, demikian pula indra dan akalnya, mestilah diterima secara mutlak.
6. Penalaran di atas itu sendiri pada dasarnya bersifat rasional (mekipun sangat rancu dan menyesatkan). Mengandalkannya dalam kaitan ini berarti menganggap akal dan hasil-hasil persepsinya sebagai bisa dipercaya.
7. Lebih dari itu, satu pengetahuan lain telah diasumsikan di sini, yaitu pengetahuan bahwa persepsi-persepsi yang keliru (mistaken perceptions), karena keliru, tidaklah mungkin benar (true). Jadi, argumen para skeptis itu sendiri sebenarnya mengimplikasikan penerimaan pada sejumlah contoh pengetahuan-pasti. Lalu, bagaimana mungkin orang bisa secara mutlak menolak kemungkinan pengetahuan atau meragukannya?
Kesimpulan
Semua jawaban di atas telah mematahkan argumen para skeptis. Dalam menganalisis dan menonjolkan kerancuannya, terbukti kesahihan dan kekeliruan persepsi indriawi dengan bantuan penalaran. Sebagaimana telah disebutkan, adalah salah jika kita menduga bahwa temuan mengenai adanya kekeliruan dalam sejumlah persepsi intelektual dapat menular pada semua persepsi intelektual lainnya, lantaran keke liruan seperti itu hanya mungkin terjadi pada persepsi-persepsi spekulatif atau selain yang swabukti. Sebaliknya, proposisi-proposisi swabukti yang menjadi landasan pembuktian filosofis sama sekali tidak mungkin keliru.
Poin penting yang bisa disimpulkan adalah:
1. Skeptisisme keliru beranggapan bahwa kalau kita mengetahui sesuatu kita tidak bisa salah, benar dan salah merupakan kategori yang dipakai untuk menilai pengetahuan kita .
2. Kenyataan menunjukkan bahwa selalu ada konsep yang berpasangan secara hitam-putih, benar-salah, hidup-mati, laki-laki perempuan, malaikat-setan, serta tahu-tidak tahu. Jadi, ketidaktahuan justru memberikan kemungkinan bagi kemunculan pengetahuan itu sendiri.
3. Skeptisisme radikal akan melahirkan berbagai kontradiksi. Kaum skeptis yakin pada pernyataan “semua keyakinan perlu diragukan” yang berarti tak terkecuali bahwa pernyataan itu sendiripun harus diragukan.

Proposal Komstrag

a. Nama Kegiatan
Selamatkan Bumi dengan Mengurangi Pemakaian Kantong Plastik
b. Tema Kampanye
Save Our Earth
c. Pendahuluan
d. Latar Belakang
Suhu bumi semakinlhari semakin panas, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu tingkat polusi udara yang terus meningkat, dimana penggunaan freon dan asap buangan kendaraan bermotor yang makin tinggi, penebangan hutan yang tidak diikuti dengan reboisasi hutan atau penanaman kembali hutan. Masalah ini didunia dikenal dengan “Global Warming” atau “Pemanasan Global”. Pemanasan global menyebabkan perubahan iklam di dunia yang cukup drastis, serta menyebabkan efek rumah kaca. Untuk menyikapi isu global warming (pemanasan global) di dunia international maka Indonesia yang merupakan salah satu paru-paru dunia berusaha untuk menyikapi hal ini dengan cara turut serta perduli terhadap isu Pemanasan Global ini. Salah satu yang sangat dekat dengan kita adalah keberadaan kantong plastik. Kantong plastik memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi kita. Diantaranya
1. Kantong plastik memberi kontribusi dalam mencemari lingkungan.
Mereka dibuang ke TPA jika sudah tidak digunakan lagi. Setiap tahun semakin banyak kantong plastik yang mencemari lingkungan, mereka mencemari saluran air, taman, pantai, dan jalan-jalan. Jika dibakar, kantong plastik justru mencemari udara karena menimbulkan asap beracun.
Sekitar 100.000 hewan seperti lumba-lumba, kura-kura paus, penguin mati setelah memakan kantong plastik. Mereka menelan kantong plastik karena mereka mengira itu makanan mereka. Lebih buruk lagi, binatang tidak bisa mencerna kantong plastik yang mereka makan.
2. Kantong plastik termasuk unsur non-biodegradable
Salah satu dampak terburuk kantong plastik adalah sifat kantong plastik yang non-biodegradable. Tanah membutuhkan waktu sekitar 1000 tahun untuk mengurai sebuah kantong plastik.

3. Produksi tas plastik memerlukan minyak bumi
Harga minyak bumi semakin melambung dari hari ke hari, persediaannya pun kian hari semakin menipis. Padahal minyak bumi adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui. Minyak sangat penting bagi untuk menunjang kehidupan manusia terutama sebagai sumber energi, bahan bakar, dan penerangan, Disisi lain, selama ini produksi minyak bumi hanya terfokus untuk memproduksi kantong plastik saja.
4. Bahaya kantong plastik terhadap kehidupan biota laut
Kantong plastik merupakan salah satu pemberi kontribusi terbesar dalam mencemari daerah pinggiran pantai. Banyak hewan dan biota laut terluka dan tewas setiap hari oleh sampah kantong plastik. Kita banyak menjumpai akhir-akhir ini kura-kura mati setelah memakan kantong plastik, kantong plastik merupakan santapan sehari-hari bagi hewan-hewan laut. Bagi manusia, beberapa kasus menemukan bahwa manusia tewas karena terjerat dalam kantong plastik ketika mereka tenggelam di laut. Sampah kantong plastik yang mencemari saluran air akan terbawa hujan dan sebgian berakhir di laut.
Selain bagi lingkungan plastik juga berbahaya bagi manusia. Kepala Badan POM RI Husniah Rubiana Thamrin Akib mengatakan, kantong plastik berwarna terutama yang hitam umumnya produk daur ulang. "Padahal dalam proses daur ulang, riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas pestisida, kotoran hewan/manusia, limbah logam berat atau lainnya. Selain itu dalam proses daur ulang juga seringkali ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah resiko bagi kesehatan," kata Husniah.
Fakta lain mengenai kantong plastik yaitu:
1. Setiap tahunnya penduduk dunia menggunakan 500 milyar kantong plastik dan ini berarti ada 1 juta kantong plastik tiap menitnya.
2. Pada umumnya 11% dari limbah rumah tangga terbuat dari plastik.
3. Kantong sekali pakai (kantong yang disediakan di supermarket) membutuhkan waktu sampai 1000 tahun untuk bisa membusuk.
4. Hingga kini, mendaur ulang plastik tidak diwajibkan di negara manapun, walaupun plastik tersedia di semua belahan dunia.
5. Plastik hanya kurang dari 1% yang mampu didaur ulang dengan biaya yang sangat mahal. Daur ulang satu ton kantong plastik menghabiskan biaya sekitar 40 juta rupiah, sementara produksi satu ton plastik hanya menghabiskan sekitar 350 ribu rupiah.
Oleh karena itu kampanye ini amat diperlukan agar masyarakat sadar akan betapa bahayanya dampak dari sebuah kantong plastik. Selain berdampak pada bersihnya lingkungan kita, kampanye ini juga sebagai salah satu kepedulian dari isu yang lebih besar, yaitu Global Warming dan Earth Day. Diharapakan kampanye ini dapat menggugah masyarakat agar lebih peduli pada lingkungan dan kesehatan mereka.
e. Tujuan
1. Jangka Pendek
- Berkurangnya peredaran sampah plastik yang dapat diketahui ditempat pembuangan akhir
- Banyaknya orang yang menukarkan kantong plastik mereka dengan tas/kantong yang terbuat dari bahan yang tak berbahaya pada lingkungan, contohnya saja terbuat dari kain
2. Jangka panjang
- Meningkatnya kesadaran terhadap bahayanya kantong plastik baik bagi manusia maupun lingkungan
- Baik disupermarket ataupun pasar tradisional penggunaan kantong plastik sudah sangat dihindari atau jarang ditemukan
- Tanah menjadi lebih produktif dikarenakan sudah berkurangnya timbunan sampah
- Lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat





f. Target Audiens
Target Primer
Mahasiswa
- Aspek Demografi
Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan
Usia : 18-25 tahun
Pekerjaan : Pelajar
- Aspek Geografi
Tinggal atau berdomisili di dekat kampus atau lingkungan belajar terutama yang indekost
- Aspek Psikografi
Mahasiswa merupakan agent of change yang memiliki kontribusi besar pada masyarakat Mahasiswa melakukan transaksi yang sangat berpotensi menggunakan kantong plastik, contoh: membeli makanan, membeli kebutuhan sehari hari.
Target Sekunder
Tempat tempat belanja atau supermarket
- Aspek Geografi
Tempat belanja yang padat pengunjung
- Aspek Psikografi
Tempat belanja merupakan tempat yang tidak terhindarkan untuk menggunakan kantong plastik. Karena pada tiap transaksinya, pembeli selalu membutuhkan kantong plastik untuk mempermudah membawa barang belanjaannya



Target Tersier
Para stakeholder yang diharapkan mendukung program ini, misalnya: Asosiasi ritel, himpunan pendagang pertokoan, pemerintah melalui dinas lingkungan hidup, institusi pendidikan, para donator dan sponsor
- Aspek Geografi
Tinggal atau berdomisili di daerah padat penduduk
- Aspek Psikografi
Memiliki perhatian terhadap konten kampanye yang akan dilakukan
Memiliki kepentingan tersendiri terhadap kampanye ini
Memiliki sumber daya yang potensial untuk mendukung kampanye ini
g. Analisis SWOT
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :
1. Strength atau Kekuatan
- Kekuatan atau kelebihan dari kampanye ini adalah sangat mudah dilakukan jika kita memiliki niat benar benar untuk melestarikan lingkungan hidup.
- Banyak aktivis lingkungan hidup yang mendukung kampanye ini
- Masyarakat sudah mulai peduli akan lingkungan mereka.
2. Weakness atau kelemahan
- Sulit mengubah kebiasaan yang sudah melekat pada masyarakat.
- Kantong plastik sangat mudah didapat, praktis , kuat, ringan, fungsional, higienis dan memiliki harga yang sangat murah.

