Teori Interaksi Simbolik
Berdasarkan Penelitian George Herbert Mead
Penggali Teori Interaksi Simbolik atau Symbolic Interaction Theory (SI) adalah George Herbert Mead. Namun pencetus istilah ini adalah Herbert Blumer, yaitu salah satu murid Mead. Teori ini menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi. SI semdiri membentuk sebuah jembatan antara teori yang berfokus pada individu-individu dan teori yang berfokus pada kekuatan sosial. SI adalah komunitas teori, bukan satu teori yang sederhana.
Sejarah Teori Interaksi Simbolik
Para tetua dari SI adalah ahli pragmatis, seperti John Dewey dan William James yang mengemukakan pemikiran mengenai munculnya struktur sosial, dan bersikeras bahwa makna diciptakan melalui interaksi.
SI lahir dari dua Universitas yang berbeda yaitu :
1. IOWA (Manford kuhn, dan mahasiswanya)
Memilki cara pandang yang baru tentang konsep diri, dengan pendekatan yang tidak biasa, terdapat keyakinan bahwa konsep SI dapat dioperasionalisasi, dikuantifikasi, dan diuji, dan terdapat pengembangan ide-ide asli dari SI. Menggunakan pendekatan kuantitatif. Insiden mengenai konsep diri “Siapakah Aku?”, mengakibatkan munculnya IOWA baru, dengan pemimpinnya Calr Couch.
2. Chicago (Mead)
Fokus pada pendekatan terhadap teori sosial yang menekankan pentingnya komunikasi bagi kehidupan dan interaksi sosial.
Tema dan Asumsi Interaksi Simbolik
SI didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dalam masyarakat. Tiga tema besar dalam SI yaitu :
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia.
SI berpegang bahwa Individu membentuk makna melalui sebuah proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap apapun. Tujuan interaksi dari SI adalah menciptakan makna yang sama. Asumsi-asumsi :
a. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada kita
b. Makna diciptakan dalam interaksi antar media. Makna dapat ada ketika orang-orang memiliki interpretasi yang sama mengenai simbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi.
c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif
2. Pentingnya Konsep Diri
Fokus tema kedua SI adalah pentingnya konsep diri yaitu seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri. Tema ini mempunyai dua asumsi tambahan :
a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. Kita membangun perasaan akan diri tidak selamanya melalui kontak dengan orang lain; mereka belajar tentang diri mereka sendiri melalui interaksi.
b. Konsep diri memberikan Motif Penting untuk Perilaku. Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian, mengenai diri memengaruhi perilaku adalah konsep penting SI. Mead melihat diri sebagai sebuah proses bukan struktur, dan proses ini seringkali dikenal sebagai prediksi pemenuhan diri = Prediksi mengenai diri Anda sendiri yang menyebabkan Anda berprilaku sedemikian sehingga hal-hal tersebut benar-benar terjadi.
3. Hubungan antara individu dan masyarakat.
Tema yang terakhir berkaitan dengan hubunngan antara kebebasan individu dan batasan sosial. Asumsi-asumsimya adalah sebagai berikut :
a. Orang dan Kelompok Dipengaruhi oleh Proses Sosial dan Budaya. Norma-norma sosial membatasi perilaku individu, budaya secara kuat memengaruhi perilaku dan sikap yang kita anggap penting dalam konsep diri.
b. Struktur Sosial Dihasilkan melalui Interaksi Sosial. Menengahi posisi yang diambil oleh asumsi sebelumnya. SI percaya bahwa manusia pembuat pilihan.
Konsep Penting
1. Pikiran
Kemampuan menggunakan simbol – simbol dengan makna sosial yang sama. Manusia harus mengembangkan pikiran melalui interaksi. Bahasa adalah sistem verbal dan nonverbal yang dimilki bersama, Simbol Signifikan adalah Simbol yang maknanya secara umum disepakati oleh banyak orang. Dengan adanya bahasa dan berinteraksi dengan orang lain termasuk dalam pengembangan pikiran. Terkait dengan pikiran adalah pemikiran yakni Percakapan di dalam diri seseorang, dan salah satu aktivitas penting pemikiran adalah pengambilan pesan yaitu kemampuan untuk menempatkan diri seseorang di posisi orang lain.
2. Diri
Kemampuan untuk mereflesikan diri kita sendiri dan perspektif orang lain. Diri berkembang dari membayangkan bagaimana kita dilihat oleh orang lain. Cermin diri adalah kemampuan kita untuk melihat diri kita sebagaimana diri kita dilihat oleh orang lain. Terdapat tiga prinsip pengembangan yang berkaitan dengan cermin diri :
a. Kita membayangkan bagaimana kita terlihat di mata orang lain
b. Kita membayangkan penilaian mereka mengenai penampilan kita
c. Kita merasa tersakiti atau bangga berdasarkan perasaan pribadi ini.
Berteori mengenai Diri, Mead mengungkapkan : Orang mempunyai kemampuan untuk menjadi Subjek dan objek bagi dirinya sendiri.
Subjek yaitu Kita bertindak sebagai I. I bersifat spontan, impulsif, dan kreatif.
Objek yaitu Kita mengamati diri kita sendiri bertindak sebagai Me. Me diri yang bersifat reflektif dan lebih peka secara sosial.
3. Masyarakat
Interaksi mengambil tempat di dalam sebuah struktur sosial yang dinamis- budaya, masyarakat, dsb., Masyarakat sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan dan direspons oleh manusia. Dua bagian penting dari masyarakat yang memengaruhi pikiran dan diri., yaitu pemikiran mengenai orang lain secara khusus yaitu individu-individu yang penting bagi kita, dan pemikiran mengenai orang lain secara umum merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial atau budaya sebagai suatu keseluruhan.
Manajemen Makna Terkoordinasi
Manajemen Makna Terkoordinasi atau Coordinated Management of Meaning (CMM), membantu menjelaskan bagaimana individu-individu saling menciptakan makna dalam percakapan. MMC umumnya merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan dimana makna senantiasa dikoordinasikan. Diskusi-diskusi awal mengenai CMM berpijak pada kebutuhan untuk melepaskan diri dari tradisi empiris yang menjadi ciri dari banyak pembentukan teori pada masa itu.
Asumsi- asumsi Manajemen Terkoordinasi
1. Manusia hidup dalam komunikasi
Adanya pendapat bahwa situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik.
2. Manusia saling menciptakan realitas sosial
Kontruksionisme sosial yaitu kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka yang baru. Realitas sosial yaitu merujuk pada keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.
3. Transaksi informasi bergantung kepada makna pribadi dan interpersonal
Makna pribadi yaitu makna yang didapat ketika seseorang membawa pengalaman-pengalamannya yang unik kedalam sebuah interaksi.
Hierarki dari Makna yang Terorganisasi
Menurut CMM manusia mengorganisasikan makna dengan cara yang hierarkis. Orang mengorganisasikan makna berarti mengatakan bahwa mereka sanggup menentukan penekanan yang diberikan pada pesan-pesan tertentu. Hierarki makna terdiri dari :
1. Isi yaitu Konvensi dari data mentah menjadi makna.
2. Tindak tutur yaitu tingkatan yang kita lakukan melalui berbicara (memberikan pujian, atau mengancam).
3. Episode yaitu rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Menandai bagaimana seseorang menginterpretasikan atau menekankan sebuah episode.
4. Hubungan yaitu kesepakatan dan pengertian antara dua orang. Keterlibatan = Tingkat batas di mana dua orang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari suatu sistem.
5. Naskah kehidupan yaitu kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain.
6. Pola budaya yaitu gambaran mengenai dunia dan bagaimana hubungan seseorang dengan hal tersebut.
Hierarki makna adalah kerangka yang penting dalam membantu kita memahami bagaimana makna dikoordinasikan dan dikelola.