3. Opportunity atau peluang
- Dampak buruk dari pemakaian kantong plastik sudah mulai sangat menggangu masyarakat.
- Masih sedikit pusat pengolahan sampah plastik, hasil dari pengolahan ini bisa dijadikan salah satu sumber dana.
4. Threat atau Ancaman
- Ancaman mungkin datang dari perusahaan pembuat kantong plastik namun ancaman ini dianggap tidak terlalu besar jika dibanding dengan dampak bahaya dari kantong plastik itu sendiri.
h. Waktu dan Tempat
Target Primer (mahasiswa)
Waktu : 22 April 2010 pukul 10:00 WIB
Tempat : Kampus
Terget Sekunder (Tempat tempat belanja atau supermarket)
Waktu : 23 April 2010 pukul 10:00 WIB
Tempat : Tempat Belanja disekitar kampus pada khususnya dan empat belanja padat pengunjung lainnya pada umumnya
Terget Tersier (Stakeholder)
Waktu : 24 April 2010 pukul 10:00 WIB
Tempat : Fleksibel tergantung tempat yang dituju




I. Alat Kampanye
Alat atau media yang digunakan yaitu:
- Kantong Kertas
- Poster
- Stiker
- Pin
Alat utama kampanye ini tentu saja kantong kertas yang di design dengan konsep praktis, simple dan modis. Kantong kertas ini akan ditukarkan dengan kantong plastik yang telah dikumpulkan terlebih dahulu ketika kampanye berada pada segmen mahasiswa. Selain kantong kertas, aka nada juga pembagian pin yang menjadi simbol bahwa orang yang menggunakan pin tersebut berarti dia sudah menjadi agent of change dalam kampanye ini. Kantong kertas juga akan disebarkan pada toko toko yang berada disekitar kampus agar dalam tiap ada transaksi, kantong ini bisa digunakan untuk mengangkut barang bawaan dari pelanggan.
Petani China, Mr. Chen Fei, yang tinggal di Yongjia, provinsi Zhejiang, berkeliling sepanjang provinsi, kemudian menyeberangi negara tersebut untuk berkampanye mengenai penggunaan keranjang bambu tradisional untuk menggantikan tas plastik pada kegiatan belanja bahan pangan. Dalam rangka menghentikan polusi putih oleh pembuangan sampah plastik di Sungai Nan Xi di dekat rumahnya, dia mulai mengubah kotanya sendiri menjadi bebas tas plastik dengan memberikan keranjang kepada para penduduk dan toko-toko setempat demi mendorong mereka untuk berhenti menggunakan tas-tas plastik. Sisanya adalah sejarah. Selama 6 tahun terakhir, usaha yang tekun dari Tuan Chen Fei yang telah mendistribusikan lebih dari 6.000 keranjang, dan menganjurkan banyak untuk menghindari tas plastik. Pada tahun 2006, pemerintah China telah mempersembahkannya Penghargaan Bumi (Globe Award), piala lingkungan yang paling bergengsi di China. Belajar dari bangsa China diatas, pemerintah juga bisa memberi stimulus dengan penghargaan pada kota yang paling peduli terhadap lingkungan atau sebagainya untuk mendukung program kampanye ini.



j. Fase Kampanye
- Fase Pengenalan
Tahapan untuk memulai kampanye dengan pesan-pesan umum tentang bahayanya kantong plastik bagi kesehatan dan lingkungan tempat tinggal kita. Mengenalkan betapa bahayanya sebuah kantong plastik jika tidak ditanggulangi mulai dari sekarang. Mensosialisasikan manfaat dari pengurangan penggunaan kantong plastik.
- Fase Lanjutan
Fase utama, di sini penggunaan seluruh media kampanye akan dioptimalkan. Mulai fase ini para target kampanye akan diajak untuk menukarkan kantong plastik yang dimilikinya dengan kantong kertas serta pengkonversian secara bertahap kantong plastik menjadi kantong yang lebih ramah terhadap lingkungan.
- Fase Kontinuitas
Mempertahankan perilaku masyarakat setelah mendapatkan treatment kampanye sehingga diharapkan pemakaian kantong plastik dapat seminimal mungkin demi terciptanya lingkungan yang sehat.
k. Indikator Keberhasilan
- Indikator keberhasilan jangka pendek
Indikator keberhasilan jangka pendeknya adalah seberapa banyak orang atau target audience primer yang berhasil dirangkul sehingga mereka menukarkan kantong plastik miliknya dengan kantong kertas yang telah kita design sedemikian rupa sehingga terlihat modist dan menarik. Jika kantong kertas yang telah disediakan tadi habis tertukar dengan kantong plastik maka kampanye ini bisa dikatakan sudah berada dalam track yang benar menuju keberhasilan
- Indikator keberhasilan jangka panjang
Indikator keberhasilan jangka panjangnya bisa dilihat di tempat penampungan sampah. Jika sampah yang berasal dari kantong plastik berkurang dalam jumlah yang signifikan berarti kampanye ini sudah berjalan dengan baik. Indikator lainnya bisa kita dapatkan dengan mealukan survey terhadap pedagang berada disekitar kampus, jika hasil survey menunjukan para pelanggan suduah mulai membawa kantong sendiri ketika berbelanja maka kampanye ini bisa dikatakan berjalan dengan baik. Satu indikator lagi yang mungkin dapat menjadi acuan adalah berkurangnya kerusakan tanah akibat sampah plastik. Namun hal ini butuh waktu yang cukup lama untuk melihat dampak nyatanya.
l. Evaluasi
Kampanye ini akan mendapatkan hambatan pada awalnya. Hambatan itu adalah sulitnya mengubah kebiasaan yang sudah melekat pada diri seseorang. Akan sulit mengubah kebiasaan orang yang sudah terbiasa menggunakan kantong plastik pada tiap transaksinya menjadi harus membawa kantong sendiri untuk membawa tiap barang belanjaannya. Namun tidak ada kata tidak mungkin, contohnya di Cole Bay, sebuah komunitas kecil di Tasmania, Australia, telah menarik semua tas-tas plastik di semua toko barang ecerannya sejak tahun 2003. Hal tersebut dimulai oleh pemilik toko roti setempat, Ben Kearney, dengan dukungan penuh dan partisipasi dari semua pedagang eceran di kota tersebut. Rancangan dan pemberian harga pada tas kain dan kertas alternatif disetujui. Lima tas gratis didistribusikan ke setiap rumah tangga, dan itu telah berhasil dilakukan. Tidak menutup kemungkinan jika hal ini diterapkan pula di Indonesia. Kuncinya ada pada mahasiswa yang menjadi agent of change. Jika mahasiswa dapat menjadi pionir untuk kampanye ini maka akan lebih mudah merangkul masyarakat lain.

Elaboration Likelihood Model (ELM)

Elaboration Likelihood Model (ELM)

Model ini dikemukakan oleh Richard Petty & John Cacioppo (1986) yang menyatakan bahwa proses perubahan sikap perlu mempertimbangkan faktor pemediasi dari proses persuasi, yaitu bobot (valence) dan jumlah pesan yang berkaitan dengan respon kognitif. Oleh karena itu, proses elaborasi yang berkaitan dengan kesesuaian objek sikap dengan informasi yang sudah dimiliki oleh individu menjadi langkah yang amat penting.
Terdapat dua rute menuju perubahan sikap, yaitu rute sentral dan rute eksternal. Pada rute sentral pemakaiannya ketika penerima secara aktifmemproses informasi dan terbujuk oleh rasionalitas argumen yang diberikan. Sedangkan rute eksternal dipakai ketika penerima tidak mencurahkan energy kognitif untuk mengevaluasi argumen dan memproses informasi di dalam pesan da lebih dibimbing oleh isyarat eksternal, diantaranya kredibilitas sumber, gaya dan format pesan, suasana hati penerima dsb.

a. Perspektif Keterlibatan Rendah (Low Involvement)

Perilaku pembelian keterlibatan rendah terjadi ketika konsumen dalam pembeliannya tidak begitu terlibat, artinya konsumen tidak terlalu memikirkan merek produk apa yang harus dibelinya, di toko mana harus beli dan hal-hal lain yang terkait dengan proses pembelian. Bagi konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembeliannya, merek apapun tidak menjadi masalah, yang penting kepuasan minimalnya terpenuhi, seperti sabun, pasta gigi, kebanyakan orang tidak begitu mempermasalahkan mereknya.
Konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian suatu merek produk, akan mudah mengubah perilaku pembeliannya terhadap merek lain. Kalaupun terjadi pembelian yang berulang terhadap merek tertentu, hal itu belum bisa dikatakan konsumen terlibat dalam pembeliannya, tetapi mungkin hanya karena kebiasaan saja. Oleh karena itu, pembelian habitual sering juga menunjukkan konsumen yang kurang terlibat dalam pembeliannya.
Kepuasan yang kita dapatkan dari produk ini emosional. Tapi sekilas, itu tidak berlangsung lama. Jadi kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk berpikir tentang pembelian. Film, permen, majalah yang menghibur, atau kartu ulang tahun. Mungkin memilih restoran untuk acara khusus. Tantangan periklanan di sini cenderung menjadi janji kilat kesenangan, kepuasan, janji manfaat. Posisi yang kuat dapat membantu, terutama dalam kategori produk yang penuh sesak. Pada low involvement, konsumen membentuk kepercayaan terhadap merek bukan karena mencari merek produk itu, tetapi merek produk yang dipercayainya datang sendiri menghampirinya melalui iklan-iklan di media massa.
Sebagai contoh adalah iklan sebuah majalah yang berjenis otomotif ini. Menurut model kemungkinan elaborasi barang ini termasuk barang berute eksternal, yaitu rute yang dipakai ketika penerima tidak mencurahkan energi kognitif untuk mengevaluasi argumen dan memproses informasi didalam pesan dan lebih dibimbing isyarat-isyarat eksternal. Kita tetap perlu berfikir dan mempertimbangkan pembelian produk berjenis seperti ini tapi biasanya kita tidak perlu berpikir panjang untuk memikirkan untung-ruginya. Kita bisa dengan cepat memutuskan pembelian walaupun ada merek merek lain yang serupa.
Majalah yang berjudul “Otosport” ini menawarkan sebuah artikel artikel menarik dari dunia otomotif. Bagi mereka penghobi motor atau mobil diharapkan akan terpenuhi keinginannya dalam melakoni hobi otomotifnya dengan membaca majalah ini. Dengan pangsa pasar yaitu anak muda yang mobile, majalah ini menawarkan sebuah konsep yang baru mengenai dunia otomotif. Dengan design yang full colour, diaharapkan para konsumen lebih tertarik untuk membeli produk ini.
b. Perspektif Keterlibatan Tinggi (High Involvement)

Kebalikan dari low involvement , dalam high involvement Dalam yang paling banyak ditemukan adalah bisnis pembelian mahal, sesuatu yang berkaitan dengan infrastruktur teknologi, lokasi tempat strategis dan sewa, serta perusahaan asuransi kesehatan. Di sisi konsumen, keterlibatan tinggi rasional pembelian cenderung dikaitkan dengan biaya tinggi. Kategori ini dapat mencakup jasa dan produk keuangan, pembelian rumah atau mobil, serta alat-alat utama dan elektronik. Dikatakan, pembelian konsumen dengan tingkat keterlibatan tinggi dapat bervariasi secara signifikan pada rasional / emosional skala dari individu ke individu.
konsumen terlebih dulu mencari berbagai informasi tentang merek-merek produk yang diinginkannya, kemudian setelah melakukan pembelian dan merasakan kepuasan, konsumen akan mempercayai merek tersebut. Perbedaan paling mendasar adalah pada low involvement, konsumen tidak melakukan evaluasi terhadap merek produk yang akan dibelinya, sedangkan pada high involvement merek-merek dievaluasi terlebih dulu, baru konsumen memutuskan pembelian.
Untuk individu, pembelian keterlibatan tinggi emosional dapat meliputi perhiasan, pernikahan, dan rencana perjalanan liburan. Di beberapa masyarakat pemilihan seorang suami atau istri akan jatuh ke dalam grup. Seperti yang bisa membeli rumah atau mobil. Sekali lagi, tergantung pada budaya, orang, dan berapa banyak daya beli yang dimilikinya. Namun ada kalanya produk yang masuk dalam katagori ini dibeli untuk sekedar prestise tak peduli apa fungsinya yang penting bisa terlihat bergaya dengan produk tertentu.
Contoh produk yang bisa menjadi contohkan adalah produk kaca film ini. Untuk ukuran sebuah kaca film tidak wajar kiranya jika mencapai angka puluhan juta rupiah. Namun itu yang terjadi, dengan model seorang eksekutif muda yang memangku sebuah laptop dan sedang menggunakan telepon genggam, produk ini ingin menyampaikan pesan bahwa dengan memakai kaca film merek ini, anda akan merasa seperti eksekutif muda dengan segala kemewahannya. Produk ini diharapkan menjadi sebuah gaya hidup para pengguna mobil yang ingin tampil berbeda dengan menggunakan kaca film merek “3M Autofilm” ini. Dengan selogan Clearly Stylish. Cleary Cool produk ini ingin menyampaikan bahwa menggunakan kaca film ini bukan hanya mencerminkan kualitas dan gaya hidup anda saja tapi juga mewakili bagaimana kepribadian anda.

butuh bahan lain lwt fb sajo y
hho

Beberapa teori Komunikasi

Teori Interaksi Simbolik
Berdasarkan Penelitian George Herbert Mead

Penggali Teori Interaksi Simbolik atau Symbolic Interaction Theory (SI) adalah George Herbert Mead. Namun pencetus istilah ini adalah Herbert Blumer, yaitu salah satu murid Mead. Teori ini menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi. SI semdiri membentuk sebuah jembatan antara teori yang berfokus pada individu-individu dan teori yang berfokus pada kekuatan sosial. SI adalah komunitas teori, bukan satu teori yang sederhana.
Sejarah Teori Interaksi Simbolik
Para tetua dari SI adalah ahli pragmatis, seperti John Dewey dan William James yang mengemukakan pemikiran mengenai munculnya struktur sosial, dan bersikeras bahwa makna diciptakan melalui interaksi.
SI lahir dari dua Universitas yang berbeda yaitu :
1. IOWA (Manford kuhn, dan mahasiswanya)
Memilki cara pandang yang baru tentang konsep diri, dengan pendekatan yang tidak biasa, terdapat keyakinan bahwa konsep SI dapat dioperasionalisasi, dikuantifikasi, dan diuji, dan terdapat pengembangan ide-ide asli dari SI. Menggunakan pendekatan kuantitatif. Insiden mengenai konsep diri “Siapakah Aku?”, mengakibatkan munculnya IOWA baru, dengan pemimpinnya Calr Couch.
2. Chicago (Mead)
Fokus pada pendekatan terhadap teori sosial yang menekankan pentingnya komunikasi bagi kehidupan dan interaksi sosial.
Tema dan Asumsi Interaksi Simbolik
SI didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dalam masyarakat. Tiga tema besar dalam SI yaitu :

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia.
SI berpegang bahwa Individu membentuk makna melalui sebuah proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap apapun. Tujuan interaksi dari SI adalah menciptakan makna yang sama. Asumsi-asumsi :
a. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada kita
b. Makna diciptakan dalam interaksi antar media. Makna dapat ada ketika orang-orang memiliki interpretasi yang sama mengenai simbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi.
c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif
2. Pentingnya Konsep Diri
Fokus tema kedua SI adalah pentingnya konsep diri yaitu seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Tema ini mempunyai dua asumsi tambahan :
a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. Kita membangun perasaan akan diri tidak selamanya melalui kontak dengan orang lain; mereka belajar tentang diri mereka sendiri melalui interaksi.
b. Konsep diri memberikan Motif Penting untuk Perilaku. Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian, mengenai diri memengaruhi perilaku adalah konsep penting SI. Mead melihat diri sebagai sebuah proses bukan struktur, dan proses ini seringkali dikenal sebagai prediksi pemenuhan diri = Prediksi mengenai diri Anda sendiri yang menyebabkan Anda berprilaku sedemikian sehingga hal-hal tersebut benar-benar terjadi.
3. Hubungan antara individu dan masyarakat.
Tema yang terakhir berkaitan dengan hubunngan antara kebebasan individu dan batasan sosial. Asumsi-asumsimya adalah sebagai berikut :
a. Orang dan Kelompok Dipengaruhi oleh Proses Sosial dan Budaya. Norma-norma sosial membatasi perilaku individu, budaya secara kuat memengaruhi perilaku dan sikap yang kita anggap penting dalam konsep diri.
b. Struktur Sosial Dihasilkan melalui Interaksi Sosial. Menengahi posisi yang diambil oleh asumsi sebelumnya. SI percaya bahwa manusia pembuat pilihan.
Konsep Penting
1. Pikiran
Kemampuan menggunakan simbol – simbol dengan makna sosial yang sama. Manusia harus mengembangkan pikiran melalui interaksi. Bahasa adalah sistem verbal dan nonverbal yang dimilki bersama, Simbol Signifikan adalah Simbol yang maknanya secara umum disepakati oleh banyak orang. Dengan adanya bahasa dan berinteraksi dengan orang lain termasuk dalam pengembangan pikiran. Terkait dengan pikiran adalah pemikiran yakni Percakapan di dalam diri seseorang, dan salah satu aktivitas penting pemikiran adalah pengambilan pesan yaitu kemampuan untuk menempatkan diri seseorang di posisi orang lain.
2. Diri
Kemampuan untuk mereflesikan diri kita sendiri dan perspektif orang lain. Diri berkembang dari membayangkan bagaimana kita dilihat oleh orang lain. Cermin diri adalah kemampuan kita untuk melihat diri kita sebagaimana diri kita dilihat oleh orang lain. Terdapat tiga prinsip pengembangan yang berkaitan dengan cermin diri :
a. Kita membayangkan bagaimana kita terlihat di mata orang lain
b. Kita membayangkan penilaian mereka mengenai penampilan kita
c. Kita merasa tersakiti atau bangga berdasarkan perasaan pribadi ini.
Berteori mengenai Diri, Mead mengungkapkan : Orang mempunyai kemampuan untuk menjadi Subjek dan objek bagi dirinya sendiri.
Subjek yaitu Kita bertindak sebagai I. I bersifat spontan, impulsif, dan kreatif.
Objek yaitu Kita mengamati diri kita sendiri bertindak sebagai Me. Me diri yang bersifat reflektif dan lebih peka secara sosial.
3. Masyarakat
Interaksi mengambil tempat di dalam sebuah struktur sosial yang dinamis- budaya, masyarakat, dsb., Masyarakat sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan dan direspons oleh manusia. Dua bagian penting dari masyarakat yang memengaruhi pikiran dan diri., yaitu pemikiran mengenai orang lain secara khusus yaitu individu-individu yang penting bagi kita, dan pemikiran mengenai orang lain secara umum merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial atau budaya sebagai suatu keseluruhan.


Manajemen Makna Terkoordinasi

Manajemen Makna Terkoordinasi atau Coordinated Management of Meaning (CMM), membantu menjelaskan bagaimana individu-individu saling menciptakan makna dalam percakapan. MMC umumnya merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan dimana makna senantiasa dikoordinasikan. Diskusi-diskusi awal mengenai CMM berpijak pada kebutuhan untuk melepaskan diri dari tradisi empiris yang menjadi ciri dari banyak pembentukan teori pada masa itu.
Asumsi- asumsi Manajemen Terkoordinasi
1. Manusia hidup dalam komunikasi
Adanya pendapat bahwa situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik.
2. Manusia saling menciptakan realitas sosial
Kontruksionisme sosial yaitu kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka yang baru. Realitas sosial yaitu merujuk pada keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.
3. Transaksi informasi bergantung kepada makna pribadi dan interpersonal
Makna pribadi yaitu makna yang didapat ketika seseorang membawa pengalaman-pengalamannya yang unik kedalam sebuah interaksi.
Hierarki dari Makna yang Terorganisasi
Menurut CMM manusia mengorganisasikan makna dengan cara yang hierarkis. Orang mengorganisasikan makna berarti mengatakan bahwa mereka sanggup menentukan penekanan yang diberikan pada pesan-pesan tertentu. Hierarki makna terdiri dari :
1. Isi yaitu Konvensi dari data mentah menjadi makna.
2. Tindak tutur yaitu tingkatan yang kita lakukan melalui berbicara (memberikan pujian, atau mengancam).
3. Episode yaitu rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Menandai bagaimana seseorang menginterpretasikan atau menekankan sebuah episode.
4. Hubungan yaitu kesepakatan dan pengertian antara dua orang. Keterlibatan = Tingkat batas di mana dua orang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari suatu sistem.
5. Naskah kehidupan yaitu kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain.
6. Pola budaya yaitu gambaran mengenai dunia dan bagaimana hubungan seseorang dengan hal tersebut.
Hierarki makna adalah kerangka yang penting dalam membantu kita memahami bagaimana makna dikoordinasikan dan dikelola.
Koordinasi Makna : Mengartikan Urutan
Koordinasi dipengaruhi oleh Moralitas dan ketersediaan sumber daya. Koordinasi lebih mudah ditunjukan daripada dijelaskan cara memahaminya adalah dengan mengamati orang-orang berinteraksi dalam sehari-hari. Koordinasi adalah usaha untuk mengartikan pesan-pesan yang berurutan. Tiga hasil yang mungkin muncul ketika dua orang sedang berbincang yaitu : mencapai koordinasi, tidak mencapai koordinasi, atau mencapai koordinasi pada tingkat tertentu.
Pengaruh terhadap Proses Koordinasi
Moralitas diartikan sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Tingkatan moral terdiri atas etika, dan topik. Sumber daya adalah cerita, simbol, dan gambar yang digunakan oleh orang untuk memahami dunia mereka. Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas sosial mereka. Ketika terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan sumber daya dalam sebuah percakapan, maka koordinasi akan mengalami suatu ujian. Padahal, mengkoordinasi percakapan sangat penting dalam komunikasi.



Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan.
CMM mengikuti sudut pandang aturan. Para teoritikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekadar kemampuan untuk menggunakan aturan. Terdapat dua aturan yaitu :
1. Aturan Konstitutif yaitu mengorganisasikan perilaku dan membantu kita untuk memahami bagaimana makna harus diinterpretasikan.
2. Aturan regulatif yaitu tuntunan bagi orang-orang dalam berperilaku.
Rangkaian Seimbang dan Rangkaian Tidak Seimbang
Rangkaian yaitu kemampuan suatu level dalam hierarki makna untuk berefleksi.
Rangkaian seimbang yaitu aturan makna konsisten di seluruh bagian rangkaian.
Rangkaian tidak seimbang yaitu aturan makna berubah-ubah di seluruh rangkaian.
Rangkaian disebut sempurna ada konsistensi di antara level-level (episode, naskah kehidupan, pola budaya) di dalam hierarki. Terdapat suatu pandangan bahwa rangkaian tidak seimbang akan terus berulang, dan hal ini disebut lingkaran setan.