Koordinasi Makna : Mengartikan Urutan
Koordinasi dipengaruhi oleh Moralitas dan ketersediaan sumber daya. Koordinasi lebih mudah ditunjukan daripada dijelaskan cara memahaminya adalah dengan mengamati orang-orang berinteraksi dalam sehari-hari. Koordinasi adalah usaha untuk mengartikan pesan-pesan yang berurutan. Tiga hasil yang mungkin muncul ketika dua orang sedang berbincang yaitu : mencapai koordinasi, tidak mencapai koordinasi, atau mencapai koordinasi pada tingkat tertentu.
Pengaruh terhadap Proses Koordinasi
Moralitas diartikan sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Tingkatan moral terdiri atas etika, dan topik. Sumber daya adalah cerita, simbol, dan gambar yang digunakan oleh orang untuk memahami dunia mereka. Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas sosial mereka. Ketika terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan sumber daya dalam sebuah percakapan, maka koordinasi akan mengalami suatu ujian. Padahal, mengkoordinasi percakapan sangat penting dalam komunikasi.
Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan.
CMM mengikuti sudut pandang aturan. Para teoritikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekadar kemampuan untuk menggunakan aturan. Terdapat dua aturan yaitu :
1. Aturan Konstitutif yaitu mengorganisasikan perilaku dan membantu kita untuk memahami bagaimana makna harus diinterpretasikan.
2. Aturan regulatif yaitu tuntunan bagi orang-orang dalam berperilaku.
Rangkaian Seimbang dan Rangkaian Tidak Seimbang
Rangkaian yaitu kemampuan suatu level dalam hierarki makna untuk berefleksi.
Rangkaian seimbang yaitu aturan makna konsisten di seluruh bagian rangkaian.
Rangkaian tidak seimbang yaitu aturan makna berubah-ubah di seluruh rangkaian.
Rangkaian disebut sempurna ada konsistensi di antara level-level (episode, naskah kehidupan, pola budaya) di dalam hierarki. Terdapat suatu pandangan bahwa rangkaian tidak seimbang akan terus berulang, dan hal ini disebut lingkaran setan.
Teori Disonansi Kognitif
Berdasarkan Penelitian Leon Festinger
Teori ini menyatakan bahwa orang menerima informasi (rangsangan) pikiran mereka, mengaturnya menjadi sebuah pola dengan rangsangan lainnya yang telah diterima sebelumnya. Jika rangsangan baru tersebut tidak pas dengan pola yang ada, orang tersebut kemudian merasakan ketidaknyamanan. Para teoritikus menekankan adanya ketidakseimbangan antara kognisi atau cara-cara untuk mengetahui keyakinan, penilaian, dan sebagainya. Intinya, teori ini berasumsi bahwa rangsangan yang diciptakan oleh disonansi akan memotivasi orang untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi.
Disonansi Kognitif adalah perasaan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, perilaku yang tidak konsisten., dan ini merupakan inti dari teori ini. Teori ini memungkinkan dua elemen memilki tiga hukuman yaitu :
1. Hubungan konsonan : dua elemen yang berada pada posisi seimbang satu sama lain.
2. Hubungan Disonan : dua elemen ketidakseimbangan dan lainnya.
3. Hubungan tidak relevan : dua elemen yang tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Ketidaknyamanan yang dihasilkan oleh disonansi akan mendorong menghasilkan perubahan.
Asumsi Teori Disonansi Kognitif
Teori ini memilki empat asumsi yaitu :
1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada kenyakinan, sikap, dan perilakunya. Bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan kenyakinan mereka.
2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis (dibandingkan tidak konsisten secara logis) satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif.
3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. Orang tidak akan senang dalam keadaan disonansi, karena merupakan hal yang tidak nyaman.
4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi konsonansi.
Konsep dan Proses Disonansi Kognitif
Tingkat disonansi adalah jumlah kuantitatif dari perasaan tidak nyaman yang dirasakan. Terdapat tiga faktor yang memengaruhi tingkat disonansi yaitu :
1. Kepentingan yaitu faktor dalam menentukan tingkat disonansi; merujuk pada seberapa signifikan masalah itu.
2. Rasio disonansi yaitu merupakan jumlah kognisi konsonan berbanding dengan yang disonan.
3. Rasionalitas yaitu merujuk kepada alasan yang dikemukakan untuk menjelaskan inkonsistensi.
Mengatasi Disonansi
Disonansi dapat dikurangi melalui perubahan perilaku maupun sikap, tetapi kebanyakan difokuskan pada sikap. Mengurangi disonansi dapat menggunakkan tiga cara :
1. Mengurangi pentingnya kenyakinan disonan kita
2. Menambahkan kenyakinan yang konsonan
3. Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.
Disonansi Kognitif dan Persepsi
Teori Disonansi Kognitif terkait dengan :
1. Terpaan Selektif yaitu metode untuk mengurangi disonansi dengan mencari informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan saat ini.
2. Perhatian Selektif yaitu memberikan perhatian pada informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan saat ini.
3. Interpretasi selektif yaitu menginterpretasikan informasi yang ambigu sehingga informasi ini menjadi konsisten dengan keyakinan dan tindakan yang ada saat ini.
4. Retensi Selektif yaitu mengingat informasi yang konsonan dengan keyakinan dan tindakan saat ini.
Justifikasi Minimal
Menawarkan jumlah insentif paling kecil yang dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan. Justifikasi minimal menghasilkan lebih banyak disonansi kognitif dan mensyaratkan lebih banyak perubahan-perubahan untuk menguranginya dibandingkan justifikasi yang lebih besar.
Teori Disonansi Kognitif dan Persuasi
Dalam bagian ini ada istilah penyesalan pembeli maksudnya disonansi pasca pengambilan keputusan yang berhubungan dengan suatu pembelian. Hal ini mendukung CDT : disonansi dapat terjadi setelah melakukan pembelian yang besar. Studi ini memperlihatkan : memberikan orang informasi untuk memberikan pandangan mengenai pembelian mereka dapat mengurangi disonansi, dan juga berbicara mengenai pentingnya keputusan dan memanipulasi rasio disonansi.
Disonansi merupakan konsep yang paling penting untuk menjelaskan perubahan sikap. Daryl Bem (1967) menyatakan bahwa disonansi dalam kognisi orang tidak mendorong untuk terjadinya perubahan, melainkan mendorongnya adalah persepsi diri. Persepsi diri yaitu orang membuat kesimpulan mengenai sikapnya sendiri.
Teori Pelanggaran Harapan
Berdasarkan Penelitian Judee Burgoon
Teori Pelanggaran Harapan adalah teori yang memahami komunikasi nonverbal serta pengaruhnya terhadap pesan-pesan dalam sebuah percakapan. Teori ini juga mengikuti pendekatan positivistik dan cakupan hukum, yang awalnya disebut Teori Pelanggaran Harapan Nonverbal. Teori ini menjadi teori utama dalam mengidentifikasi pengaruh komunikasi nonverbal terhadap perilaku.
Expectancy Violations Theory (EVT) menyatakan bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain. EVT juga mengintegrasikan kejadian-kejadian khusus dari komunikasi nonverbal; yaitu ruang personal dan harapan orang akan jarak ketika perbincangan terjadi, karena ruang personal merupakan konsep inti dari teori ini.
Hubungan Ruang
Proksemik adalah ilmu yang mempelajari mengenai penggunaan ruang seseorang dalam percakapan mereka dan juga persepsi orang lain akan penggunaan ruang. Terdapat ruang personal yang merupakan penggunaan ruang dan jarak seseorang yang dapat berubah-ubah. Burgoon dan peneliti lainnya mempercayai bahwa manusia menginginkan adanya dekat dengan orang lain, tetapi menginginkan juga adanya jarak tertentu
Zona Proksemik
1. Jarak Intim
Zona mencakup perilaku pada jarak yang sangat dekat, yaitu mulai dari 0-18 inci. Perilakunya bervariasi mulai dari sentuhan sampai mengamati wajah seseorang.
2. Jarak Personal
Zona spasial yang berkisar antara 18 inci (46 cm) sampai 4 kaki (1,2 meter), misalnya perilaku bergandengan tangan hingga menjaga jarak dengan seseorang sejauh panjang lengan.
3. Jarak Sosial
Zona spasial yang berkisar antara 4-12 kaki, digunakan untuk hubungan-hubungan formal seperti hubungan dengan rekan kerja.