Teori Disonansi Kognitif
Berdasarkan Penelitian Leon Festinger

Teori ini menyatakan bahwa orang menerima informasi (rangsangan) pikiran mereka, mengaturnya menjadi sebuah pola dengan rangsangan lainnya yang telah diterima sebelumnya. Jika rangsangan baru tersebut tidak pas dengan pola yang ada, orang tersebut kemudian merasakan ketidaknyamanan. Para teoritikus menekankan adanya ketidakseimbangan antara kognisi atau cara-cara untuk mengetahui keyakinan, penilaian, dan sebagainya. Intinya, teori ini berasumsi bahwa rangsangan yang diciptakan oleh disonansi akan memotivasi orang untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.

Disonansi Kognitif adalah perasaan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, perilaku yang tidak konsisten., dan ini merupakan inti dari teori ini. Teori ini memungkinkan dua elemen memilki tiga hukuman yaitu :
1. Hubungan konsonan : dua elemen yang berada pada posisi seimbang satu sama lain.
2. Hubungan Disonan : dua elemen ketidakseimbangan dan lainnya.
3. Hubungan tidak relevan : dua elemen yang tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Ketidaknyamanan yang dihasilkan oleh disonansi akan mendorong menghasilkan perubahan.
Asumsi Teori Disonansi Kognitif
Teori ini memilki empat asumsi yaitu :
1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada kenyakinan, sikap, dan perilakunya. Bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan kenyakinan mereka.
2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis (dibandingkan tidak konsisten secara logis) satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif.
3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. Orang tidak akan senang dalam keadaan disonansi, karena merupakan hal yang tidak nyaman.
4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi konsonansi.
Konsep dan Proses Disonansi Kognitif
Tingkat disonansi adalah jumlah kuantitatif dari perasaan tidak nyaman yang dirasakan. Terdapat tiga faktor yang memengaruhi tingkat disonansi yaitu :
1. Kepentingan yaitu faktor dalam menentukan tingkat disonansi; merujuk pada seberapa signifikan masalah itu.
2. Rasio disonansi yaitu merupakan jumlah kognisi konsonan berbanding dengan yang disonan.
3. Rasionalitas yaitu merujuk kepada alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan inkonsistensi.
Mengatasi Disonansi
Disonansi dapat dikurangi melalui perubahan perilaku maupun sikap, tetapi kebanyakan difokuskan pada sikap. Mengurangi disonansi dapat menggunakkan tiga cara :
1. Mengurangi pentingnya kenyakinan disonan kita
2. Menambahkan kenyakinan yang konsonan
3. Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.
Disonansi Kognitif dan Persepsi
Teori Disonansi Kognitif terkait dengan :
1. Terpaan Selektif yaitu metode untuk mengurangi disonansi dengan mencari informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan saat ini.
2. Perhatian Selektif yaitu memberikan perhatian pada informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan saat ini.
3. Interpretasi selektif yaitu menginterpretasikan informasi yang ambigu sehingga informasi ini menjadi konsisten dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.
4. Retensi Selektif yaitu mengingat informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan saat ini.
Justifikasi Minimal
Menawarkan jumlah insentif paling kecil yang dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan. Justifikasi minimal menghasilkan lebih banyak disonansi kognitif dan mensyaratkan lebih banyak perubahan-perubahan untuk menguranginya dibandingkan justifikasi yang lebih besar.
Teori Disonansi Kognitif dan Persuasi
Dalam bagian ini ada istilah penyesalan pembeli maksudnya disonansi pasca pengambilan keputusan yang berhubungan dengan suatu pembelian. Hal ini mendukung CDT : disonansi dapat terjadi setelah melakukan pembelian yang besar. Studi ini memperlihatkan : memberikan orang informasi untuk memberikan pandangan mengenai pembelian mereka dapat mengurangi disonansi, dan juga berbicara mengenai pentingnya keputusan dan memanipulasi rasio disonansi.
Disonansi merupakan konsep yang paling penting untuk menjelaskan perubahan sikap. Daryl Bem (1967) menyatakan bahwa disonansi dalam kognisi orang tidak mendorong untuk terjadinya perubahan, melainkan mendorongnya adalah persepsi diri. Persepsi diri yaitu orang membuat kesimpulan mengenai sikapnya sendiri.


Teori Pelanggaran Harapan
Berdasarkan Penelitian Judee Burgoon

Teori Pelanggaran Harapan adalah teori yang memahami komunikasi nonverbal serta pengaruhnya terhadap pesan-pesan dalam sebuah percakapan. Teori ini juga mengikuti pendekatan positivistik dan cakupan hukum, yang awalnya disebut Teori Pelanggaran Harapan Nonverbal. Teori ini menjadi teori utama dalam mengidentifikasi pengaruh komunikasi nonverbal terhadap perilaku.
Expectancy Violations Theory (EVT) menyatakan bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain. EVT juga mengintegrasikan kejadian-kejadian khusus dari komunikasi nonverbal; yaitu ruang personal dan harapan orang akan jarak ketika perbincangan terjadi, karena ruang personal merupakan konsep inti dari teori ini.
Hubungan Ruang
Proksemik adalah ilmu yang mempelajari mengenai penggunaan ruang seseorang dalam percakapan mereka dan juga persepsi orang lain akan penggunaan ruang. Terdapat ruang personal yang merupakan penggunaan ruang dan jarak seseorang yang dapat berubah-ubah. Burgoon dan peneliti lainnya mempercayai bahwa manusia menginginkan adanya dekat dengan orang lain, tetapi menginginkan juga adanya jarak tertentu
Zona Proksemik
1. Jarak Intim
Zona mencakup perilaku pada jarak yang sangat dekat, yaitu mulai dari 0-18 inci. Perilakunya bervariasi mulai dari sentuhan sampai mengamati wajah seseorang.
2. Jarak Personal
Zona spasial yang berkisar antara 18 inci (46 cm) sampai 4 kaki (1,2 meter), misalnya perilaku bergandengan tangan hingga menjaga jarak dengan seseorang sejauh panjang lengan.

3. Jarak Sosial
Zona spasial yang berkisar antara 4-12 kaki, digunakan untuk hubungan-hubungan formal seperti hubungan dengan rekan kerja.
4. Jarak Publik
Zona spasial yang berjarak 12 kaki atau lebih dan digunakan untuk diskusi yang sangat formal seperti antara seorang dosen dan mahasiswa.
Kewilayahan
1. Wilayah Primer
Menunjukan kepemilikan ekslusif seseorang terhadap sebuah area atau benda.
2. Wilayah Sekunder
Merupakan afiliasi seseorang dengan sebuah area atau benda.
3. Wilayah Publik
Menandai tempat-tempat terbuka untuk semua orang termasuk pantai dan taman.
Kewilayahan sering kali diikuti dengan pencegahan dan reaksi. Artinya orang akan berusaha untuk mencegah Anda memasuki wilayah mereka atau akan memberikan respons begitu wilayah mereka dilanggar.
Asumsi Teori Pelanggaran Harapan
1. Harapan mendorong terjadinya interaksi antarmanusia.
Harapan mendorong terjadinya interaksi. Harapan adalah pemikiran dan perilaku yang diantisipasi dalam sebuah percakapan. Terdapat dua jenis harapan yakni :
a. Harapan prainteraksional
b. Harapan Interaksional
2. Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari.
Individu-individu dalam sebuah budaya juga berpengaruh dalam mengomunikasikan harapan.
3. Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal.
Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal orang lain. Komunikasi nonverbal seringkali ambigu dan dapat menimbulkan banyak interpretasi (Stacks et al., 2005)
Valensi Penghargaan Komunikator
Valensi Penghargaan Komunikator adalah jumlah dari karakteristik-karakteristik positif dan negatif dari seseorang dan potensi bagi orang itu untuk memberikan penghargaan atau hukuman. Penghargaan dapat diberikan berupa senyuman, anggukan kepala, fisik yang menarik, dsb. Menurut EVT, interpretasi terhadap pelanggaran seringkali bergantung pada komunikator serta nilai-nilai yang mereka miliki.
Valensi Pelanggaran
Valensi Pelanggaran adalah nilai positif atau negatif dari penyimpangan harapan, dan berfokus pada penyimpangan itu sendiri. Jika sebuah pelanggaran bersifat ambigu atau menimbulkan banyak interpretasi, EVT memprediksikan bahwa valensi komunikator akan memengaruhi bagaimana pelanggaran dievaluasi dan diinterpretasi.


Teori Pengurangan Ketidakpastian
Berdasarkan Penelitian Charles Berger dan Richard Calabrese

Teori ini disusun dengan tujuan untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian di antara orang asing yang telibat dalam pembicaraan satu sama lain untuk pertama kali. Prediksi merupakan kemampuan untuk memperkirakan pilihan-pilihan perilaku diri sendiri dan orang lain. Penjelasan adalah kemampuan untuk menginterpretasikan makna dari pilihan-pilihan perilaku..
Dalam versi baru teori ini dijelaskan ada dua tipe ketidakpastian dari perjumpaan awal yaitu:
1. Ketidakpastian kognitif
Tingkat kepastian yang dihubungkan dengan keyakinan dan sikap tersebut.
2. Ketidakpastian Perilaku
Tingkat ketidakpastian berhubungan dengan perilaku.
Pelanggaran dalam teori ini adalah sikap melakukan pembukaan diri yakni secara tidak sesuai (membuka informasi terhadap diri sendiri kepada orang lain) atau benar-benar tidak mengindahkan pasangan bicaranya. Ketidakpastian pasti akan meningkat.
Ketidakpastian juga berhubungan dengan tujuh konsep lain yang berakar pada komunikasi dan pengemabangan hubungan : output verbal, kehangatan nonverbal (nada suara yang menyenangkan), pencarian informasi (bertanya), pembukaan diri, resiprositas pembukaan diri, kesamaan, dan kesukaan.


Asumsi Teori Ketidakpastian
1. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar intrpersonal.
Orang mengalami hal ini karena dilatarbelakangi oleh harapan berbeda-beda mengenai kejadian interpersonal.
2. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara kognitif.
Berada dalam ketidakpastian membutuhkan energi emosional dan psikologis yang tidak sedikit.
3. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk mengurangi ketidakpastian mereka atau meningkatan prekdibilitas.
Melakukan pencarian informasi untuk mencapai kepastian.
4. Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian.
Pada umumnya orang melakukan interaksi melalui tiga fase :
Fase awal : Tahapan awal dari sebuah interaksi diantara orang asing.
Fase personal : Orang mulai berkomunikasi secara lebih spontan dan personal.
Fase akhir : Meneruskan hubungan atau menghentikannya.
5. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiring bejalannya waktu.
Adanya kemampuan untuk mendengar, tanda respons nonverbal, dan bahasa yang sama.
6. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang menggunakan cara seperti hukum.
Terdapat pengunaan ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang berbeda untuk menjelaskan perilaku komunikasi.
Aksioma Teori Pengurangan Ketidakpastian
Aksioma adalah kebenaran yang ditarik dari penelitian sebelumnya dan akal sehat. Aksioma ini merupakan jantung dari sebuah teori. Penjelasan dari aksioma :
Aksioma 1 : Pembicaraan dalam kuantitas banyak, menyebabkan kepastian.
Aksioma 2 : Menggunakan cara nonverbal yang hangat, akan menjadi pasti satu sama lain, dan meningkatkan afiliasi nonverbal satu dengan yang lainnya.
Aksioma 3 : Pencarian informasi terus dilakukan :merasa tidak pasti
Sedikit pencarian informasi : merasa pasti.
Aksioma 4 : Keintiman dalam komunikasi rendah : ketidakpastian tinggi
Pengurangan ketidakpastian : Keintiman hubungan komunikasi tinggi.
Aksioma 5 : Ketidakpastian satu sama lain, cenderung meniru perilaku masing-masing.
Resiprositas : komunikasi yang mencerminkan perilaku yang sebelumnya.
Aksioma 6 : Kesamaan : mengurangi tingkat ketidakpastian.
Ketidakmiripan : memengaruhi peningkatan ketidakpastian.
Aksioma 7 : Mengurangi ketidakpastian : meningkatkan kesukaan.
Merasakan ketidakpastian : tidak menyukai satu sama lain.
Perluasan Teori Pengurangan Ketidakpastian
1. Aksioma tambahan
Aksioma 8 : Sedikit ketidakpastian karena makin sering berinteraksi.
Aksioma 9 : Hubungan negatif antara ketidakpastian dan kepuasan komunikasi.
2. Kondisi pendahulu
Kondisi 1 : Ketika orang yang satu memiliki potensi memberi rewards dan punishment.
Kondisi 2 : Orang yang satunya berperilaku kebalikan dari yang diharapkan.
Kondisi 3 : Seseorang mengharapkan interaksi selanjutnya dengan orang lain.
3. Strategi
Strategi pasif : Mengurangi ketidakpastian dengan pengamatan yang tidak mengganggu.
Strategi aktif : Mengurangi ketidakpastian dengan cara selain kontak langsung.
Strategi interaktif : Mengurangi ketidakpastian dengan terlibat dalam percakapan.

4. Hubungan yang mapan : Melampaui perjumpaan awal
Mempelajari jaringan sosial. Kesimpulannya : makin banyak pasangan berkomunikasi dengan jaringan sosial mereka, maka semakin sedikit ketidakpastian yang mereka alami. Selanjutnya, semakin sedikit ketidakpastian yang dirasakan orang, makin kecil kemungkinan mereka untuk memutuskan hubungan dengan orang lain.
5. Konteks
Teori ini dapat dilakukan dalam konteks antarbudaya, umumnya dalam penelitian.
Budaya konteks rendah : Budaya-budaya seperti budaya Amerika serikat, di mana kebanyakan makna berada dalam kode atau pesan.
Budaya konteks tinggi : Budaya-budaya seperti budaya orang Jepang, di mana makna suatu pesan berada dalam suatu konteks atau diinternalisasi oleh pendengar.



Teori Penetrasi Sosial
Berdasarkan Penelitian Irwin Daltman dan Dalmas Taylor

Teori Penetrasi Sosial atau Sosial Penetration Theory (SPT) adalah teori yang menekankan pada ikatan sosial dalam berbagai macam tipe pasangan dalam hubungan. Penetrasi sosial adalah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim. Prosesnya mencakup perilaku verbal, perilaku nonverbal, dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan. Suatu hubungan akan mengikuti trayek atau jalan setapak menuju kedekatan.
Penetrasi sosial percaya bahwa pembukaan diri adalah cara utama yang digunakan oleh sebuah hubungan ramah-tamah bergerak menuju hubungan yang intim.
Asumsi Teori Penetrasi Sosial
1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Proses penilaian dan tahap pengembangan hubungan, dan sejalan dengan perkembangannya hubungan memiliki kesempatan untuk menjadi lebih intim.
2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi.
Secara khususnya, hubungan dapat berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi, dan hubungan seperti proses komunikasi dinamis dan terus berubah.
3. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.
Hubungan dapat berantakan atau menarik diri yaitu kemunduran yang dapat menyebabkan disolusi hubungan. Seringkali hubungan mengalami transgesi yaitu pelanggaran dari aturan, pelaksanaan, dan harapan dalam berhubungan.
4. Pembukaan diri antara inti dari perkembangan hubungan.
Pembukaan diri inti dari hubungan. Pembukaan diri adalah proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Pembukaan diri bersifat: strategis dan nonstrategis : merencanakan apa yang akan dibicarakan pada orang lain, dan dalam situasi lainnya terjadi secara spontan, istilah yang berkembang “orang asing dalam kereta” : membuka informasi pada orang yang sama sekali asing di area publik.
Mengupas Lapisan Hubungan : Analogi Bawang
Struktur bawang dianalogikan sebagai aspek dari kepribadian seseorang. Lapisan-lapisannya sebagai berikut :
1. Citra Publik
Lapisan terluar dari seseorang, apa yang dapat dilihat oleh orang lain.
2. Resiprositas
Keterbukaan balik seseorang kepada yang lainnya.
3. Keluasan
Jumlah topik yang didiskusikan dalam sebuah hubungan.
4. Waktu keluasan
Jumlah waktu yang dihabiskan oleh pasangan dalam mendiskusikan berbagai topik.
5. Kedalaman
Tingkat keintiman yang menuntun diskusi mengenai suatu topik.
Perubahan dalam pusat lapisan (pusat bawang) mempunyai banyak pengaruh daripada yang di bagian luar lapisan.
Makin besar kedalamannya, makin banyak kesempatan bagi seseorang untuk merasa rentan.
Pertukaran Sosial : Biaya dan Keuntungan dalam Berhubungan
Penghargaan dan pengorbanan memiliki pengaruh pada tahap awal suatu hubungan interpersonal. Hal ini menyebabkan individu-individu tersebut lebih memfokuskan pada penghargaan ataukah pengorbanan yang telah diberikan orang lain terhadap dirinya.Pandanagan pertukaran sosial bergantung pada masing-masing pihak dalam sebuah hubungan untuk menghitung batasan hingga di mana individu-individu memandang hubungan sebagai suatu yang negatif (pengorbanan) atau positif (penghargan).Menurut pemikiran penetrasi sosial,selma hubungan berjalan,pasangan secara menilai kemungkina-kemungkinan di dalam hubungan dan juga alternatif-alternatif yang dipersepsikan atau nyata dalam sebuah hubungan.
Tahapan Proses Penetrasi Sosial
Perkembangan suatu hubungan terjadi dalam suatu cara yang sistematis dan keputusan untuk mempertahankan hubungan tersebut biasanya tidak diambil secara cepat . Tidak semua hubungan melalui proses ini dan semua hubungan yang melalui proses ini tidak selalu romantis.

Orientasi : Membuka Sedikit demi sedikit
Tahap pertama dalam, proses penetrasi sosial disebut tahap orientasi (orientation stage) terjadi pada tingkat public , hanya sedikit kita membuka diri kita terhadap orang lain.Pernyataan sifatnya klise dan hal-hal superficial dari individu, serta individu biasanya bersifat sopan.Orang cenderung tidak mengkritik dan tidak mengevaluasi selama tahap ini, sebab hal tersebut dapat merusak interaksi dan dapat menimbulkan potensi konflik. (Taylor dan Altman,1987).
Pertukaran Penjajakan Afektif : Munculnya Diri
Tahap Kedua disebut tahap pertukaran penjajakan afektif (explanatory affective exchange stage) merupakan tahapan dimana informasi dari dalam diri sudah menjadi luas serta munculnya aspek-aspek kepribadian individu.Orang lebih menggunakan beberapa frase yang dapat dimengerti serta melibatkan perilaku verbal dan non verbal.Antara pihak yang berkomunikasi tidak begitu berhati-hati akan kelepasan berbicara yang nantinya akan mereka sesalkan, karena pihak-pihak tersebut berada dalam taraf kenyamanan.Banyak perilaku menyentuh dan tampilan afeksi (ekspresi wajah).
Pertukaran Afektif :Komitmen dan Kenyamanan
Tahap pertukaran afektif,yaitu tahapan penetrasi sosial yang lebih spontan dan cukup nyaman bagi pasangan. Tahap ini mencakup nuansa-nuansa hubungan yang membuatnya menjadi unik. Individu-individu yang menggunakan idiom personal,yang merupakan cara pribadi dalam mengekspresikan sebuah keintiman hubungan melalui kata-kata, frase atau perilaku.
Pertukaran Stabil : Kejujuran Total dan Keintiman
Tahap pertukaran stabil (stable exchangen stage) berhubungan dengan perungkapan pemikiran perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spotannitas dan keunikan hubungan yang tinggi.



Teori Perukaran Sosial
Berdasarkan Penelitian John Thibaut dan Harold Kelley

Teori Perukaran Sosial atau Sosial Exchange Theory (SET) didasarkan pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka dalam konteks ekonomi dan mereka menghitung pengorbanan dan membandingkannya dengan penghargaan yang didapatkan dengan meneruskan hubungan itu. Pengorbanan (Cost) adalah elemen dari sebuah hubungan yang memiliki nilai negatif bagi seseorang. Penghargaan (Rewards) adalah elemen-elemen dalam sebuah hubungan yang memiliki nilai positif. Sudut pandang Pertukaran Sosial berpendapat bahwa orang menghitung nilai keseluruhan dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan yang diterima (Monge & Contractor, 2003), hal ini disimpulkan dalam sebuah rumus :


Hubungan positif adalah hubungan dimana nilainya merupakan angka positif, artinya : Penghargaan > Pengorbanan. Hubungan negatif adalah hubungan dimana nilainya merupakan angka negatif, artinya Pengorbanan > Penghargaan. Hubungan positif diharapkan untuk bertahan, dan hubungan negatif mungkin berakhir.
Asumsi Teori Pertukaran Sosial
SET didasarkan pada asumsi : mengenai sifat dasar manusia dan sifat hubungan. SET didasarkan pada metafora ekonomis, yang menganggap bahwa manusia memandang kehidupan sebagai suatu pasar. Asumsi SET berdasarkan sifat dasar manusia adalah, yakni :
1. Manusia mencari penghargaan dan menghindari hukuman.
Perilaku orang dimotivasi oleh suatu mekanisme dorongan internal, ketika ada dorongan, mereka mulai menguranginya, dan proses pelaksanaan adalah hal yang menyenangkan. Proses ini memberikan penghargaan dan karenanya, “diberi penghargaan berarti bahwa seseorang telah mengalami pengurangan dorongan atau dengan kata lain pemenuhan kebutuhan”.