4. Jarak Publik
Zona spasial yang berjarak 12 kaki atau lebih dan digunakan untuk diskusi yang sangat formal seperti antara seorang dosen dan mahasiswa.
Kewilayahan
1. Wilayah Primer
Menunjukan kepemilikan ekslusif seseorang terhadap sebuah area atau benda.
2. Wilayah Sekunder
Merupakan afiliasi seseorang dengan sebuah area atau benda.
3. Wilayah Publik
Menandai tempat-tempat terbuka untuk semua orang termasuk pantai dan taman.
Kewilayahan sering kali diikuti dengan pencegahan dan reaksi. Artinya orang akan berusaha untuk mencegah Anda memasuki wilayah mereka atau akan memberikan respons begitu wilayah mereka dilanggar.
Asumsi Teori Pelanggaran Harapan
1. Harapan mendorong terjadinya interaksi antarmanusia.
Harapan mendorong terjadinya interaksi. Harapan adalah pemikiran dan perilaku yang diantisipasi dalam sebuah percakapan. Terdapat dua jenis harapan yakni :
a. Harapan prainteraksional
b. Harapan Interaksional
2. Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari.
Individu-individu dalam sebuah budaya juga berpengaruh dalam mengomunikasikan harapan.
3. Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal.
Orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal orang lain. Komunikasi nonverbal seringkali ambigu dan dapat menimbulkan banyak interpretasi (Stacks et al., 2005)
Valensi Penghargaan Komunikator
Valensi Penghargaan Komunikator adalah jumlah dari karakteristik-karakteristik positif dan negatif dari seseorang dan potensi bagi orang itu untuk memberikan penghargaan atau hukuman. Penghargaan dapat diberikan berupa senyuman, anggukan kepala, fisik yang menarik, dsb. Menurut EVT, interpretasi terhadap pelanggaran seringkali bergantung pada komunikator serta nilai-nilai yang mereka miliki.
Valensi Pelanggaran
Valensi Pelanggaran adalah nilai positif atau negatif dari penyimpangan harapan, dan berfokus pada penyimpangan itu sendiri. Jika sebuah pelanggaran bersifat ambigu atau menimbulkan banyak interpretasi, EVT memprediksikan bahwa valensi komunikator akan memengaruhi bagaimana pelanggaran dievaluasi dan diinterpretasi.
Teori Pengurangan Ketidakpastian
Berdasarkan Penelitian Charles Berger dan Richard Calabrese
Teori ini disusun dengan tujuan untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian di antara orang asing yang telibat dalam pembicaraan satu sama lain untuk pertama kali. Prediksi merupakan kemampuan untuk memperkirakan pilihan-pilihan perilaku diri sendiri dan orang lain. Penjelasan adalah kemampuan untuk menginterpretasikan makna dari pilihan-pilihan perilaku..
Dalam versi baru teori ini dijelaskan ada dua tipe ketidakpastian dari perjumpaan awal yaitu:
1. Ketidakpastian kognitif
Tingkat kepastian yang dihubungkan dengan keyakinan dan sikap tersebut.
2. Ketidakpastian Perilaku
Tingkat ketidakpastian berhubungan dengan perilaku.
Pelanggaran dalam teori ini adalah sikap melakukan pembukaan diri yakni secara tidak sesuai (membuka informasi terhadap diri sendiri kepada orang lain) atau benar-benar tidak mengindahkan pasangan bicaranya. Ketidakpastian pasti akan meningkat.
Ketidakpastian juga berhubungan dengan tujuh konsep lain yang berakar pada komunikasi dan pengemabangan hubungan : output verbal, kehangatan nonverbal (nada suara yang menyenangkan), pencarian informasi (bertanya), pembukaan diri, resiprositas pembukaan diri, kesamaan, dan kesukaan.
Asumsi Teori Ketidakpastian
1. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar intrpersonal.
Orang mengalami hal ini karena dilatarbelakangi oleh harapan berbeda-beda mengenai kejadian interpersonal.
2. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara kognitif.
Berada dalam ketidakpastian membutuhkan energi emosional dan psikologis yang tidak sedikit.
3. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk mengurangi ketidakpastian mereka atau meningkatan prekdibilitas.
Melakukan pencarian informasi untuk mencapai kepastian.
4. Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian.
Pada umumnya orang melakukan interaksi melalui tiga fase :
Fase awal : Tahapan awal dari sebuah interaksi diantara orang asing.
Fase personal : Orang mulai berkomunikasi secara lebih spontan dan personal.
Fase akhir : Meneruskan hubungan atau menghentikannya.
5. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiring bejalannya waktu.
Adanya kemampuan untuk mendengar, tanda respons nonverbal, dan bahasa yang sama.
6. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang menggunakan cara seperti hukum.
Terdapat pengunaan ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang berbeda untuk menjelaskan perilaku komunikasi.
Aksioma Teori Pengurangan Ketidakpastian
Aksioma adalah kebenaran yang ditarik dari penelitian sebelumnya dan akal sehat. Aksioma ini merupakan jantung dari sebuah teori. Penjelasan dari aksioma :
Aksioma 1 : Pembicaraan dalam kuantitas banyak, menyebabkan kepastian.
Aksioma 2 : Menggunakan cara nonverbal yang hangat, akan menjadi pasti satu sama lain, dan meningkatkan afiliasi nonverbal satu dengan yang lainnya.
Aksioma 3 : Pencarian informasi terus dilakukan :merasa tidak pasti
Sedikit pencarian informasi : merasa pasti.
Aksioma 4 : Keintiman dalam komunikasi rendah : ketidakpastian tinggi
Pengurangan ketidakpastian : Keintiman hubungan komunikasi tinggi.
Aksioma 5 : Ketidakpastian satu sama lain, cenderung meniru perilaku masing-masing.
Resiprositas : komunikasi yang mencerminkan perilaku yang sebelumnya.
Aksioma 6 : Kesamaan : mengurangi tingkat ketidakpastian.
Ketidakmiripan : memengaruhi peningkatan ketidakpastian.
Aksioma 7 : Mengurangi ketidakpastian : meningkatkan kesukaan.
Merasakan ketidakpastian : tidak menyukai satu sama lain.
Perluasan Teori Pengurangan Ketidakpastian
1. Aksioma tambahan
Aksioma 8 : Sedikit ketidakpastian karena makin sering berinteraksi.
Aksioma 9 : Hubungan negatif antara ketidakpastian dan kepuasan komunikasi.
2. Kondisi pendahulu
Kondisi 1 : Ketika orang yang satu memiliki potensi memberi rewards dan punishment.
Kondisi 2 : Orang yang satunya berperilaku kebalikan dari yang diharapkan.
Kondisi 3 : Seseorang mengharapkan interaksi selanjutnya dengan orang lain.
3. Strategi
Strategi pasif : Mengurangi ketidakpastian dengan pengamatan yang tidak mengganggu.
Strategi aktif : Mengurangi ketidakpastian dengan cara selain kontak langsung.
Strategi interaktif : Mengurangi ketidakpastian dengan terlibat dalam percakapan.
4. Hubungan yang mapan : Melampaui perjumpaan awal
Mempelajari jaringan sosial. Kesimpulannya : makin banyak pasangan berkomunikasi dengan jaringan sosial mereka, maka semakin sedikit ketidakpastian yang mereka alami. Selanjutnya, semakin sedikit ketidakpastian yang dirasakan orang, makin kecil kemungkinan mereka untuk memutuskan hubungan dengan orang lain.
5. Konteks
Teori ini dapat dilakukan dalam konteks antarbudaya, umumnya dalam penelitian.
Budaya konteks rendah : Budaya-budaya seperti budaya Amerika serikat, di mana kebanyakan makna berada dalam kode atau pesan.
Budaya konteks tinggi : Budaya-budaya seperti budaya orang Jepang, di mana makna suatu pesan berada dalam suatu konteks atau diinternalisasi oleh pendengar.
Teori Penetrasi Sosial
Berdasarkan Penelitian Irwin Daltman dan Dalmas Taylor
Teori Penetrasi Sosial atau Sosial Penetration Theory (SPT) adalah teori yang menekankan pada ikatan sosial dalam berbagai macam tipe pasangan dalam hubungan. Penetrasi sosial adalah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim. Prosesnya mencakup perilaku verbal, perilaku nonverbal, dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan. Suatu hubungan akan mengikuti trayek atau jalan setapak menuju kedekatan.
Penetrasi sosial percaya bahwa pembukaan diri adalah cara utama yang digunakan oleh sebuah hubungan ramah-tamah bergerak menuju hubungan yang intim.
Asumsi Teori Penetrasi Sosial
1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Proses penilaian dan tahap pengembangan hubungan, dan sejalan dengan perkembangannya hubungan memiliki kesempatan untuk menjadi lebih intim.
2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi.
Secara khususnya, hubungan dapat berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi, dan hubungan seperti proses komunikasi dinamis dan terus berubah.
3. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.
Hubungan dapat berantakan atau menarik diri yaitu kemunduran yang dapat menyebabkan disolusi hubungan. Seringkali hubungan mengalami transgesi yaitu pelanggaran dari aturan, pelaksanaan, dan harapan dalam berhubungan.
4. Pembukaan diri antara inti dari perkembangan hubungan.
Pembukaan diri inti dari hubungan. Pembukaan diri adalah proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Pembukaan diri bersifat: strategis dan nonstrategis : merencanakan apa yang akan dibicarakan pada orang lain, dan dalam situasi lainnya terjadi secara spontan, istilah yang berkembang “orang asing dalam kereta” : membuka informasi pada orang yang sama sekali asing di area publik.
Mengupas Lapisan Hubungan : Analogi Bawang
Struktur bawang dianalogikan sebagai aspek dari kepribadian seseorang. Lapisan-lapisannya sebagai berikut :
1. Citra Publik
Lapisan terluar dari seseorang, apa yang dapat dilihat oleh orang lain.
2. Resiprositas
Keterbukaan balik seseorang kepada yang lainnya.
3. Keluasan
Jumlah topik yang didiskusikan dalam sebuah hubungan.
4. Waktu keluasan
Jumlah waktu yang dihabiskan oleh pasangan dalam mendiskusikan berbagai topik.
5. Kedalaman
Tingkat keintiman yang menuntun diskusi mengenai suatu topik.
Perubahan dalam pusat lapisan (pusat bawang) mempunyai banyak pengaruh daripada yang di bagian luar lapisan.
Makin besar kedalamannya, makin banyak kesempatan bagi seseorang untuk merasa rentan.
Pertukaran Sosial : Biaya dan Keuntungan dalam Berhubungan
Penghargaan dan pengorbanan memiliki pengaruh pada tahap awal suatu hubungan interpersonal. Hal ini menyebabkan individu-individu tersebut lebih memfokuskan pada penghargaan ataukah pengorbanan yang telah diberikan orang lain terhadap dirinya.Pandanagan pertukaran sosial bergantung pada masing-masing pihak dalam sebuah hubungan untuk menghitung batasan hingga di mana individu-individu memandang hubungan sebagai suatu yang negatif (pengorbanan) atau positif (penghargan).Menurut pemikiran penetrasi sosial,selma hubungan berjalan,pasangan secara menilai kemungkina-kemungkinan di dalam hubungan dan juga alternatif-alternatif yang dipersepsikan atau nyata dalam sebuah hubungan.
Tahapan Proses Penetrasi Sosial
Perkembangan suatu hubungan terjadi dalam suatu cara yang sistematis dan keputusan untuk mempertahankan hubungan tersebut biasanya tidak diambil secara cepat . Tidak semua hubungan melalui proses ini dan semua hubungan yang melalui proses ini tidak selalu romantis.
Orientasi : Membuka Sedikit demi sedikit
Tahap pertama dalam, proses penetrasi sosial disebut tahap orientasi (orientation stage) terjadi pada tingkat public , hanya sedikit kita membuka diri kita terhadap orang lain.Pernyataan sifatnya klise dan hal-hal superficial dari individu, serta individu biasanya bersifat sopan.Orang cenderung tidak mengkritik dan tidak mengevaluasi selama tahap ini, sebab hal tersebut dapat merusak interaksi dan dapat menimbulkan potensi konflik. (Taylor dan Altman,1987).
Pertukaran Penjajakan Afektif : Munculnya Diri
Tahap Kedua disebut tahap pertukaran penjajakan afektif (explanatory affective exchange stage) merupakan tahapan dimana informasi dari dalam diri sudah menjadi luas serta munculnya aspek-aspek kepribadian individu.Orang lebih menggunakan beberapa frase yang dapat dimengerti serta melibatkan perilaku verbal dan non verbal.Antara pihak yang berkomunikasi tidak begitu berhati-hati akan kelepasan berbicara yang nantinya akan mereka sesalkan, karena pihak-pihak tersebut berada dalam taraf kenyamanan.Banyak perilaku menyentuh dan tampilan afeksi (ekspresi wajah).
Pertukaran Afektif :Komitmen dan Kenyamanan
Tahap pertukaran afektif,yaitu tahapan penetrasi sosial yang lebih spontan dan cukup nyaman bagi pasangan. Tahap ini mencakup nuansa-nuansa hubungan yang membuatnya menjadi unik. Individu-individu yang menggunakan idiom personal,yang merupakan cara pribadi dalam mengekspresikan sebuah keintiman hubungan melalui kata-kata, frase atau perilaku.
Pertukaran Stabil : Kejujuran Total dan Keintiman
Tahap pertukaran stabil (stable exchangen stage) berhubungan dengan perungkapan pemikiran perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spotannitas dan keunikan hubungan yang tinggi.
Teori Perukaran Sosial
Berdasarkan Penelitian John Thibaut dan Harold Kelley
Teori Perukaran Sosial atau Sosial Exchange Theory (SET) didasarkan pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka dalam konteks ekonomi dan mereka menghitung pengorbanan dan membandingkannya dengan penghargaan yang didapatkan dengan meneruskan hubungan itu. Pengorbanan (Cost) adalah elemen dari sebuah hubungan yang memiliki nilai negatif bagi seseorang. Penghargaan (Rewards) adalah elemen-elemen dalam sebuah hubungan yang memiliki nilai positif. Sudut pandang Pertukaran Sosial berpendapat bahwa orang menghitung nilai keseluruhan dari sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan yang diterima (Monge & Contractor, 2003), hal ini disimpulkan dalam sebuah rumus :
Hubungan positif adalah hubungan dimana nilainya merupakan angka positif, artinya : Penghargaan > Pengorbanan. Hubungan negatif adalah hubungan dimana nilainya merupakan angka negatif, artinya Pengorbanan > Penghargaan. Hubungan positif diharapkan untuk bertahan, dan hubungan negatif mungkin berakhir.
Asumsi Teori Pertukaran Sosial
SET didasarkan pada asumsi : mengenai sifat dasar manusia dan sifat hubungan. SET didasarkan pada metafora ekonomis, yang menganggap bahwa manusia memandang kehidupan sebagai suatu pasar. Asumsi SET berdasarkan sifat dasar manusia adalah, yakni :
1. Manusia mencari penghargaan dan menghindari hukuman.
Perilaku orang dimotivasi oleh suatu mekanisme dorongan internal, ketika ada dorongan, mereka mulai menguranginya, dan proses pelaksanaan adalah hal yang menyenangkan. Proses ini memberikan penghargaan dan karenanya, “diberi penghargaan berarti bahwa seseorang telah mengalami pengurangan dorongan atau dengan kata lain pemenuhan kebutuhan”.
2. Manusia adalah makhluk rasional.
Dalam batasan-batasan informasi, manusia akan menghitung Cost dan Rewards dari sebuah situasi tetentu dan ini akan menuntun perilakunya. Hal ini mencakup bahwa : Bila dihadapkan pada pilihan yang tidak memberikan Cost, orang akan memilih pilihan yang paling sedikit membutuhkan pengorbanan. SET menyatakan manusia menggunakan pemikiran rasional untuk membuat pilihan.
3. Standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan bervariasi seiring berjalannya waktu dari satu orang ke orang lainnya.
SET mempertimbangkan adanya keanekaragaman. Tidak ada satu standar yang dapat diterapkan pada semua orang untuk menentukan apa Cost dan Rewards itu.
Dua bagian utama dari teori ini
1. Evaluasi dari sebuah hubungan : Mengapa kita bertahan atau pergi
Terdapat hal yang menarik yaitu mengenai bagaimana orang mengevaluasi hubungan mereka sehubungan dengan apakah mereka akan tetap tinggal di dalam hubungan itu atau meninggalkannya. Evaluasi ini didasarkan pada:
a. Level Perbandingan (CL)
Standar yang mewakili perasaan orang mengenai apa yang mereka harus terima dalam hal cost dan rewards dari sebuah hubungan. Level ini bervariasi diantara individu- individu karena hal ini subjektif. Jika hubungan sesuai bahkan melebihi CL, maka kita akan puas dengan hubungan tersebut.
b. Level Perbandingan untuk Alternatif (CLalt)
Merujuk pada “level terendah dari rewards dari suatu hubungan yang dapat diterima oleh seseorang saat dihadapkan pada penghargaan yang ada dari hubungan alternatif atau sendirian”
2. Pola Pertukaran : SET dalam Praktik
Ketika orang berinteraksi, mereka dituntun oleh tujuan, dan hal ini kongruen dengan asumsi bahwa manusia adalah makhluk rasional. Terdapat urutan perilaku yakni : serangkaian tindakan yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Saling ketergantungan dalam SET, memunculkan konsep kekuasaan (Power) yaitu ketergantungan seseorang terhadap yang lain untuk mencapai hasil akhir. Dua jenis kekuasaan yakni :
Pengendalian nasib : Kemampuan untuk memengaruhi hasil akhir pasangan/ mitra.
Pengendalian perilaku : Kekuatan untuk menyebabkan perubahan perilaku orang lain dengan mengubah perilaku sendiri.
Ada tiga matriks yang digunakan SET dalam mengilustrasikan pola yang dikembangkan:
1. Matriks terkondisi
Pilihan-pilihan perilaku dan hasil akhir yang ditentukan oleh kombinasi dari faktor-faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (keahlian tertentu yang dimiliki oleh masing-masing interaktan.
2. Matriks efektif
Bagaimana dua orang berpendapat bahwa mereka harus saling bertukar penghargaan.
3. Matriks Dispoposional
Keyakinan yang Anda miliki mengenai suatu hubungan.
Tiga matriks tersebut mengimplikasikan bahwa pembukaan diri memegang peranan penting dalam SET. Pemahaman akan bagaimana matriks-matriks ini memengaruhi perilaku komunikasi adalah salah satu alasan mengapa para peneliti tertarik pada Teori Pertukaran Sosial.
Struktur Pertukaran
1. Pertukaran langsung
Pertukaran dimana dua orang saling berbalas pengorbanan dan penghargaan.
2. Pertukaran tergeneralisai
Pertukaran dimana timbal balik yang terjadi melibatkan jaringan sosial dan tidak terbatas pada dua individu.
3. Pertukaran Produktif
Pertukaran dimana kedua belah pihak mengalami pengorbanan dan mendapatkan keuntungan secara simultan.
Teori Dialektika Relasional
Berdasarkan Penelitian Leslie Baxter dan Barbara Montgomery
Teori Dialektika Relasional atau Relational Dialectics Theory (RDT) menyatakan bahwa hidup berhubungan dicirikan oleh ketegangan-ketegangan yang berkelanjutan antara impuls-impuls yang kontradiktif. Hal ini menggambarkan bagaimana hidup ini bagi manusia.
Visi dialektis dapat dibandingkan dengan dua pendekatan :
1. Pendekatan monologis : Pendekatan yang membingkai kontradiksi sebagai hanya/atau (either/or)
2. Pendekatan dualistik : Pendekatan yang membingkai kontradiksi sebagai dua bagian yang terpisah.
Selain kedua pendekatan tersebut, ada pendekatan dialektis yang membingkai kontradiksi sebagai baik/maupun (both/and).
Asumsi Teori Dialektika Relasional
Asumsinya terdiri dari empat asumsi, yaitu:
1. Hubungan tidak bersifat linear
Hubungan terdiri atas fluktuasi yang terjadi antara keinginan-keinginan kontradiktif.
2. Hidup berhubungan ditandai dengan adanya perubahan
Terdapat perbedaan cara dalam mengungkapkan kebersamaan serta kemandirian.
3. Kontradiksi merupakan fakta fundamental dalam hidup berhubungan
Pengelolaan ketegangan dan oposisi dengan cara yang berbeda, tetapi saling berhubungan. Salah satu tugas dari komunikasi adalah mengelola ketegangan-ketegangan ini.
4. Komunikasi syarat penting dalam mengelola dan menegosiasikan kontradiksi-kontradiksi dalam hubungan
Pemberian posisi utama untuk komunikasi. Aktor-aktor sosial memberikan kehidupan melalui praktik-praktik komunikasi mereka kepada kontradiksi-kontradiksi yang mengelola hubungan mereka.
Elemen Dialektika : Membangun ketegangan
Elemen-elemen dasar dalam dialektis :
1. Totalitas : Saling tergantung, sesuatu terjadi pada suatu anggota, maka anggota lainnya akan terpengaruh.
2. Kontradiksi : Merujuk pada oposisi-oposisi, dan merupakan ciri utama dialektika.
3. Pergerakan : Memproses pada hubungan.
4. Praksis : Kapasitas manusia untuk memilih.
Dialektika Relasi Dasar
Tiga dialektika spesifik yaitu :
1. Otonomi dan Ketertarikan
Ketegangan hubungan yang penting dan menunujukkan keinginan-keinginan untuk saling berkonflik, menjadi dekat atau jauh.
2. Keterbukaan dan Perlindungan
Ketegangan dalam hubungan yang penting yang menunjukkan keinginan-keinginan untuk berkonflik untuk mengatakan rahasia atau menyimpannya. Enam cara mengkomunikasikan ketegangan yaitu pemilihan topik, pengubahan waktu, penarikan diri, penyelidikan, strategi antisosial, kebohongan.
3. Sesuatu yang baru dan Sesuatu yang dapat diprediksi
Ketegangan dalam hubungan yang penting yang menunujukkan keinginan-keinginan yang saling berkonflik untuk memiliki stabilitas dan perubahan.
Dialektika Konstektual
1. Dialektika interaksi adalah ketegangan-ketegangan yang muncul dari dan dibangun oleh komunikasi.
2. Dialektika Konstektual adalah ketegangan-ketegangan yang muncul dari tempat suatu hubungan dalam budaya.
3. Dialektika pubik dan privat adalah bagian dari dialektika konstektual yang muncul dari hubungan privat dan publik.
4. Dialektika yang nyata dan yang ideal adalah bagian dari dialektika konstektual yang muncul dari perbedaan antara hubungan yang ideal dan hubungan yang dijalani.
Melampaui Dialektika Dasar
Disebutkan oleh Kramer bahwa ketegangan-ketegangan dialektik dapat membingkai teori komunikasi mengenai perilaku kelompok.
Teori Manajemen Privasi
Berdasarkan Penelitian Sandra Petronio
Teori Manajemen Privasi atau Communication Management Privacy (CPM) adalah teori yang menjelaskan isu-isu “keseharian”. Teori ini merupakan teori yang menarik karena :
1. Menunjukkan pemikiran yang terkini dalam disiplin ilmu komunikasi. Hal ini menggambarkan akan hidupnya komunikasi sebagai sebuah bidang ilmu.
2. CPM tumbuh secara khusus dari fokus terhadap komunikasi. Hal ini menjadi bukti akan kematangan dan pertumbuhan bidang ilmu komunikasi.