2. Manusia adalah makhluk rasional.
Dalam batasan-batasan informasi, manusia akan menghitung Cost dan Rewards dari sebuah situasi tetentu dan ini akan menuntun perilakunya. Hal ini mencakup bahwa : Bila dihadapkan pada pilihan yang tidak memberikan Cost, orang akan memilih pilihan yang paling sedikit membutuhkan pengorbanan. SET menyatakan manusia menggunakan pemikiran rasional untuk membuat pilihan.
3. Standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan bervariasi seiring berjalannya waktu dari satu orang ke orang lainnya.
SET mempertimbangkan adanya keanekaragaman. Tidak ada satu standar yang dapat diterapkan pada semua orang untuk menentukan apa Cost dan Rewards itu.
Dua bagian utama dari teori ini
1. Evaluasi dari sebuah hubungan : Mengapa kita bertahan atau pergi
Terdapat hal yang menarik yaitu mengenai bagaimana orang mengevaluasi hubungan mereka sehubungan dengan apakah mereka akan tetap tinggal di dalam hubungan itu atau meninggalkannya. Evaluasi ini didasarkan pada:
a. Level Perbandingan (CL)
Standar yang mewakili perasaan orang mengenai apa yang mereka harus terima dalam hal cost dan rewards dari sebuah hubungan. Level ini bervariasi diantara individu- individu karena hal ini subjektif. Jika hubungan sesuai bahkan melebihi CL, maka kita akan puas dengan hubungan tersebut.
b. Level Perbandingan untuk Alternatif (CLalt)
Merujuk pada “level terendah dari rewards dari suatu hubungan yang dapat diterima oleh seseorang saat dihadapkan pada penghargaan yang ada dari hubungan alternatif atau sendirian”
2. Pola Pertukaran : SET dalam Praktik
Ketika orang berinteraksi, mereka dituntun oleh tujuan, dan hal ini kongruen dengan asumsi bahwa manusia adalah makhluk rasional. Terdapat urutan perilaku yakni : serangkaian tindakan yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Saling ketergantungan dalam SET, memunculkan konsep kekuasaan (Power) yaitu ketergantungan seseorang terhadap yang lain untuk mencapai hasil akhir. Dua jenis kekuasaan yakni :
Pengendalian nasib : Kemampuan untuk memengaruhi hasil akhir pasangan/ mitra.
Pengendalian perilaku : Kekuatan untuk menyebabkan perubahan perilaku orang lain dengan mengubah perilaku sendiri.
Ada tiga matriks yang digunakan SET dalam mengilustrasikan pola yang dikembangkan:
1. Matriks terkondisi
Pilihan-pilihan perilaku dan hasil akhir yang ditentukan oleh kombinasi dari faktor-faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (keahlian tertentu yang dimiliki oleh masing-masing interaktan.
2. Matriks efektif
Bagaimana dua orang berpendapat bahwa mereka harus saling bertukar penghargaan.
3. Matriks Dispoposional
Keyakinan yang Anda miliki mengenai suatu hubungan.
Tiga matriks tersebut mengimplikasikan bahwa pembukaan diri memegang peranan penting dalam SET. Pemahaman akan bagaimana matriks-matriks ini memengaruhi perilaku komunikasi adalah salah satu alasan mengapa para peneliti tertarik pada Teori Pertukaran Sosial.
Struktur Pertukaran
1. Pertukaran langsung
Pertukaran dimana dua orang saling berbalas pengorbanan dan penghargaan.
2. Pertukaran tergeneralisai
Pertukaran dimana timbal balik yang terjadi melibatkan jaringan sosial dan tidak terbatas pada dua individu.
3. Pertukaran Produktif
Pertukaran dimana kedua belah pihak mengalami pengorbanan dan mendapatkan keuntungan secara simultan.



Teori Dialektika Relasional
Berdasarkan Penelitian Leslie Baxter dan Barbara Montgomery

Teori Dialektika Relasional atau Relational Dialectics Theory (RDT) menyatakan bahwa hidup berhubungan dicirikan oleh ketegangan-ketegangan yang berkelanjutan antara impuls-impuls yang kontradiktif. Hal ini menggambarkan bagaimana hidup ini bagi manusia.
Visi dialektis dapat dibandingkan dengan dua pendekatan :
1. Pendekatan monologis : Pendekatan yang membingkai kontradiksi sebagai hanya/atau (either/or)
2. Pendekatan dualistik : Pendekatan yang membingkai kontradiksi sebagai dua bagian yang terpisah.
Selain kedua pendekatan tersebut, ada pendekatan dialektis yang membingkai kontradiksi sebagai baik/maupun (both/and).
Asumsi Teori Dialektika Relasional
Asumsinya terdiri dari empat asumsi, yaitu:
1. Hubungan tidak bersifat linear
Hubungan terdiri atas fluktuasi yang terjadi antara keinginan-keinginan kontradiktif.
2. Hidup berhubungan ditandai dengan adanya perubahan
Terdapat perbedaan cara dalam mengungkapkan kebersamaan serta kemandirian.
3. Kontradiksi merupakan fakta fundamental dalam hidup berhubungan
Pengelolaan ketegangan dan oposisi dengan cara yang berbeda, tetapi saling berhubungan. Salah satu tugas dari komunikasi adalah mengelola ketegangan-ketegangan ini.
4. Komunikasi syarat penting dalam mengelola dan menegosiasikan kontradiksi-kontradiksi dalam hubungan
Pemberian posisi utama untuk komunikasi. Aktor-aktor sosial memberikan kehidupan melalui praktik-praktik komunikasi mereka kepada kontradiksi-kontradiksi yang mengelola hubungan mereka.
Elemen Dialektika : Membangun ketegangan
Elemen-elemen dasar dalam dialektis :
1. Totalitas : Saling tergantung, sesuatu terjadi pada suatu anggota, maka anggota lainnya akan terpengaruh.
2. Kontradiksi : Merujuk pada oposisi-oposisi, dan merupakan ciri utama dialektika.
3. Pergerakan : Memproses pada hubungan.
4. Praksis : Kapasitas manusia untuk memilih.
Dialektika Relasi Dasar
Tiga dialektika spesifik yaitu :
1. Otonomi dan Ketertarikan
Ketegangan hubungan yang penting dan menunujukkan keinginan-keinginan untuk saling berkonflik, menjadi dekat atau jauh.
2. Keterbukaan dan Perlindungan
Ketegangan dalam hubungan yang penting yang menunjukkan keinginan-keinginan untuk berkonflik untuk mengatakan rahasia atau menyimpannya. Enam cara mengkomunikasikan ketegangan yaitu pemilihan topik, pengubahan waktu, penarikan diri, penyelidikan, strategi antisosial, kebohongan.
3. Sesuatu yang baru dan Sesuatu yang dapat diprediksi
Ketegangan dalam hubungan yang penting yang menunujukkan keinginan-keinginan yang saling berkonflik untuk memiliki stabilitas dan perubahan.



Dialektika Konstektual
1. Dialektika interaksi adalah ketegangan-ketegangan yang muncul dari dan dibangun oleh komunikasi.
2. Dialektika Konstektual adalah ketegangan-ketegangan yang muncul dari tempat suatu hubungan dalam budaya.
3. Dialektika pubik dan privat adalah bagian dari dialektika konstektual yang muncul dari hubungan privat dan publik.
4. Dialektika yang nyata dan yang ideal adalah bagian dari dialektika konstektual yang muncul dari perbedaan antara hubungan yang ideal dan hubungan yang dijalani.
Melampaui Dialektika Dasar
Disebutkan oleh Kramer bahwa ketegangan-ketegangan dialektik dapat membingkai teori komunikasi mengenai perilaku kelompok.



Teori Manajemen Privasi
Berdasarkan Penelitian Sandra Petronio

Teori Manajemen Privasi atau Communication Management Privacy (CPM) adalah teori yang menjelaskan isu-isu “keseharian”. Teori ini merupakan teori yang menarik karena :
1. Menunjukkan pemikiran yang terkini dalam disiplin ilmu komunikasi. Hal ini menggambarkan akan hidupnya komunikasi sebagai sebuah bidang ilmu.
2. CPM tumbuh secara khusus dari fokus terhadap komunikasi. Hal ini menjadi bukti akan kematangan dan pertumbuhan bidang ilmu komunikasi.
Evolusi Teori Manajemen Privasi Komunikasi
Dalam penelitian teori ini terdapat pengamatan bahwa pria dan wanita memiliki kriteria yang berbeda kapan harus tebuka dan diam. Hal ini merupakan bagian dari CPM. Konsep teori ini ada dua :
1. Mikroteori : batasan yang terbatas.
2. Makroteori : batasan yang luas.
Asumsi Teori Manajemen Privasi
1. Manusia adalah pembuat keputusan.
2. Manusia adalah pembuat peraturan dan pengikut peraturan.
3. Pilihan dan peraturan manusia didasarkan pada pertimbangan akan orang lain dan juga akan konsep diri.
Teori ini bagian dari teori dialektika, maka asumsinya bertambah:
4. Hidup berhubungan dicirikan oleh perubahan.
5. Kontradiksi adalah fakta mendasar pada hidup berhubungan.
mewakili perspektif aktif mengenai manusia yang terlibat dalam hubungan sampai pada batas dimana diri dan orang lain saling terkait. Jika kita membuka semuanya, kita tidak akan memiliki konsep privasi.
Asumsi Dasar Teori Manajemen Privasi
Ketertarikan CPM adalah menjelaskan proses-proses negosiasi orang seputar pembukaan informasi privat.
1. Informasi privat : Informasi mengenai hal-hal yang sangat berarti bagi seseorang. Informasi ini dalam hubungan dengan orang lain dapat menjadi pembukaan pribadi yaitu menekankan isi personal dibandingan literatur tradisional pembukaan diri.
2. Informasi pribadi : Mengkomunikasikan informasi privat kepada orang lain.
Teori Manajemen Privasi mencapai tujuan dengan lima asumsi dasar yaitu :
1. Informasi privat
Cara tradisional berpikir mengenai pembukaan, dan lebih mengarah pada keintiman, yang merupakan keadaan mengetahui seseorang secara mendalam dalam sagala hal karena orang ini penting dalam kehidupan.
2. Batasan Privat
Garis antara sikap publik dan sikap privat.
Dua jenis batasan :
Batasan kolektif = informasi bukan hanya mengenai diri, tapi milik hubungan yang ada.
Batasan personal = batasan seputar informasi privat yang melibatkan satu orang saja.
3. Kontrol dan Kepemilikan
Orang merasa memilki informasi pivat mengenai diri mereka sendiri.
4. Sistem Manjemen Berdasakan Aturan
Kerangka untuk memahami keputusan yang dibuat orang mengenai informasi privat.
5. Dialektika Manajemen
Berfokus pada ketegangan-ketegangan antara keinginan untuk mengungkapkan informasi privat dan keinginan untuk menutupinya.
Proses Manajemen Aturan Privasi
Karakteristik aturan Privasi
Terdiri dari dua kriteria :
1. Pengembangan aturan : Keputusan orang untuk mengungkapkan atau menutupi privasi.
2. Atribut Aturan Privasi : Bagaimana orang mendapatkan aturan dan properti-properti aturan.
Lima kriteria dalam aturan privasi
Kriteria Keputusan Deskripsi
Kriteria berdasarkan budaya Tergantung pada norma dan keterbukaan privasi
Kriteria berdasarkan gender Perbedaan yang muncul antara pria dan wanita dalam batasan privasi mereka.
Kriteria motivasi Membuat keputusan untuk membuka sesuatu, berdasakan motivasi mereka.
Kriteria konstektual Berpengaruh terhadap keputusan orang mengenai privasi.
Kriteria berdasarkan rasio resiko keuntungan Mengevaluasi resiko dibandingkan keuntungan.

Koordinasi Batasan
Koordinasi batasan adalah cara mengelola informasi yang dimiliki bersama.
1. Pertalian batasan : Hubungan yang membentuk aliansi batasan individu.
2. Kepemilikan batasan : Hak-hak dan keistimewaan yang diberikan kepada pemilik pendamping dari sebuah informasi privat.
3. Permeabilitas batasan : Seberapa banyak informasi yang dapat melalui batasan yang ada. Batasan ada dua jenis yaitu :
a. Batasan tebal : Batasan tertutup yang memungkinkan sediki/tidak ada informasi yang dapat lewat.
b. Batasan tipis : Batasan terbuka yang memungkinkan informasi semua informasi untuk lewat.
Turbulensi Batasan
Konflik tentang harapan dan aturan batasan. CPM menyatakan ketika individu mengalami turbulensi batasan, mereka akan mencoba untuk membuat penyesuaian sehingga mereka dapat mengurangi turbulensi dan mencapai kooordinasi (Afifi, 2003).



Teori Retorika
Berdasarkan tulisan-tulisan Aristoteles

Teori Retorika adalah teori yang menjelaskan mengenai teknik berbicara di depan publik (public speaking) dengan menggunakan alat-alat persuasi yang tersedia.
Asumsi Teori Retorika
1. Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak mereka.
Pembicara harus memikirkan khalayak sebagai sekelompok orang yang memiliki motivasi, keputusan, dan pilihan dan bukannya sebagai sekelompok besar orang yang homogen dan serupa. Hubungan antara pembicara-khalayak harus dipertimbangkan.
2. Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi mereka.
Bukti-bukti yang dimaksud adalah pada cara-cara persuasi, yaitu :
a. Ethos : Karakter, intelegensidan niat baik yang dipersepsikan dari seseorang pembicara ketika hal-hal ini ditunjukkan melalui pidatonya.
b. Logos : Bukti-bukti logis yang digunakan oleh pembicara-argumen mereka, rasionalisasi, dan wacana.
c. Phatos : Emosi yang dimunculkan dari para pendengar.
Silogisme dan Entimem
Silogisme dan Entimem merupakan perkembangan dari konsep logos yang dikemukakan oleh Aristoteles. Perbedaannya adalah bahwa silogisme berhubungan dengan kepastian, sedangkan entimem berhubungan dengan kemungkinan.
1. Silogisme (syllogism) adalah sekelompok proporsi yang berhubungan satu sama lain dan menarik sebuah kesimpulan dari premis-premis mayor dan minor.
2. Entimem (enthymeme) adalah silogisme yang didasarkan pada kemungkinan, tanda dan contoh yang berfungsi sebagai persuasi retoris. Tiga elemennya yaitu:
a. Kemungkinan (probability) : Pernyataan-pernyataan yang secara umum benar tetapi masih membutuhkan pembuktian tambahan.
b. Tanda (sign) : Pernyataan yang menunjukkan alasan bagi sebuah fakta.
c. Contoh (example) : Pernyataan-pernyataan baik yang faktual maupun yang diciptakan oleh pembicara.
Perbedaannya yaitu silogisme berhubungan dengan kepastian sedangkan entimem berhubungan dengan kemungkinan.
Kanon Retorika
Kanon adalah tuntutan tertentu atau prinsip-prinsip yang harus diikuti pembicara agar suatu pidato persuasif dapat menjadi efektif. Kanon-kanon tersebut antara lain:
1. Penemuan (invention)
Integrasi cara berfikir dan argumen dalam pidato; menggunakan logika dan bukti di dalam pidato membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasif. Dalam penemuan juga perlu diperhatikan topik (topic); bantuan terhadap penemuan yang merujuk pada argumen yang digunakan oleh membicara, dan civic space; metafora yang menyatakan bahwa pembicara memiliki lokasi-lokasi dimana terdapat kesempatan untuk membujuk orang lain.
2. Pengaturan (arrangement)
Organisasi dari pidato; mempertahankan struktur suatu pidato-pengantar, batang tubuh, kesimpulan-mendukung kredibilitas pembicara, menambah tingkat persuasi dan mengurangi rasa frustasi pada pendengar.
3. Gaya (style)
Penggunaan bahasa dalam pidato; penggunaan gaya memastikan bahwa suatu pidato dapat diingat dan bahwa ide-ide dari pembicara diperjelas. Dalam penggunaan gaya bahasa harus menghindari kata-kata aneh (gloss) akan tetapi menggunakan metafora (metaphor) untuk memperjelas hal untuk lebih mudah dipahami oleh pendengar.
4. Penyampaian (delivery)
Presentasi dari pidato; penyampaian yang efektif mendukung kata-kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.
5. Ingatan (memory)
Penyimpanan informasi di dalam benak pembicara; mengetahui apa yang akan dikatakan dan kapan menyatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk merespons hal-hal yang tidak terduga.
Jenis-jenis Retorika
1. Retorika forensik (forensic rhetoric)
Yaitu pidato yang berkaitan dengan keadaan pembicara mendorong munculnya rasa bersalah atau tidak bersalah. Retorika forensik merujuk pada periode waktu pada masa lalu. Retorika jenis ini sering dipakai untuk berpidato di pengadilan. Contoh : pidato hakim, jaksa, dll.
2. Retorika epideiktik (epideictic rhetoric)
Yaitu wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan. Retorika epideiktik merujuk pada periode waktu pada masa sekarang. Retorika jenis ini juga sering disebut sebagai pidato seremonial dan biasanya berfokus pada isu-isu sosial. Contoh : eulogi.
3. Retorika deliberatif (deliberative rhetoric)
Retorika yang menentukan tindakan yang harus diambil oleh khalayak. Disebut retorika politis. Memiliki potensi untuk dapat menghasilkan paling banyak perubahan dalam khalayak. Mencakup: Asuransi kesehatan, pendapatan, pajak, hubungan, pendidikan, dan kesejahteraan pribadi.Taktik penting: pendekatan yang menunjukkan identifikasi personal



Dramatisme
Berdasarkan Penelitian Kenneth Burke

Dramatisme mengonseptualisasikan kehidupan sebagai sebuah drama, menempatkan suatu fokus kritik pada adegan yang diperlihatkan oleh pemain. Fokusnya pada sistem simbol. Dramatisme memberikan fleksibilitas pada para peneliti untuk mempelajari sebuah objek kajian dari berbagai macam sudut pandang. Kajian Dramatisme mempelajari cara-cara dimana bahasa dan penggunannya berhubungan dengan khalayak.
Asumsi Dramatisme
Asumsi Teori Dramatisme yang diungkapkan oleh Brummet sebagai ontologi yaitu:
1. Manusia adalah hewan yang menggunakkan simbol
2. Bahasa dan simbol membentuk sebuah sistem yang sangat penting bagi manusia
3. Manusia adalah pembuat pilihan
Dramatisme sebagai Retorika Baru
Intinya persuasi dan tulisannya adalah mengeksplorasi cara dimana persuasi dapat terjadi. Kunci retorika ‘lama’ adalah persuasi dan kunci retorika ‘baru’ adalah identifikasi.
Identifikasi dan Substansi
Substansi : Sifat umum dari sesuatu, dapat digambarkan dalam diri seseorang dengan mendaftar karakteristik demografis serta latar belakang dan fakta mengenai situasi masa kini, seperti: bakat dan pekerjaan.
Identifikasi : Semakin besar ketumpangtindihan yang terjadi, makin besar identifikasi yang terjadi
Pemisahan : Semakin tinggi tingkat ketumpangtindihan individu, makin besar pemisahan yang terjadi diantara mereka.
Konsubstansiasi : Proses meningkatkan identifikasi mereka satu sama lain.
Proses Rasa Bersalah dan Penebusan
Konsubstansiasi berhubungan dengan siklus rasa bersalah/penebusan karena rasa bersalah dapat dihilangkan dengan hasil identifikasi dan pemisahan. Rasa bersalah (guilt) adalah motif utama untuk semua aktivitas simbolik, mencakup berbagai jenis rasa malu, rasa bersalah, rasa jijik, atau perasaan yang tidak menyenangkan lainnya.
Proses merasa bersalah dan berusaha untuk menghilangkannya dalam siklus Burke yaitu:
1. Tatanan atau Hierarki
Peringkat yang ada dalam masyarakat terutama karena kemapuan kita untuk menggunakkan bahasa. Bahasa memungkinkan kita untuk menciptakan kategori-kategori seperti lebih kuat dan lebih kaya dan miskin.
2. Negativitas
Yaitu menolak tempat seseorang dalam tatanan sosial dan memperlihatkan resistensi.
3. Pengorbanan
Cara dimana kita berusaha untuk memurnikan diri dari rasa bersalah yang kita rasakan sebagai bagian dari menjadi manusia. Mortifikasi adalah salah satu mencari metode untuk memurnikan diri dari rasa bersalah, dengan menyalahkan diri kita sendiri.
4. Pengkambinghitaman
Salah satu metode untuk memurnikan diri dari rasa bersalah, dengan menyalahkan orang lain.
5. Penebusan
Penolakan sesuatu yang tidak bersih dan kembali pada tatanan baru setelah rasa bersalah diampuni sementara.
6. Pentad
Pentad adalah metode yang terdiri dari lima poin untuk menganalisis teks simbolik seperti pembincangan atau serangkaian artikel. Pentad dapat membantu menentukan mengapa seseorang pembicara memilih strategi retorika tertentu untuk mengidentifikasi drinya dengan khalayak, diantaranya :
Tindakan : Sebagai apa yang dilakukan oleh seseorang.
Adegan : Memberikan konteks yang melingkupi tindakan.
Agen : Seseorang atau orang-orang yang melakukan tindakan.
Agensi : Merujuk pada cara-cara yang digunakan oleh agen untuk menyelesaikan tindakan.
Tujuan : Merujuk pada hasil akhir yang ada di dalam benak agen untuk tindakan, yaitu mengapa tindakan dilakukan.
Terdapat penambahan poin yakni sikap, sehingga menjadi hexad.
Sikap : Merujuk pada di mana seorang aktor memosisikan dirinya dibandingkan dengan orang lain.
Dalam menggunakkan pentad, pertama-tama menentukan semua elemen dari pentad dan mengidentifikasi apa yang terjadi dalam suatu tindakan tertentu, yang kemudian mempelajari rasio dramasistik : proporsi dari satu elemen pentad dibandingkan dengan elemen lainnya.