Evolusi Teori Manajemen Privasi Komunikasi
Dalam penelitian teori ini terdapat pengamatan bahwa pria dan wanita memiliki kriteria yang berbeda kapan harus tebuka dan diam. Hal ini merupakan bagian dari CPM. Konsep teori ini ada dua :
1. Mikroteori : batasan yang terbatas.
2. Makroteori : batasan yang luas.
Asumsi Teori Manajemen Privasi
1. Manusia adalah pembuat keputusan.
2. Manusia adalah pembuat peraturan dan pengikut peraturan.
3. Pilihan dan peraturan manusia didasarkan pada pertimbangan akan orang lain dan juga akan konsep diri.
Teori ini bagian dari teori dialektika, maka asumsinya bertambah:
4. Hidup berhubungan dicirikan oleh perubahan.
5. Kontradiksi adalah fakta mendasar pada hidup berhubungan.
mewakili perspektif aktif mengenai manusia yang terlibat dalam hubungan sampai pada batas dimana diri dan orang lain saling terkait. Jika kita membuka semuanya, kita tidak akan memiliki konsep privasi.
Asumsi Dasar Teori Manajemen Privasi
Ketertarikan CPM adalah menjelaskan proses-proses negosiasi orang seputar pembukaan informasi privat.
1. Informasi privat : Informasi mengenai hal-hal yang sangat berarti bagi seseorang. Informasi ini dalam hubungan dengan orang lain dapat menjadi pembukaan pribadi yaitu menekankan isi personal dibandingan literatur tradisional pembukaan diri.
2. Informasi pribadi : Mengkomunikasikan informasi privat kepada orang lain.
Teori Manajemen Privasi mencapai tujuan dengan lima asumsi dasar yaitu :
1. Informasi privat
Cara tradisional berpikir mengenai pembukaan, dan lebih mengarah pada keintiman, yang merupakan keadaan mengetahui seseorang secara mendalam dalam sagala hal karena orang ini penting dalam kehidupan.
2. Batasan Privat
Garis antara sikap publik dan sikap privat.
Dua jenis batasan :
Batasan kolektif = informasi bukan hanya mengenai diri, tapi milik hubungan yang ada.
Batasan personal = batasan seputar informasi privat yang melibatkan satu orang saja.
3. Kontrol dan Kepemilikan
Orang merasa memilki informasi pivat mengenai diri mereka sendiri.
4. Sistem Manjemen Berdasakan Aturan
Kerangka untuk memahami keputusan yang dibuat orang mengenai informasi privat.
5. Dialektika Manajemen
Berfokus pada ketegangan-ketegangan antara keinginan untuk mengungkapkan informasi privat dan keinginan untuk menutupinya.
Proses Manajemen Aturan Privasi
Karakteristik aturan Privasi
Terdiri dari dua kriteria :
1. Pengembangan aturan : Keputusan orang untuk mengungkapkan atau menutupi privasi.
2. Atribut Aturan Privasi : Bagaimana orang mendapatkan aturan dan properti-properti aturan.
Lima kriteria dalam aturan privasi
Kriteria Keputusan Deskripsi
Kriteria berdasarkan budaya Tergantung pada norma dan keterbukaan privasi
Kriteria berdasarkan gender Perbedaan yang muncul antara pria dan wanita dalam batasan privasi mereka.
Kriteria motivasi Membuat keputusan untuk membuka sesuatu, berdasakan motivasi mereka.
Kriteria konstektual Berpengaruh terhadap keputusan orang mengenai privasi.
Kriteria berdasarkan rasio resiko keuntungan Mengevaluasi resiko dibandingkan keuntungan.
Koordinasi Batasan
Koordinasi batasan adalah cara mengelola informasi yang dimiliki bersama.
1. Pertalian batasan : Hubungan yang membentuk aliansi batasan individu.
2. Kepemilikan batasan : Hak-hak dan keistimewaan yang diberikan kepada pemilik pendamping dari sebuah informasi privat.
3. Permeabilitas batasan : Seberapa banyak informasi yang dapat melalui batasan yang ada. Batasan ada dua jenis yaitu :
a. Batasan tebal : Batasan tertutup yang memungkinkan sediki/tidak ada informasi yang dapat lewat.
b. Batasan tipis : Batasan terbuka yang memungkinkan informasi semua informasi untuk lewat.
Turbulensi Batasan
Konflik tentang harapan dan aturan batasan. CPM menyatakan ketika individu mengalami turbulensi batasan, mereka akan mencoba untuk membuat penyesuaian sehingga mereka dapat mengurangi turbulensi dan mencapai kooordinasi (Afifi, 2003).
Teori Retorika
Berdasarkan tulisan-tulisan Aristoteles
Teori Retorika adalah teori yang menjelaskan mengenai teknik berbicara di depan publik (public speaking) dengan menggunakan alat-alat persuasi yang tersedia.
Asumsi Teori Retorika
1. Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak mereka.
Pembicara harus memikirkan khalayak sebagai sekelompok orang yang memiliki motivasi, keputusan, dan pilihan dan bukannya sebagai sekelompok besar orang yang homogen dan serupa. Hubungan antara pembicara-khalayak harus dipertimbangkan.
2. Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi mereka.
Bukti-bukti yang dimaksud adalah pada cara-cara persuasi, yaitu :
a. Ethos : Karakter, intelegensidan niat baik yang dipersepsikan dari seseorang pembicara ketika hal-hal ini ditunjukkan melalui pidatonya.
b. Logos : Bukti-bukti logis yang digunakan oleh pembicara-argumen mereka, rasionalisasi, dan wacana.
c. Phatos : Emosi yang dimunculkan dari para pendengar.
Silogisme dan Entimem
Silogisme dan Entimem merupakan perkembangan dari konsep logos yang dikemukakan oleh Aristoteles. Perbedaannya adalah bahwa silogisme berhubungan dengan kepastian, sedangkan entimem berhubungan dengan kemungkinan.
1. Silogisme (syllogism) adalah sekelompok proporsi yang berhubungan satu sama lain dan menarik sebuah kesimpulan dari premis-premis mayor dan minor.
2. Entimem (enthymeme) adalah silogisme yang didasarkan pada kemungkinan, tanda dan contoh yang berfungsi sebagai persuasi retoris. Tiga elemennya yaitu:
a. Kemungkinan (probability) : Pernyataan-pernyataan yang secara umum benar tetapi masih membutuhkan pembuktian tambahan.
b. Tanda (sign) : Pernyataan yang menunjukkan alasan bagi sebuah fakta.
c. Contoh (example) : Pernyataan-pernyataan baik yang faktual maupun yang diciptakan oleh pembicara.
Perbedaannya yaitu silogisme berhubungan dengan kepastian sedangkan entimem berhubungan dengan kemungkinan.
Kanon Retorika
Kanon adalah tuntutan tertentu atau prinsip-prinsip yang harus diikuti pembicara agar suatu pidato persuasif dapat menjadi efektif. Kanon-kanon tersebut antara lain:
1. Penemuan (invention)
Integrasi cara berfikir dan argumen dalam pidato; menggunakan logika dan bukti di dalam pidato membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasif. Dalam penemuan juga perlu diperhatikan topik (topic); bantuan terhadap penemuan yang merujuk pada argumen yang digunakan oleh membicara, dan civic space; metafora yang menyatakan bahwa pembicara memiliki lokasi-lokasi dimana terdapat kesempatan untuk membujuk orang lain.
2. Pengaturan (arrangement)
Organisasi dari pidato; mempertahankan struktur suatu pidato-pengantar, batang tubuh, kesimpulan-mendukung kredibilitas pembicara, menambah tingkat persuasi dan mengurangi rasa frustasi pada pendengar.
3. Gaya (style)
Penggunaan bahasa dalam pidato; penggunaan gaya memastikan bahwa suatu pidato dapat diingat dan bahwa ide-ide dari pembicara diperjelas. Dalam penggunaan gaya bahasa harus menghindari kata-kata aneh (gloss) akan tetapi menggunakan metafora (metaphor) untuk memperjelas hal untuk lebih mudah dipahami oleh pendengar.
4. Penyampaian (delivery)
Presentasi dari pidato; penyampaian yang efektif mendukung kata-kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.
5. Ingatan (memory)
Penyimpanan informasi di dalam benak pembicara; mengetahui apa yang akan dikatakan dan kapan menyatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk merespons hal-hal yang tidak terduga.