Teori Paradigma Naratif
Berdasarkan penelitian Walter Fisher

Teori Paradigma Naratif Walter Fisher mengemukakan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Dengan kata lain kita akan lebih mudah terbujuk oleh suatu cerita yang bagus daripada sebuah argumen yang baik.Pendekatan Fisher ini merupakan sebuah paradigma (paradigma lebih luas dari teori). Penggunaan istilah paradigma ini mengindikasikan bahwa Fisher mewakili sebuah pergeseran besar dari pemikiran yang telah mendukung teori komunikasi sebelumnya. Dengan cara ini, Fisher mempresentasikan apa yang disebut sebagai pergeseran paradigma (paradigm shift), atau perubahan yang signifikan pada cara manusia berpikir mengenai dunia dan maknanya.
Asumsi Teori Paradigma Naratif
Fisher memperlihatkan Paradigma Naratif sebagai penggabungan logika dan estetika, dan menekankan bahwa logika naratif berbeda dari logika dan pemikiran tradisional. Fisher (1987) menyatakan lima asumsi :
1. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita.
2. Keputusan mengenai harga dari sebuah cerita didasarkan pada “pertimbangan sehat”.
3. Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter.
4, Rasionalitas didasarkan pada penilaian orang mengenai konsistensi dan kebenaran sebuah cerita.
5. Kita mengalami dunia sebagai dunia yang diisi dengan cerita, dan kita harus memilih dari cerita yang ada.



Perbedaan antara paradigma naratif dan paradigma dunia rasional
Paradigma Naratif Paradigma Dunia Rasional
• Manusia adalah makhluk pencerita • Manusia adalah makhluk rasional
• Pengambilan keputusan dan komunikasi didasarkan pada “pertimbangan yang sehat” • Pengambilan keputusan didasarkan pada argumen
• Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter • Argumen mengikuti kriteria khusus untuk mencapai pertimbangan yang sehat dan logika
• Rasionalitas didasarkan pada kesadaran orang tentang bagaimana sebuah cerita konsisten secara internal dan benar sebagaimana pengalaman hidup yang dijalani • Rasionalitas didasarkan pada kualitas pengetahuan dan proses pemikiran formal
• Dunia dialami oleh orang sebagai sebuah kumpulan cerita yang harus dipilih salah satunya. • Dunia dapat direduksi menjadi sebuah rangkaian hubungan logis yang disingkap melalui pemikiran logis

Asumsi pertama menunjukan bahwa sifat esensial dari manusia berakar dalam cerita dan bercerita. Naratif bersifat universal, ditemukan dalam semua budaya dan periode waktu.
Asumsi kedua dari paradigma Naratif menyatakan tentang bagaimana seseorang didalam membuat keputusan terhadap cerita yang akan dipilih adalah melalui sesuatu pemikiran serta pertimbangan yang masuk akal bagi dirinya sendiri. Asumsi ini memberitahu kepada kita bahwa tidak semua cerita itu sama atau sebanding dalam hal efektivitasnya, sebaliknya faktor dalam pemilihan cerita merupakan kode argument yang bersifat personal disbanding abstrak atau yang biasa disebut pemikiran yang logis.
Asumsi ketiga berhubungan dengan sesuatu yang secara khusus memengaruhi pilihan orang serta dapat memberikan alasan yang kuat dan baik untuk mereka. Paradigma Naratif menyatakan bahwa kemasuk-akalan bukanlah satu-satunya cara untuk mengukur suatu pemikiran yang logis.Atau bahkan bukan cara yang tepat untuk menjabarkan bagaimana seseoarang membuat penilaian tersebut.
Asumsi keempat menyatakan bahwa dimana sebuah cerita dapat dipercaya dilihat dari konsistensi dan terpercayanya cerita tersebut.
Asumsi kelima, perspektif Fisher didasarkan pada asumsi bahwa dunia adalah sekumpulan cerita dimana terdapat cerita-cerita yang berbeda dan dimana apabila kita memiliha diantara cerita-cerita tersebut,kita mengalami kehidupan berbeda dan mengulangi kehidupan kita atau menciptakan ulang kehidupan kita
Konsep Kunci dalam Pendekatan Naratif
Narasi : Mencakup deskripsi verbal atau nonverbal apa pun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna.
Rasionalisasi naratif : Standar untuk menilai cerita mana yang harus diprcayai dan diabaikan.
Koherensi : Prinsip rasionalitas naratif yang menilai konsistensi internal dari sebuah cerita. Koherensi dibagi menjadi 3 macam:
Koherensi Struktural : Suatu jenis koherensi yang merujuk pada aliran cerita
Koherensi Material : Merujuk pada kongruensi antara satu cerita dan cerita lainnya yang berkaitan
Koherensi Karakterologis : Merujuk pada dapat dipercayainya karakter-karakter di dalam cerita.

Kebenaran : Prinsip rasionalitas naratif yang menilai kredibilitas dari sebuah cerita.
Logika dari Good Reason
Naratif menyusun suatu pertimbangan yang sehat bagi seseorang untuk memegang kenyakinan tertentu atau untuk mengambil tindakan. Pertimbangan yang sehat adalah seperangkat niat untuk menerima suatu cerita sebagai benar dan berharga untuk diterima; memberikan suatu metode untuk menilai kebenaran.
Cerita yang dikisahkan dalam Paradigma Naratif dengan baik, terdiri atas rasionalisasi naratif akan lebih mengguggah bagi pembaca dibandingkan dengan kesuksesan dari para ahli yang menyangkal akurasi faktual di dalam naratif itu.



Kajian Budaya
Berdasarkan Penelitian Stuart Hall

Media telah menjadi alat media dimana kita semua mengalami atau belajar mengenai banyak aspek yang ada disekitar kita. Namun cara yang digunakan media dalam melaporkan suatu peristiwa dapat berbeda secara signifikan. Beberapa jurnalis merasa bangga bila meraka berhasil menemukan fakta dan jurnalis lain mementingkan testimoni personal. Sementara yang lain mencari pakar untuk memberikan komentar mengenai suatu peristiwa dan topik ketika hal-hal tersebut mulai terungkap. Kajian budaya memiliki banyak wacana dan juga memiliki banyak sejarah. Kajian budaya merupakan sekelompok formasi yang utuh yang memiliki peristiwa dan momen di masa lalu. Kajian budaya berkaitan dengan sikap, pendekatan, dan kritik mengenai sebuah budaya. Budaya merupakan fitur utama dari teori ini, dan budaya telah menyediakan suatu kerangka intelektual yang telah mendorong para peneliti untuk mendiskusikan, tidak sepakat, menentang, dan merefleksikan.
Stuart Hall menyatakan bahwa media merupakan alat yang kuat bagi kaum elite dan media berfungsi untuk mengkomunikasikan cara-cara berfikir yang dominan tanpa memperdulikan efektivitas pemikiran tersebut. Kajian budaya menekankan bahwa media menjaga agar orang-orang yang berkuasa tetap memiliki kekuasaan sementara yang kurang berkuasa menerima mentah-mentah apa yang diberikan kepada mereka.
Warisan Marxis : Kekuatan Bagi Masyarakat
Karl Marx seorang filsuf yang mampu mengidentifikasikan adanya ketimpangan dalam masyarakat antara kaum elite dengan kaum yang lemah, menurutnya hal ini akan menyebabkan timbulnya alienasi. Alienasi adalah perasaan adanya sedikit kontrol terhadap masa depan, dan situasi ini akan makin parah bila berada di bawah tekanan kapitalisme.
Asumsi Kajian Budaya
Teori ini berakar pada beberapa klaim penting mengenai budaya dan kekuasaan :
1. Budaya tersebar dalam dan menginvansi semua sisi perilaku manusia.
• Budaya adalah sebuah komunitas makna.
• Dalam kajian budaya membutuhkan interpretasi yang berbeda dari kata budaya.
• Ideologi sebuah budaya terdiri dari berbagai norma, ide, dan nilai dan bentuk-bentuk pemahaman di dalam sebuah masyarakat yang membantu orang untuk menginterpretasikan realita mereka.
• Ideologi :Kerangka berpikir yang digunakan untuk memaknai keberadaan kita.
• Perang Budaya : Pergulatan budaya akan makna, identitas, dan pengaruh.
• Budaya tidak dapat dipisahkan dari makna di dalam masyarakat.
• Untuk menguak makna budaya yang sudah ada merupakan tujuan penting para peneliti dalam kajian budaya.
• Makna dalam budaya dibentuk oleh media. Media dapat dianggap berbasis teknologi dan budaya.
2. Orang merupakan bagian dari struktur kekuasaan yang bersifat hierarkis.
• Kekuasaan adalah sesuatu yang diinginkan oleh kelompok subordinat tetapi tidak dapat dicapai. (dalam kaitan tradisi Marxis).
• Sumber kekuatan yang paling mendasar dalam masyarakat kita adalah media.
• Menurut para teoritikus dalam kajian budaya bahwa anggota populasi minoritas tidak dapat menghindar dari subordinatdi dalam masyarakat.
Hagemoni : Pengaruh Terhadap Massa
Hagemoni artinya sebagai pengaruh, kekuasaan, atau dominasi dari sebuah kelompok sosial terhadap yang lain. Pemikiran Hagemoni didasarkan pada ide Marx tentang kesadaran palsu : keadaan di mana individu-individu menjadi tidak sadar mengenai dominasi yang terjadi di dalam kehidupan mereka. Dalam budaya yang hagemoni, beberapa orang mendapatkan keuntungan secara literal sementara yang lain merugi. Masyarakat yang hagemoni adalah orang yang menjadi terpengaruh karena ada persetujuan, dan bukan pemaksaan (Real, 1996). Hagemoni dapat bersifat multisisi : selama dipengaruhi tidak kentara, public akan ditarik atau didorong ke beberapa arah yang berbeda, dan kerumitan inilah yang merupakan tujuan dari peneliti kajian budaya. Dalam masyarakat juga terdapat ideology yang kompleks disebut teater perlawanan, yaitu ideology dalam masyarakat berkompetisi dan berada di dalam konflik untuk sementara.

Hagemoni Tandingan : Massa Mulai Memengaruhi Kekuatan Dominan.
Hagemoni tandingan adalah bagian terpenting dalam kajian budaya karena menunjukkan bahwa khalayak tidak selamanya diam dan menurut. Intinya khalayak tidak bodoh dan submisit. Namun ironis, karena hagemoni ini muncul dalam program-program televisi.