Jenis-jenis Retorika
1. Retorika forensik (forensic rhetoric)
Yaitu pidato yang berkaitan dengan keadaan pembicara mendorong munculnya rasa bersalah atau tidak bersalah. Retorika forensik merujuk pada periode waktu pada masa lalu. Retorika jenis ini sering dipakai untuk berpidato di pengadilan. Contoh : pidato hakim, jaksa, dll.
2. Retorika epideiktik (epideictic rhetoric)
Yaitu wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan. Retorika epideiktik merujuk pada periode waktu pada masa sekarang. Retorika jenis ini juga sering disebut sebagai pidato seremonial dan biasanya berfokus pada isu-isu sosial. Contoh : eulogi.
3. Retorika deliberatif (deliberative rhetoric)
Retorika yang menentukan tindakan yang harus diambil oleh khalayak. Disebut retorika politis. Memiliki potensi untuk dapat menghasilkan paling banyak perubahan dalam khalayak. Mencakup: Asuransi kesehatan, pendapatan, pajak, hubungan, pendidikan, dan kesejahteraan pribadi.Taktik penting: pendekatan yang menunjukkan identifikasi personal
Dramatisme
Berdasarkan Penelitian Kenneth Burke
Dramatisme mengonseptualisasikan kehidupan sebagai sebuah drama, menempatkan suatu fokus kritik pada adegan yang diperlihatkan oleh pemain. Fokusnya pada sistem simbol. Dramatisme memberikan fleksibilitas pada para peneliti untuk mempelajari sebuah objek kajian dari berbagai macam sudut pandang. Kajian Dramatisme mempelajari cara-cara dimana bahasa dan penggunannya berhubungan dengan khalayak.
Asumsi Dramatisme
Asumsi Teori Dramatisme yang diungkapkan oleh Brummet sebagai ontologi yaitu:
1. Manusia adalah hewan yang menggunakkan simbol
2. Bahasa dan simbol membentuk sebuah sistem yang sangat penting bagi manusia
3. Manusia adalah pembuat pilihan
Dramatisme sebagai Retorika Baru
Intinya persuasi dan tulisannya adalah mengeksplorasi cara dimana persuasi dapat terjadi. Kunci retorika ‘lama’ adalah persuasi dan kunci retorika ‘baru’ adalah identifikasi.
Identifikasi dan Substansi
Substansi : Sifat umum dari sesuatu, dapat digambarkan dalam diri seseorang dengan mendaftar karakteristik demografis serta latar belakang dan fakta mengenai situasi masa kini, seperti: bakat dan pekerjaan.
Identifikasi : Semakin besar ketumpangtindihan yang terjadi, makin besar identifikasi yang terjadi
Pemisahan : Semakin tinggi tingkat ketumpangtindihan individu, makin besar pemisahan yang terjadi diantara mereka.
Konsubstansiasi : Proses meningkatkan identifikasi mereka satu sama lain.
Proses Rasa Bersalah dan Penebusan
Konsubstansiasi berhubungan dengan siklus rasa bersalah/penebusan karena rasa bersalah dapat dihilangkan dengan hasil identifikasi dan pemisahan. Rasa bersalah (guilt) adalah motif utama untuk semua aktivitas simbolik, mencakup berbagai jenis rasa malu, rasa bersalah, rasa jijik, atau perasaan yang tidak menyenangkan lainnya.
Proses merasa bersalah dan berusaha untuk menghilangkannya dalam siklus Burke yaitu:
1. Tatanan atau Hierarki
Peringkat yang ada dalam masyarakat terutama karena kemapuan kita untuk menggunakkan bahasa. Bahasa memungkinkan kita untuk menciptakan kategori-kategori seperti lebih kuat dan lebih kaya dan miskin.
2. Negativitas
Yaitu menolak tempat seseorang dalam tatanan sosial dan memperlihatkan resistensi.
3. Pengorbanan
Cara dimana kita berusaha untuk memurnikan diri dari rasa bersalah yang kita rasakan sebagai bagian dari menjadi manusia. Mortifikasi adalah salah satu mencari metode untuk memurnikan diri dari rasa bersalah, dengan menyalahkan diri kita sendiri.
4. Pengkambinghitaman
Salah satu metode untuk memurnikan diri dari rasa bersalah, dengan menyalahkan orang lain.
5. Penebusan
Penolakan sesuatu yang tidak bersih dan kembali pada tatanan baru setelah rasa bersalah diampuni sementara.
6. Pentad
Pentad adalah metode yang terdiri dari lima poin untuk menganalisis teks simbolik seperti pembincangan atau serangkaian artikel. Pentad dapat membantu menentukan mengapa seseorang pembicara memilih strategi retorika tertentu untuk mengidentifikasi drinya dengan khalayak, diantaranya :
Tindakan : Sebagai apa yang dilakukan oleh seseorang.
Adegan : Memberikan konteks yang melingkupi tindakan.
Agen : Seseorang atau orang-orang yang melakukan tindakan.
Agensi : Merujuk pada cara-cara yang digunakan oleh agen untuk menyelesaikan tindakan.
Tujuan : Merujuk pada hasil akhir yang ada di dalam benak agen untuk tindakan, yaitu mengapa tindakan dilakukan.
Terdapat penambahan poin yakni sikap, sehingga menjadi hexad.
Sikap : Merujuk pada di mana seorang aktor memosisikan dirinya dibandingkan dengan orang lain.
Dalam menggunakkan pentad, pertama-tama menentukan semua elemen dari pentad dan mengidentifikasi apa yang terjadi dalam suatu tindakan tertentu, yang kemudian mempelajari rasio dramasistik : proporsi dari satu elemen pentad dibandingkan dengan elemen lainnya.
Teori Paradigma Naratif
Berdasarkan penelitian Walter Fisher
Teori Paradigma Naratif Walter Fisher mengemukakan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Dengan kata lain kita akan lebih mudah terbujuk oleh suatu cerita yang bagus daripada sebuah argumen yang baik.Pendekatan Fisher ini merupakan sebuah paradigma (paradigma lebih luas dari teori). Penggunaan istilah paradigma ini mengindikasikan bahwa Fisher mewakili sebuah pergeseran besar dari pemikiran yang telah mendukung teori komunikasi sebelumnya. Dengan cara ini, Fisher mempresentasikan apa yang disebut sebagai pergeseran paradigma (paradigm shift), atau perubahan yang signifikan pada cara manusia berpikir mengenai dunia dan maknanya.
Asumsi Teori Paradigma Naratif
Fisher memperlihatkan Paradigma Naratif sebagai penggabungan logika dan estetika, dan menekankan bahwa logika naratif berbeda dari logika dan pemikiran tradisional. Fisher (1987) menyatakan lima asumsi :
1. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita.
2. Keputusan mengenai harga dari sebuah cerita didasarkan pada “pertimbangan sehat”.
3. Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter.
4, Rasionalitas didasarkan pada penilaian orang mengenai konsistensi dan kebenaran sebuah cerita.
5. Kita mengalami dunia sebagai dunia yang diisi dengan cerita, dan kita harus memilih dari cerita yang ada.
Perbedaan antara paradigma naratif dan paradigma dunia rasional
Paradigma Naratif Paradigma Dunia Rasional
• Manusia adalah makhluk pencerita • Manusia adalah makhluk rasional
• Pengambilan keputusan dan komunikasi didasarkan pada “pertimbangan yang sehat” • Pengambilan keputusan didasarkan pada argumen
• Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter • Argumen mengikuti kriteria khusus untuk mencapai pertimbangan yang sehat dan logika
• Rasionalitas didasarkan pada kesadaran orang tentang bagaimana sebuah cerita konsisten secara internal dan benar sebagaimana pengalaman hidup yang dijalani • Rasionalitas didasarkan pada kualitas pengetahuan dan proses pemikiran formal
• Dunia dialami oleh orang sebagai sebuah kumpulan cerita yang harus dipilih salah satunya. • Dunia dapat direduksi menjadi sebuah rangkaian hubungan logis yang disingkap melalui pemikiran logis
Asumsi pertama menunjukan bahwa sifat esensial dari manusia berakar dalam cerita dan bercerita. Naratif bersifat universal, ditemukan dalam semua budaya dan periode waktu.
Asumsi kedua dari paradigma Naratif menyatakan tentang bagaimana seseorang didalam membuat keputusan terhadap cerita yang akan dipilih adalah melalui sesuatu pemikiran serta pertimbangan yang masuk akal bagi dirinya sendiri. Asumsi ini memberitahu kepada kita bahwa tidak semua cerita itu sama atau sebanding dalam hal efektivitasnya, sebaliknya faktor dalam pemilihan cerita merupakan kode argument yang bersifat personal disbanding abstrak atau yang biasa disebut pemikiran yang logis.
Asumsi ketiga berhubungan dengan sesuatu yang secara khusus memengaruhi pilihan orang serta dapat memberikan alasan yang kuat dan baik untuk mereka. Paradigma Naratif menyatakan bahwa kemasuk-akalan bukanlah satu-satunya cara untuk mengukur suatu pemikiran yang logis.Atau bahkan bukan cara yang tepat untuk menjabarkan bagaimana seseoarang membuat penilaian tersebut.
Asumsi keempat menyatakan bahwa dimana sebuah cerita dapat dipercaya dilihat dari konsistensi dan terpercayanya cerita tersebut.
Asumsi kelima, perspektif Fisher didasarkan pada asumsi bahwa dunia adalah sekumpulan cerita dimana terdapat cerita-cerita yang berbeda dan dimana apabila kita memiliha diantara cerita-cerita tersebut,kita mengalami kehidupan berbeda dan mengulangi kehidupan kita atau menciptakan ulang kehidupan kita
Konsep Kunci dalam Pendekatan Naratif
Narasi : Mencakup deskripsi verbal atau nonverbal apa pun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna.
Rasionalisasi naratif : Standar untuk menilai cerita mana yang harus diprcayai dan diabaikan.
Koherensi : Prinsip rasionalitas naratif yang menilai konsistensi internal dari sebuah cerita. Koherensi dibagi menjadi 3 macam:
Koherensi Struktural : Suatu jenis koherensi yang merujuk pada aliran cerita
Koherensi Material : Merujuk pada kongruensi antara satu cerita dan cerita lainnya yang berkaitan
Koherensi Karakterologis : Merujuk pada dapat dipercayainya karakter-karakter di dalam cerita.
Kebenaran : Prinsip rasionalitas naratif yang menilai kredibilitas dari sebuah cerita.
Logika dari Good Reason
Naratif menyusun suatu pertimbangan yang sehat bagi seseorang untuk memegang kenyakinan tertentu atau untuk mengambil tindakan. Pertimbangan yang sehat adalah seperangkat niat untuk menerima suatu cerita sebagai benar dan berharga untuk diterima; memberikan suatu metode untuk menilai kebenaran.
Cerita yang dikisahkan dalam Paradigma Naratif dengan baik, terdiri atas rasionalisasi naratif akan lebih mengguggah bagi pembaca dibandingkan dengan kesuksesan dari para ahli yang menyangkal akurasi faktual di dalam naratif itu.
Kajian Budaya
Berdasarkan Penelitian Stuart Hall
Media telah menjadi alat media dimana kita semua mengalami atau belajar mengenai banyak aspek yang ada disekitar kita. Namun cara yang digunakan media dalam melaporkan suatu peristiwa dapat berbeda secara signifikan. Beberapa jurnalis merasa bangga bila meraka berhasil menemukan fakta dan jurnalis lain mementingkan testimoni personal. Sementara yang lain mencari pakar untuk memberikan komentar mengenai suatu peristiwa dan topik ketika hal-hal tersebut mulai terungkap. Kajian budaya memiliki banyak wacana dan juga memiliki banyak sejarah. Kajian budaya merupakan sekelompok formasi yang utuh yang memiliki peristiwa dan momen di masa lalu. Kajian budaya berkaitan dengan sikap, pendekatan, dan kritik mengenai sebuah budaya. Budaya merupakan fitur utama dari teori ini, dan budaya telah menyediakan suatu kerangka intelektual yang telah mendorong para peneliti untuk mendiskusikan, tidak sepakat, menentang, dan merefleksikan.
Stuart Hall menyatakan bahwa media merupakan alat yang kuat bagi kaum elite dan media berfungsi untuk mengkomunikasikan cara-cara berfikir yang dominan tanpa memperdulikan efektivitas pemikiran tersebut. Kajian budaya menekankan bahwa media menjaga agar orang-orang yang berkuasa tetap memiliki kekuasaan sementara yang kurang berkuasa menerima mentah-mentah apa yang diberikan kepada mereka.
Warisan Marxis : Kekuatan Bagi Masyarakat
Karl Marx seorang filsuf yang mampu mengidentifikasikan adanya ketimpangan dalam masyarakat antara kaum elite dengan kaum yang lemah, menurutnya hal ini akan menyebabkan timbulnya alienasi. Alienasi adalah perasaan adanya sedikit kontrol terhadap masa depan, dan situasi ini akan makin parah bila berada di bawah tekanan kapitalisme.
Asumsi Kajian Budaya
Teori ini berakar pada beberapa klaim penting mengenai budaya dan kekuasaan :
1. Budaya tersebar dalam dan menginvansi semua sisi perilaku manusia.
• Budaya adalah sebuah komunitas makna.
• Dalam kajian budaya membutuhkan interpretasi yang berbeda dari kata budaya.
• Ideologi sebuah budaya terdiri dari berbagai norma, ide, dan nilai dan bentuk-bentuk pemahaman di dalam sebuah masyarakat yang membantu orang untuk menginterpretasikan realita mereka.
• Ideologi :Kerangka berpikir yang digunakan untuk memaknai keberadaan kita.
• Perang Budaya : Pergulatan budaya akan makna, identitas, dan pengaruh.
• Budaya tidak dapat dipisahkan dari makna di dalam masyarakat.
• Untuk menguak makna budaya yang sudah ada merupakan tujuan penting para peneliti dalam kajian budaya.
• Makna dalam budaya dibentuk oleh media. Media dapat dianggap berbasis teknologi dan budaya.
2. Orang merupakan bagian dari struktur kekuasaan yang bersifat hierarkis.
• Kekuasaan adalah sesuatu yang diinginkan oleh kelompok subordinat tetapi tidak dapat dicapai. (dalam kaitan tradisi Marxis).
• Sumber kekuatan yang paling mendasar dalam masyarakat kita adalah media.
• Menurut para teoritikus dalam kajian budaya bahwa anggota populasi minoritas tidak dapat menghindar dari subordinatdi dalam masyarakat.
Hagemoni : Pengaruh Terhadap Massa
Hagemoni artinya sebagai pengaruh, kekuasaan, atau dominasi dari sebuah kelompok sosial terhadap yang lain. Pemikiran Hagemoni didasarkan pada ide Marx tentang kesadaran palsu : keadaan di mana individu-individu menjadi tidak sadar mengenai dominasi yang terjadi di dalam kehidupan mereka. Dalam budaya yang hagemoni, beberapa orang mendapatkan keuntungan secara literal sementara yang lain merugi. Masyarakat yang hagemoni adalah orang yang menjadi terpengaruh karena ada persetujuan, dan bukan pemaksaan (Real, 1996). Hagemoni dapat bersifat multisisi : selama dipengaruhi tidak kentara, public akan ditarik atau didorong ke beberapa arah yang berbeda, dan kerumitan inilah yang merupakan tujuan dari peneliti kajian budaya. Dalam masyarakat juga terdapat ideology yang kompleks disebut teater perlawanan, yaitu ideology dalam masyarakat berkompetisi dan berada di dalam konflik untuk sementara.
Hagemoni Tandingan : Massa Mulai Memengaruhi Kekuatan Dominan.
Hagemoni tandingan adalah bagian terpenting dalam kajian budaya karena menunjukkan bahwa khalayak tidak selamanya diam dan menurut. Intinya khalayak tidak bodoh dan submisit. Namun ironis, karena hagemoni ini muncul dalam program-program televisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar